Refleksi

Displaying items by tag: sumur yakub

(1623–1662) adalah seorang ilmuwan Prancis yang membantu meletakkan dasar bagi teori probabilitas modern, menemukan salah satu bentuk kalkulator paling awal, dan mendefinisikan prinsip hidrolika yang kemudian dikenal dalam fisika sebagai "hukum Pascal .” Di tahun-tahun terakhir hidupnya, ahli matematika, fisikawan, dan filsuf Katolik ini mengabdikan dirinya pada apologetika Kristen.

“Sebagai seorang Kristen, [Pascal] ingin berbicara tentang Yesus Kristus kepada mereka yang dengan tergesa-gesa menyimpulkan bahwa tidak ada alasan kuat untuk percaya pada kebenaran Kekristenan,” tulis Paus Fransiskus.

"Untuk bagiannya, dia tahu dari pengalaman bahwa isi wahyu ilahi tidak hanya tidak bertentangan dengan tuntutan akal, tetapi menawarkan tanggapan luar biasa yang tidak dapat dicapai oleh filsafat sendiri."

Paus menerbitkan surat itu pada 19 Juni untuk memperingati 400 tahun kelahiran Pascal pada 1623. Judulnya, “Sublimitas Et Miseria Hominis,” berarti “Keagungan dan Kesengsaraan Manusia.”

Dalam surat setebal delapan halaman itu, paus menggambarkan Pascal sebagai "orang pada masanya" yang membuat "pembelaan intelektual yang ahli terhadap iman Kristen."

“Sejak kecil, Pascal mengabdikan hidupnya untuk mengejar kebenaran. Dengan menggunakan nalar, dia mencari jejaknya di bidang matematika, geometri, fisika, dan filsafat, membuat penemuan-penemuan luar biasa dan menjadi sangat terkenal bahkan pada usia dini,” kata Paus Fransiskus.

“Namun dia tidak puas dengan pencapaian itu. Dalam satu abad kemajuan besar di banyak bidang sains, disertai dengan semangat skeptisisme filosofis dan religius yang tumbuh, Blaise Pascal terbukti sebagai pencari kebenaran yang tak kenal lelah, semangat 'gelisah', terbuka untuk cakrawala yang baru dan lebih besar.

“Pikiran Pascal yang cemerlang dan penuh rasa ingin tahu tidak pernah berhenti memikirkan pertanyaan, kuno namun selalu baru, yang muncul di dalam hati manusia: 'Apakah manusia sehingga Anda mengingatnya, anak manusia sehingga Anda memperhatikannya?' (Mzm 8:5).”

Surat itu diisi dengan kutipan-kutipan dari “Pensées” karya Pascal, karyanya yang paling terkenal tentang apologetika Kristen yang diterbitkan secara anumerta dari catatan dan fragmen manuskripnya.

Paus menyoroti bagaimana Pascal tidak pernah “tidak pernah menyerah pada kenyataan bahwa beberapa pria dan wanita tidak hanya tidak mengenal Yesus Kristus, tetapi juga meremehkan, karena kemalasan atau karena hasrat mereka, untuk menganggap serius Injil.”

Pascal menulis dalam Pensées-nya: “'Jiwa yang tidak berkematian begitu penting bagi kita, sesuatu yang sangat menyentuh kita, sehingga kita perlu kehilangan semua perasaan untuk tidak peduli dengan mengetahui apa yang dipertaruhkan… Dan itulah sebabnya, di antara mereka yang tidak yakin tentang hal ini, saya akan membedakan dengan jelas antara mereka yang melakukan segala upaya untuk menyelidikinya, dan mereka yang menjalani hidup mereka tanpa mempedulikannya atau memikirkannya.'”

Paus Francis juga menyebutkan keterlibatan Pascal dalam perselisihan antara Jesuit dan Jansenist di mana Pascal menulis serangkaian surat yang sangat kritis terhadap Jesuit yang dikenal sebagai “Surat Provinsi.”

Kontroversi tersebut terutama berkaitan dengan pertanyaan tentang kasih karunia Allah dan hubungan antara kasih karunia dan kodrat manusia, khususnya kehendak bebas kita.

