Satu fenomena menarik yang melingkupi hidup manusia ‘zaman now’ yakni kebanyakan orang begitu gencar mengejar kebahagiaan namun tidak sedikit yang kurang mengalaminya. Padahal bila kita membandingkan sarana-sarana pendukung hidup manusia di masa sekarang dengan masa-masa sebelumnya terlihat jelas bahwa dunia sekarang jauh lebih baik sarana-prasarananya. Namun mengapa banyak orang kurang bahkan tidak mengalami rasa damai dan bahagia di zaman now ini?
Pernyataan Yesus, Sang Guru Ilahi dalam Injil Yohanes 10: 25 menjawab pertayaan tersebut dengan singkat, padat dan jelas. Dan jawaban itu adalah karena manusia tidak percaya kepada Dia, sebagai Putra Allah yang hidup yang datang membebaskan dan menyelamatkan. Ajaran dan karya ajaib sudah dibuatNya namun manusia tidak percaya. Inilah yang membuat manusia tidak mampu menggapai kebahagian sejati. Padahal kebahagiaan sejati manusia yang sesungguhnya adalah tinggal bersama Tuhan, Sang Pencipta dan penjamin hidup kita. Namun bahagia itu sirna dari kita lantaran dosa. Ketidakpercayaan akan Tuhan membuat manusia tidak percaya pula akan Sabda dan karya ajaib yang dilakukakannya. Dan tidak lanjut dari ketidakpercayakan ini yakni kita lebih mencari pertolongan di luar Tuhan.
Ada hal menarik dari fenomen ketidakpercayaan manusia akan peran Tuhan dalam hidupnya yang patut kita renungkan. Sekalipun manusia ‘menolak’ tawaran pertolongan Tuhan dan mencari pertolongan di luar Tuhan namun hasrat dan perjuangan mencari kebenaran dan kebahagiaan sejati akan menghantar dia menyadari bahwa apapun bantuan manusia atau dunia teknologi secanggih apapun toh terbatas kemampuannya. Pada saat yang sama kita menyadari pula bahwa Tuhan selalu mau menolong kita hanya kita lah yang menjauh dari Tuhan. Sikap demikianlah yang membuat kita seakan tidak punya kemampuan mendekati Tuhan. Akibatnya kita mengeluh dan terus mengeluh. Namun Tuhan tetap konsisten dengan identitas dan karakter diriNya sebagai Allah yang Mahamurah dan penuh cinta. Dia senantiasa berinisiatif menghampiri kita dalam sosok Yesus karena cintaNya yang tak terbatas kepada kita.
Inilah pengalaman iman para Rasul dan jemaat perdana. Mereka yang sebelum ragu, tidak percaya bahkan melarikan diri namun kemudian menjadi percaya karena mereka sendiri diteguhkan oleh perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan Tuhan kepada mereka dan melalui mereka. Dan mereka pun kemudian menjadi pewarta Sabda Tuhan dengan penuh keberanian (bdk. Kis. 11:20). Dengan warta ini dunia menikmati bahagia yang sesungguhnya.
Semoga kita pun dicerahi oleh Sabda Tuhan dalam proses pencarian kita guna menggapai kebahagiaan kita yang sesungguhnya yakni dalam Tuhan. Semoga Rahmat kebangkitanNya yang mengalahkan maut menungguhkan kita untuk untuk semakin percaya dan selalu mengandalkan Dia. Alleluya. Salve.
Oleh RD. Andreas Sika, Pr.
Pastor Pembantu di Paroki St. Yoseph Pekerja Penfui Keuskupan Agung Kupang dan juga Pembina Rohani (Pemroh) WKRI DPD NTT
Doa Peneguhan :
Ya Yesus, Sang Sabda yang hidup, tolonglah kami dalam perjuangan hidup kami agar senantiasa menjadikan Sabda-Mu sebagai KOMPAS penuntun langkah hidup dan perjuangan kami. Semoga kami juga menyadari kehadiran dan karya penyelenggaraan-Mu dalam peristiwa-peristiwa hidup yang kami alami sehingga kami diyakinkan selalu bahwa kami tidak pernah berjalan dan berjuang sendirian karena Dikau selalu menyertai dan menolong kami. Karena Dikaulah Tuhan dan Penolong kami yang hidup dan bersatu dengan Bapa serta Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.