Injil tentang para murid Yesus yang mengalami badai (Yoh. 6: 16-21) menyampaikan satu pesan kehidupan yang perlu kita renungkan kebenarannya dan perlu kita diperhatikan dalam ziarah iman kita bersama Tuhan.
Pesan yang dimaksud berkaitan dengan opsi kegiatan yang dipilih dan dilakukan para murid. Ada satu hal yang menggelitik untuk dicermati yakni Yesus memilih menyepi di gunung untuk berdoa dan bersyukur serta mengagumi karya penyelenggaraan Tuhan khususnya melalui peristiwa perbanyakkan roti dan ikan yang baru saja terjadi. Seyogiannya para murid pun ikut Guru mereka bersyukur kepada Tuhan atas peristiwa iman yang baru saja mereka alami. Anehnya para murid Yesus bukannya menyepi bersama Guru mereka tetapi justru mereka lebih memilih untuk pergi ke pantai mungkin untuk bersenang-senang di di atas perahu setelah sehari suntuk melayani ribuan orang dalam peristiwa perbanyakkan roti dan ikan.
Tentu kita tidak serta merta menyudutkan sikap para murid itu karena mereka juga butuh ruang dan waktu untuk relaksasi dan rekreasi setelah aktifitas melelahkan. Namun perlu dicatat bahwa peristiwa perbanyakkan roti adalah peristiwa iman. Hanya karena Penyelengaraan kuasa Allah yang Mahatinggi maka peristiwa itu bisa terjadi. Karena itu sikap iman yang dilakukan Yesus setelah peristiwa ajaib sangat tepat. Yesus mencari ruang dan waktu untuk bersyukur pada Bapa-Nya yang telah melakukan mujisat. Sebaliknya para murid-Nya justru merayakannya ala duniawi manusiawi. Mungkin mereka bertemu orang-orang yang ikut makan roti sehingga mereka lebih menyambung cerita mengenai peristiwa ajaib itu.
Inilah sikap manusia yang kadang lupa besyukur dan berterimakasih di saat sikap itu perlu dilakukan. Maka peristiwa badai yang dialami para murid Yesus sebenarnya semacam teguran bagi mereka untuk tahu menempatkan diri sesuai sikon. Mereka perlu keluar dari kebiasaan ala duniawi dan mau memaknai serta menjalin suatu pola relasi dengan Tuhan, sumber hidup dan penyelenggara karya-karya mereka.
Kisah ini mengingatkan kita juga yang kadang melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh para murid yang kurang bersykur dalam hidup; yang seringkali memilih jalan lain dari apa yang dikehendaki Tuhan sehingga membawa kita pada situasi kelam.
Sebab itu mari kita belajar untuk mempertahankan pola sikap baik dan relasi akrab kita dengan Tuhan. Kita hendaknya tahu menempatkan diri sesuai situasi yang seharusya.
Tuhan memberkati kita sekalian
P Lazarus Mau, SVD
(Misionaris SVD yang sedang berkarya di Maliana Timor Leste)