Paus Yesuit menawarkan pembelaan terhadap Pascal, pertama-tama mencatat bahwa Pascal "tidak diberikan untuk memihak" tetapi "ditugaskan oleh kaum Jansenis untuk membela mereka, mengingat keterampilan retorisnya yang luar biasa."

Dia mengatakan bahwa Pascal sendiri mengakui bahwa "beberapa proposisi yang dianggap 'Jansenis' memang bertentangan dengan iman."

“Meski begitu, beberapa pernyataannya sendiri, seperti tentang predestinasi, yang diambil dari teologi Agustinus kemudian dan dirumuskan lebih parah oleh Jansen, tidak benar,” kata Fransiskus.

Paus menambahkan bahwa “Pascal, pada bagiannya, dengan tulus percaya bahwa dia sedang berjuang melawan Pelagianisme atau semi-Pelagianisme implisit” dalam ajaran Jesuit pada saat itu.

“Mari kita hargai Pascal dengan keterusterangan dan ketulusan niatnya,” katanya.

Paus Francis telah berulang kali berbicara tentang kekagumannya pada pemikir Prancis itu. Dalam sebuah wawancara pada Juli 2017, paus Yesuit mengatakan bahwa dia percaya bahwa Pascal “pantas dibeatifikasi.”

Pada tahun 2021, paus menyebut catatan tulisan tangan kecil yang ditemukan dijahit di mantel Pascal pada saat kematiannya sebagai "salah satu teks paling orisinal dalam sejarah spiritualitas".

Catatan, yang dikenal sebagai "Peringatan" Pascal, berasal dari pengalaman mistis pada malam 23 November 1654, yang menyebabkan filsuf itu menangis karena gembira.

Di antara kata-kata yang tertulis di halaman itu, Pascal menulis: “Yesus Kristus. Aku meninggalkannya; Saya melarikan diri darinya, meninggalkan, disalibkan. Biarkan aku tidak pernah terpisah darinya. Dia hanya dijaga dengan aman melalui cara-cara yang diajarkan dalam Injil: penolakan, total dan manis.”

Pengalaman Pascal pada malam tahun 1654 itu membawanya untuk lebih giat mempraktikkan iman Katoliknya dengan asketisme dan apologetika tertulis.

NB: Berita dilansir dari situs resmi CAN Newsletter https://www.catholicnewsagency.com/news/254599/pope-francis-publishes-apostolic-letter-on-blaise-pascal pada 20 Juni 2023.

Diterjemahkan oleh John Masneno (JM)

Published in Berita
Tuesday, 12 July 2022 14:03

SIAPA YANG TIDAK BAIK: TUHAN ATAU MANUSIA?

Tuhan kita senantiasa menganugerahkan Rahmat & berkat berlimpahNya kpd kita, namun kadang atau seringkali kita lah yg menutup hati pada tawaran Rahmat Tuhan itu. Yg salah siapa; Tuhan atau kita? Musim hujan, musim menanam. Tidak menanam  tentu tidak menuai pula padahal curah hujan bagus. Hujan Rahmat Tuhan selalu berlimpah pada kita, tidak beriman, tentu tidak bisa melihat karya agung Tuhan dlm hidup kita padahal hujan karya Rahmat Tuhan terjadi setiap hari. Salam imam, harap & kasih. JM 12072022

 
Published in Renungan

Ada banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicetuskan oleh manusia sebagai pedoman dalam mencari kesejahteraan hidup. Apapun jalan pengetahuan yang ditawarkan manusia toh terbatas sifatnya.

Lalu apa sebenarnya yang membuat manusia bisa menggapai kebahagiaan sejati? Yesus melalui perumpamaanNya tentang ranting dan pokok angggur mau mengajar kita bhw kalau mau hidup bahagia selamanya maka perlu tetap menyatu dengan Tuhan.

Mengapa perlu demikian? Alasannya karena Dia adalah pencipta dan sumber hidup kita. Perumpamaan ttg Pokok Anggur mau meneggaskan hal ini. Karena itu kesediaan kita  tetap menyatu dengan Dia menjadi syarat mutlak bila kita mau tetap hidup subur dan berbuah berlimpah.

Dengan tetap menyatu dengan Dia sebenarnya kita hidup dalam kemanjaan kasih dan perhatian Bapa yg penuh kasih. Karena dengan menyatu dengan Dia maka Tuhanlah yg memberi hidup kepada kita.

