Kisah perjuangan Santu Stefanus hingga harus kehilangan nyawa demi kebenaran memberikan pesan tersendiri yang perlu direnungkan dan ditindaklanjuti penghayatannya. Karena mencermati sebab-musabab peristiwa ini sesungguhnya kita akan menemukan hal-hal demikian masih terus terjadi dalam kehidupan kita di zaman sekarang. Antara lain sikap tidak mau dituntun oleh kebenaran dan kebaikan sejati. Inilah penyebab utama penganiayaan kejam terhadap Stefanus disebabkan oleh ‘rasa tersinggung’ para penatua, ahli Taurat dan Imam Besar orang Yahudi yang merasa ‘dipojokkan’ oleh kata-kata Stefanus.
Padahal kalau dicermati dengan hati bening kita akan menemukan bahwa apa yang dikatakan Stefanus itu benar dan bertujuan mengarahkan kembali hidup mereka yang sudah tidak sesuai lagi dengan ajaran Taurat. Sebagai seorang yang dipenuhi Roh Allah, Santu Stefanus mau mengarahkan mereka kepada jalan hidup yang baik, benar dan membahagiakan mereka. Sayang mereka yang sudah terkontaminasi dengan hal-hal duniawi seperti persaingan tidak sehat, iri hati, cemburu, gengsi dan gila hormat justru melihat ajakan Stefanus sebagai sesuatu yang menggelitik mereka. Karena itu mereka tak segan-segan merajam Stefanus hingga mati.
Belajar dari kisah tragis ini kita diigatkan agar dalam kita berupaya sebisa mungkin menghindarkan diri dari sikap sok tahu dan sok benar seperti para pempimpin Yahudi karena bisa membuat kita menjadi figure-figure yang anti kritik, suka iri hati, cemburu, suka bersaing secara tidak sehat. Santu Paulus menasihati kita dalam 2 Kor. 9:2 agar kita mengupayakan hal-hal baik, benar dan mulia sehingga kegiatan kita menjadi perangsang bagi banyak orang untuk melakukan hal-hal yang sama. Karena itu kita perlu senantiasa bersikap rendah hati di hadapan Tuhan Sang kebenaran dan membiarkan diri diilhami selalu oleh Rohnya serta berupaya menyalakan selalu Roh Allah yang penuh cinta, damai dan suka cita dalam diri kita.
Saya menutup renungan ini dengan satu ungkapan Spanyol yang berbasis dalam 1 Tes. 5:19: NO EXTINGAN LA ACCION DEL ESPIRITU (JANGANLAH PADAMKAN ROH ALLAH). Mari kita terus berjuang dengan bantuan rahmat Allah agar Roh Allah yang telah dianugrahkan oleh Allah sendiri kepada setiap kita senantiasa bernyala sehingga kita saling peduli dan terus mengusahakan damai sejahtera dan suka cita dalam hidup bersama kita.
Santu Stefanus doakanlah kami.
Oleh. Amans Laka, SVD
Mantan Misionaris Argentina yang akan bertugas di Amerika Serikat.