Sayang sekali manusia lebih suka mencari kehidupan di luar Tuhan. Namun toh pada waktunya mereka menyadari dan menemukan kembali bhw Tuhan lah sumber kehidupan yang sebenarnya.

Maka bacaan ini mau menyadarkan kita agar kita hendaknya tekun setia menyatu dengan Dia, Sang Pokok Anggur dan sumber kehidupan kita yang sebenarnya. Tujuan lain bacaan ini yakni kita juga dihimbau terus berupaya mengajak sesama kita yang melepaskan diri dari Tuhan dalam berbagai bentuk agar mereka kembali kepada Tuhan Sang Penjamin hidup sejati.

Semoga kita tekun setia menyatu dengan Tuhan pokok anggur kehidupan kita dan kita pun bersedia membagikan rahmat kasih Tuhan kepada sesama. Amin

Oleh Sr Eufrasia. SSpS.
(Komunitas SSpS Dili Timor Leste)

DOA PENEGUHAN
Tuhan Yesus, Sang Pokok Angggur. Syukur atas segala rahmatMu yg berlimpah dalam hidup kami. Semoga kami sebagai ranting-ranting anggur semakin setia menyatu dengan Dikau sehingga kami makin berbuah limpah. Karena Engkaulah sumber hidup kami kini dan selamanya. Amin.

Published in Renungan

Satu fenomena menarik yang melingkupi hidup manusia ‘zaman now’ yakni kebanyakan orang begitu gencar mengejar kebahagiaan namun tidak sedikit yang kurang mengalaminya. Padahal bila kita membandingkan sarana-sarana pendukung hidup manusia di masa sekarang dengan masa-masa sebelumnya terlihat jelas bahwa dunia sekarang jauh lebih baik sarana-prasarananya. Namun mengapa banyak orang kurang bahkan tidak mengalami rasa damai dan bahagia di zaman now ini?

Pernyataan Yesus, Sang Guru Ilahi dalam Injil Yohanes 10: 25 menjawab pertayaan tersebut dengan singkat, padat dan jelas. Dan jawaban itu adalah karena manusia tidak percaya kepada Dia, sebagai Putra Allah yang hidup yang datang membebaskan dan menyelamatkan. Ajaran dan karya ajaib sudah dibuatNya namun manusia tidak percaya. Inilah yang membuat manusia tidak mampu menggapai kebahagian sejati. Padahal kebahagiaan sejati manusia yang sesungguhnya adalah tinggal bersama Tuhan, Sang Pencipta dan penjamin hidup kita. Namun bahagia itu sirna dari kita lantaran dosa. Ketidakpercayaan akan Tuhan membuat manusia tidak percaya pula akan Sabda dan karya ajaib yang dilakukakannya. Dan tidak lanjut dari ketidakpercayakan ini yakni kita lebih mencari pertolongan di luar Tuhan.

Ada hal menarik dari fenomen ketidakpercayaan manusia akan peran Tuhan dalam hidupnya yang patut kita renungkan. Sekalipun manusia ‘menolak’ tawaran pertolongan Tuhan dan mencari pertolongan di luar Tuhan namun hasrat dan perjuangan mencari kebenaran dan kebahagiaan sejati akan menghantar dia menyadari bahwa apapun bantuan manusia atau dunia teknologi secanggih apapun toh terbatas kemampuannya. Pada saat yang sama kita menyadari pula bahwa Tuhan selalu mau menolong kita hanya kita lah yang menjauh dari Tuhan. Sikap demikianlah yang membuat kita seakan tidak punya kemampuan mendekati Tuhan. Akibatnya kita mengeluh dan terus mengeluh. Namun Tuhan tetap konsisten dengan identitas dan karakter diriNya sebagai Allah yang Mahamurah dan penuh cinta. Dia senantiasa berinisiatif menghampiri kita dalam sosok Yesus karena cintaNya yang tak terbatas kepada kita.

Inilah pengalaman iman para Rasul dan jemaat perdana. Mereka yang sebelum ragu, tidak percaya bahkan melarikan diri namun kemudian menjadi percaya karena mereka sendiri diteguhkan oleh perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan Tuhan kepada mereka dan melalui mereka. Dan mereka pun kemudian menjadi pewarta Sabda Tuhan dengan penuh keberanian (bdk. Kis. 11:20). Dengan warta ini dunia menikmati bahagia yang sesungguhnya.

Semoga kita pun dicerahi oleh Sabda Tuhan dalam proses pencarian kita guna menggapai kebahagiaan kita yang sesungguhnya yakni dalam Tuhan. Semoga Rahmat kebangkitanNya yang mengalahkan maut menungguhkan kita untuk untuk semakin percaya dan selalu mengandalkan Dia. Alleluya. Salve.

Oleh RD. Andreas Sika, Pr.
Pastor Pembantu di Paroki St. Yoseph Pekerja Penfui Keuskupan Agung Kupang dan juga Pembina Rohani (Pemroh) WKRI DPD NTT                        

Doa Peneguhan :
Ya Yesus, Sang Sabda yang hidup, tolonglah kami dalam perjuangan hidup kami agar senantiasa menjadikan Sabda-Mu sebagai KOMPAS penuntun langkah hidup dan perjuangan kami. Semoga kami juga menyadari kehadiran dan karya penyelenggaraan-Mu dalam peristiwa-peristiwa hidup yang kami alami sehingga kami diyakinkan selalu bahwa kami tidak pernah berjalan dan berjuang sendirian karena Dikau selalu menyertai dan menolong kami. Karena Dikaulah Tuhan dan Penolong kami yang hidup dan bersatu dengan Bapa serta Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            

Published in Renungan
Tuesday, 17 April 2018 16:48

Pesan Kisah Stefanus bagi Kita

Kisah perjuangan Santu Stefanus hingga harus kehilangan nyawa demi kebenaran memberikan pesan tersendiri yang perlu direnungkan dan ditindaklanjuti penghayatannya. Karena mencermati sebab-musabab peristiwa ini sesungguhnya kita akan menemukan hal-hal demikian masih terus terjadi dalam kehidupan kita di zaman sekarang. Antara lain sikap tidak mau dituntun oleh kebenaran dan kebaikan sejati. Inilah penyebab utama penganiayaan kejam terhadap Stefanus disebabkan oleh ‘rasa tersinggung’ para penatua, ahli Taurat dan Imam Besar orang Yahudi yang merasa ‘dipojokkan’ oleh kata-kata Stefanus.

Padahal kalau dicermati dengan hati bening kita akan menemukan bahwa apa yang dikatakan Stefanus itu benar dan bertujuan mengarahkan kembali hidup mereka yang sudah tidak sesuai lagi dengan ajaran Taurat. Sebagai seorang yang dipenuhi Roh Allah, Santu Stefanus mau mengarahkan mereka kepada jalan hidup yang baik, benar dan membahagiakan mereka. Sayang mereka yang sudah terkontaminasi dengan hal-hal duniawi seperti persaingan tidak sehat, iri hati, cemburu, gengsi dan gila hormat justru melihat ajakan Stefanus sebagai sesuatu yang menggelitik mereka. Karena itu mereka tak segan-segan merajam Stefanus hingga mati.

Belajar dari kisah tragis ini kita diigatkan agar dalam kita berupaya sebisa mungkin menghindarkan diri dari sikap sok tahu dan sok benar seperti para pempimpin Yahudi karena bisa membuat kita menjadi figure-figure yang anti kritik, suka iri hati, cemburu, suka bersaing secara tidak sehat. Santu Paulus menasihati kita dalam 2 Kor. 9:2 agar kita mengupayakan hal-hal baik, benar dan mulia sehingga kegiatan kita menjadi perangsang bagi banyak orang untuk melakukan hal-hal yang sama. Karena itu kita perlu senantiasa bersikap rendah hati di hadapan Tuhan Sang kebenaran dan membiarkan diri diilhami selalu oleh Rohnya serta berupaya menyalakan selalu Roh Allah yang penuh cinta, damai dan suka cita dalam diri kita.

Saya menutup renungan ini dengan satu ungkapan Spanyol yang berbasis dalam 1 Tes. 5:19: NO EXTINGAN LA ACCION DEL ESPIRITU (JANGANLAH PADAMKAN ROH ALLAH). Mari kita terus berjuang dengan bantuan rahmat Allah agar Roh Allah yang telah dianugrahkan oleh Allah sendiri kepada setiap kita senantiasa bernyala sehingga kita saling peduli dan terus mengusahakan damai sejahtera dan suka cita dalam hidup bersama kita.

Santu Stefanus doakanlah kami.
Oleh. Amans Laka, SVD
Mantan Misionaris Argentina yang akan bertugas di Amerika Serikat.

Published in Renungan
Saturday, 14 April 2018 11:33

Perlunya Menjaga Pola Relasi dengan Tuhan

Injil tentang para murid Yesus yang mengalami badai (Yoh. 6: 16-21) menyampaikan satu pesan kehidupan yang perlu kita renungkan kebenarannya dan perlu kita diperhatikan dalam ziarah iman kita bersama Tuhan.

Pesan yang dimaksud berkaitan dengan opsi kegiatan yang dipilih dan dilakukan para murid. Ada satu hal yang menggelitik untuk dicermati yakni Yesus memilih menyepi di gunung untuk berdoa dan bersyukur serta mengagumi karya penyelenggaraan Tuhan khususnya melalui peristiwa perbanyakkan roti dan ikan yang baru saja terjadi. Seyogiannya para murid pun ikut Guru mereka bersyukur kepada Tuhan atas peristiwa iman yang baru saja mereka alami. Anehnya para murid Yesus bukannya menyepi bersama Guru mereka tetapi justru mereka lebih memilih untuk pergi ke pantai mungkin untuk bersenang-senang di di atas perahu setelah sehari suntuk melayani ribuan orang dalam peristiwa perbanyakkan roti dan ikan.

Tentu kita tidak serta merta menyudutkan sikap para murid itu karena mereka juga butuh ruang dan waktu untuk relaksasi dan rekreasi setelah aktifitas melelahkan. Namun perlu dicatat bahwa peristiwa perbanyakkan roti adalah peristiwa iman. Hanya karena Penyelengaraan kuasa Allah yang Mahatinggi maka peristiwa itu bisa terjadi. Karena itu sikap iman yang dilakukan Yesus setelah peristiwa ajaib sangat tepat. Yesus mencari ruang dan waktu untuk bersyukur pada Bapa-Nya yang telah melakukan mujisat. Sebaliknya para murid-Nya justru merayakannya ala duniawi manusiawi. Mungkin mereka bertemu orang-orang yang ikut makan roti sehingga mereka lebih menyambung cerita mengenai peristiwa ajaib itu.

Inilah sikap manusia yang kadang lupa besyukur dan berterimakasih di saat sikap itu perlu dilakukan. Maka peristiwa badai yang dialami para murid Yesus sebenarnya semacam teguran bagi mereka untuk tahu menempatkan diri sesuai sikon. Mereka perlu keluar dari kebiasaan ala duniawi dan mau memaknai serta menjalin suatu pola relasi dengan Tuhan, sumber hidup dan penyelenggara karya-karya mereka.

Kisah ini mengingatkan kita juga yang kadang melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh para murid yang kurang bersykur dalam hidup; yang seringkali memilih jalan lain dari apa yang dikehendaki Tuhan sehingga membawa kita pada situasi kelam.

Sebab itu mari kita belajar untuk mempertahankan pola sikap baik dan relasi akrab kita dengan Tuhan. Kita hendaknya tahu menempatkan diri sesuai situasi yang seharusya.

Tuhan memberkati kita sekalian
P Lazarus Mau, SVD
(Misionaris SVD yang sedang berkarya di Maliana Timor Leste)

Published in Renungan
Friday, 13 April 2018 10:34

Memberdayakan Kaum Kecil

Sabda Tuhan selalu saja menyajikan inspirasi-inspirasi menarik bagi kita. Kisah perbanyakkan roti dan ikan (Yoh. 6:1-15), misalnya,  menyajikan begitu banyak pesan yang menarik untuk direnungkan.

Salah satu pesan menarik dari kisah mengagumkan tersebut yakni orang menyumbang roti dan ikan yang diperbanyak Yesus itu. Yang mendonasikan roti dan ikan itu bukan dari pabrik roti atau 'orang berpunya' tapi justru dari seorang anak kecil yang seringkali disepelekan orang-orang dewasa dalam dunia kehidupan sosial. Anak kecil ini bisa mewakili kaum kecil yang biasanya dianggap remeh dalam kebersamaan.

Dalam perspektif tersebut kisah ini sebenarnya mau mengajak kita untuk menaruh kepercaryaan kepada setiap orang khususnya kaum kecil bahwa setiap orang mempunyai talenta dan kemampuan yang bisa diberdayakan untuk kehidupan bersama. Pesan lain yang tidak kalah penting yakni hendaknya kita menaruh perhatian pada anak-anak dan kaum kecil yang sering dianggap remeh dalam kehidupan bersama. Kita perlu memberi mereka ruang dan waktu bagi mereka untuk mengembangkan roti dan ikan talenta-kemampuan yang mereka miliki. Kita hendaknya mendukung dan mengapresiasi karya-karya dan sumbangan mereka bagi kesejahteraan umum.

Injil ini mengajak kita untuk mengapresiasi dan mendukung orang-orang atau pihak-pihak yang selama berupaya memberdayakan anak-anak dan kaum kecil sehingga mereka pun berkontribusi dalam kehidupan sosial. Kita berterimakasih utk para orang tua yang setia, tabah dan penuh tanggungjawab memberdayakan hidup anak-anak mereka sehingga menjadi orang-orang yang berguna bagi bangsa, negara dan Gereja. Apresiasi juga kepada para guru, pendamping, pembimbing dan semua pihak yang selama ini berkarya memperjuangkan pemberdayaan anak-anak, kaum muda dan kaum kecil.

Saudara-saudari sekalian adalah Andreas-Andreas ysng telah membantu menghantar anak-anak dan kaum kecil bertemu Tuhan dan diberkati Tuhan sehingga talenta, kemampuan dan karya mereka turut berguna bagi kesejahteraan umum.

Mari kita semua berupaya dengan cara kita menjadi Andreas-Andreas yang menghantar anak-anak, kaum muda dan kaum kecil kepada Tuhan agar Tuhan memberkati dan memperbanyak roti dan ikan talenta dan kemampuan mereka demi kesejahteraan hidup kita semua.

Tuhan menanti kita sekalian yang mau membawa anak-anak, kaum muda dan kaum kecil untuk diberkati kita dan diberdayakan Tuhan.

Salam dan berkat.
Pater Yakobus Weke, SVD

Published in Renungan
Thursday, 12 April 2018 11:49

Manfaat Kedekatan dengan Tuhan

Kisah-kisah hidup seputar kehidupan para murid Tuhan selalu saja menampilkan hal-hal menarik untuk kita renungkan. Salah satu hal menarik yang ditampilkan dalam Kisah Para Rasul 5 yakni keberanian para murid memberikan kesaksian akan kebangkitan Yesus.

Mencermati secara kronologis sikap para murid Tuhan ini dari awal kemuridan itu, kita menemukan di sana bahwa keberanian para murid dan semangat yang berapi-api bersaksi tentang kebangkitan Tuhan bukan muncul dalam sekejap. Semangat keberanian itu boleh dibilang merupakan suatu hasil transformasi diri dari pribadi-pribadi yang mudah merasa takut, cemas, ragu-ragu dan tidak percaya menuju sikap iman yang teguh akan Tuhan sebagai Allah yang mahakuasa.

Proses transformasi ini terjadi karena mereka mau mengikuti proses digembleng oleh Tuhan dan mau dibentuk oleh pengalaman-pengalaman ‘jatuh bangun’ dalam perjalanan kemuridan mereka bersama Tuhan. Kemauan mengikuti Tuhan dan tuntunannya dalam aneka peristiwa yang mereka alami dan lalui akhirnya mentransformasi mereka dari orang-orang yang tidak tahu dan paham akan hal-hal iman akan Allah dan penyelenggara Ilahi Allah menjadi orang-orang yang sangat percaya akan kedasyatan kekuatan penyelenggara. Semangat inilah yang mendorong mereka berani memberikan kesaksian tanpa rasa takut sedikit pun kepada manusia karena mereka lebih takut dan taat pada Allah yang sudah mereka alami kedasyatan penyelenggraanNya.

“kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia…. Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia.”(Kis. Ra. 5:29).

Inilah manfaatnya bila kita mendekatkan diri dengan Tuhan dan berupaya mengikuti Tuhan dalam segala sesuatu serta memasrahkan hidup kita dalam penyelenggaraanNya. Kita akan ditransformasi dari pribadi yang tidak tahu menjadi tahu dan paham akan rahasia kebenaran Iman akan penyelenggara Tuhan. Kita akan dirubah dari pribadi yang suka takut, cemas, ragu dan tak percaya menjadi pribadi-pribadi yang beriman teguh. Dan pengalaman-pengalaman transformasi ini menggerakkan kita untuk memberi kesaksian akan kemahakuasaan Tuhan dan senantiasa bersedia membagikan rahmat kasih Tuhan yang kita terima dalam hidup kita.

Mari kita meluangkan waktu sejenak mengingat pengalaman-pengalaman penyelenggaraan kemakuasaan Tuhan dalam hidup kita yang pernah kita alami baik dalam peristiwa-peristiwa kecil maupun kejadian luar biasa. Kiranya dengan permenungan ini kita makin diteguhkan untuk bersikap seperti para Murid Yesus yang berani memberik kesaksian akan kemahakuasaan Tuhan kita. Kita mau berniat makin setia dalam iman kita akan Tuhan dan mau senantiasa bersedia berbagi kisah iman kepada sesama kita.

Kiranya kata-kata Yohanes Pembaptis meneguhkan perjuangan kita dalam mengikuti Tuhan: ‘barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak percaya kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.”(Yoh. 3: 31-36).

Kesetiaan kita mengikuti Tuhan hingga detik ini menjadi bukti nyata bahwa kita pun seperti para murid berupaya dengan segala kelebihan dan kekurangan kita mengikuti Tuhan dan menjadi abdi-abdinya. Pengalaman-pengalaman iman yang kita alami makin meneguhkan kita untuk tetap setia mengimani Tuhan kita dan mempasrahkan seluruh hidup dan segala situasi yang kita alami dalam karya penyelenggaraanNya. Pelayanan kita kepada sesama melalui hidup dan tugas pengabdian yang dipercayakan kepada kita menjadi bukti nyata bahwa kita pun telah mengambil bagian dalam rencana agung Allah membagikan rahmat dan kasih Tuhan kepada sesama.

Semoga Tuhan yang kita Imani dan ikuti melimpahkan berkatNya agar kita makin setia seperti para murid dan Yohanes Pembaptis menjadi saksi kebangkitan Tuhan dan penyalur rahmatNya kepada sesama kita. Amin.

Tuhan memberkati
Pater Marselinus Baunule, SVD

Published in Renungan
Sunday, 08 April 2018 16:54

Loka Retret Psiko Spiritual

5.jpeg2.jpeg14.jpeg9.jpeg7.jpeg12.jpeg11.jpeg10.jpeg1.jpeg3.jpeg6.jpeg4.jpeg13.jpeg8.jpeg

Published in Photo Album
Sunday, 08 April 2018 13:23

Hidup Dalam Nama Tuhan

MANUSIA merupakan makhluk monodualistis, artinya makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia hidup saling membutuhkan. Manusia semakin menyadari individualitas melalui kehidupan bersama orang lain. Esensi manusia sebagai makhluk sosial adalah kesadaran manusia tentang status dan posisinya serta bagaimana tanggungjawab dan kewajibannya di dalam kebersamaan. Di lain pihak, manusia diciptakan berbeda satu sama lain. Perbedaan itu bisa menjadi alasan saling membutuhkan, tetapi juga menjadi ancaman yang melahirkan pertentangan.

Hidup bersama dalam nama Tuhan mengandung nilai-nilai kebersamaan sesuai dengan ajaran Tuhan. Seseorang disebut berdosa bila ia tak bisa hidup dalam kebersamaan dalam nama Tuhan. Dalam Injil Matius, Yesus memberi petunjuk bagaimana menyelamatkan orang yang hidup di luar kebersamaan. “Tegurlah dia empat mata, kalau tidak berhasil libatkan beberapa orang, dan kalau masih tidak berhasil sampaikan soal itu kepada jemaat. Kalau masih juga tidak berhasil maka orang tersebut dianggap tidak mengenal Tuhan sebagaimana dihayati dalam norma-norma kebersamaan” (bdk. Mat 18:15-20). Yang menarik dari petunjuk Yesus adalah sikap menghargai kebebasan individu dalam kebersamaan. Kesalahan dan dosa apapun yang dilakukan seseorang, jangan cepat menghakimi. Kita harus memberi ruang dan waktu, agar proses pertobatan dapat dijalani.

Makna kebersamaan terungkap dalam firman Tuhan: “sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Makna kebersamaan menurut firman Tuhan hari ini, hendaknya kita hidup bersama orang lain dan kebersamaan itu dalam nama Tuhan.

Yesus memanggil para murid untuk hidup bersama sebelum mereka diutus. Tinggal bersama Yesus menjadi hal yang sangat penting dalam proses menjadi seorang murid-Nya. Hidup bersama Yesus membawa dampak dalam kehidupan mereka secara pribadi, maupun dalam kebersamaan. Perubahan apa yang terjadi dalam hidup mereka? Para murid terpanggil untuk tumbuh dalam persaudaraan yang akrab denganYesus. Panggilan ini terungkap secara khusus dalam Injil Yohanes. Dalam cerita panggilan yang pertama (Yoh 1:39), Yesus mengundang murid-murid-Nya dengan mengatakan, “Marilah dan kamu akan melihatnya”, Yohanes menambahkan, “dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia.”

Hidup bersama Yesus merupakan puncak dari persahabatan dengan-Nya. Pada awal Injilnya Yohanes mengatakan “Mereka tetap bersama-Nya” (Yoh 1:39) dan menjelang akhir Injilnya Yesus sendiri menegaskan agar para murid “tinggal di dalam-Nya” (Yoh 15:14). Tinggal dalam Yesus memang tujuan dari kerasulan. “Tinggalah di dalam Aku dan Aku tinggal di dalam kamu”(Yoh 15:4). Pandangan yang sama diungkapkan St Paulus bahwa misinya kepada bangsa-bangsa sebenarnya adalah Kristus dapat menjadikan hati mereka sebagai rumah-Nya (Ef 13:17).

Dengan hidup bersama Yesus dan mengikuti-Nya, para rasul perlahan-lahan mulai belajar untuk berpikir dan bertindak seperti Yesus. Mereka mulai melihat masalah dan memecahkan persoalan berdasarkan pandangan Yesus. Dengan demikian, mereka ikut berperan serta melaksanakan kasih Yesus.

Yesus mengajak para murid untuk bersama dalam satu kelompok, tapi kadang terjadi ketegangan misalnya ada beberapa yang “mencari muka” (Mrk 10:38). Ini karena mereka orang biasa dan tak sempurna. Namun, Yesus menerima mereka dan mengajak mereka untuk berkembang sampai sungguh-sungguh menyadari arti mengikuti Yesus dan bertindak seperti yang dikehendaki-Nya.

Berkumpul atau hidup bersama dalam nama Tuhan menjadi inti dari seluruh kegiatan apostolik. Prasyarat karya apostolik yang berhasil adalah adanya pengalaman hubungan pribadi yang akrab dengan Kristus. Apa yang kita wartakan sebenarnya adalah hubungan kita yang mendalam dengan Kristus sendiri. Seperti Yohanes kita hendaknya juga mewartakan pengalaman kebersamaan kita dengan Kristus (1Yoh 1:1-4).

Pengalaman hidup umat perdana menjadi pelajaran bagi kita untuk merealisasikan ungkapan Yesus dalam Matius 18:20: “sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Gambaran tentang jemaat perdana dan bagaimana hidup bersama dalam nama Tuhan tertuang dalam Kisah Para Rasul 2:41-47 dan 5:32-35. Belajar dari umat perdana, maka kebersamaan dalam nama Tuhan membutuhkan pengakuan iman akan Yesus, mendengarkan firman-Nya, berdoa bersama, hidup berbagi khususnya bagi mereka yang berkekurangan.

Mgr John Philip Saklil

Published in Renungan

Kegiatan Terbaru

...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohan...

25 October 2023
...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5)

Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...

PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

19 October 2022
PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...

BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

18 October 2022
BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...

BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTE...

16 October 2022
BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTER SAN

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

14 October 2022
BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

Tentang Kami

Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya

Berita Terbaru

©2024 Sumur Yakub - Pusat Spiritualitas. All Rights Reserved.

Search