Renungan

Monday, 28 May 2018 10:14

Kebahagiaan Abadi Datang dari Tuhan

Written by Sr. M. Fransiska SFSC

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus Tuhan, damai bagimu sekalian! Saya mengajak kita sekalian meluangkan waktu sejenak merenungkan pesan Injil hari ini karena pesannya masih tetap aktual untuk kita. Saya mau mulai dengan pertanyaan berikut: Di manakah sumber kebahagiaan hidup?

Saat ini, kita hidup di zaman yang bisa spontan menjawab pertanyaan tadi: kita cukup melihat iklan-iklan yang ditayang di televisi atau media-media sosial. Instrument-instrumen komunikasi ini memberi solusi untuk memperoleh kebahagiaan hidup: awet muda, bentuk tubuh yang bagus, cool, wajah menawan, berkeliling dunia, hidup di kota besar, memperoleh banyak “like” di Facebook, banyak uang dan masih banyak hal duniawi yang lain.

Bacaan-bacaan hari ini memberi kita jawaban dari mana sumber kebahagiaan hidup. Bacaan injil hari ini mengisahkan pertemuan Yesus dengan seorang kaya. Markus dalam menulis kisah ini tidak menyebut nama dari orang kaya ini, sang anonim ini bisa kita identifikasikan dengan diri kita masing-masing. Atas pertanyaan penuh iman dari orang kaya ini tentang apa yang harus ia perbuat untuk memperoleh hidup yang bahagia dan kekal, Yesus memberi “daftar” perintah Allah, “daftar” sikap atau cara hidup yang harus dilakukan. Orang kaya ini menjawab bahwa semuanya sudah ia lakukan sejak masa mudanya. Tentunya suatu kebajikan hidup yang luar biasa dan membuat dia bahagia karena dia mampu mematuhi aturan-aturan itu secara baik. Karena dia dalam nada bangga (worldly proud) menyatakan hal itu kepada Yesus bahwa yang terkesan mau mengukapkan secara tak langsung bahwa dirinya sudah menggapai kebahagiaan.

Namun Yesus, yang mengenal hati dan pikiran semua orang, menghantar orang kaya ini untuk menemukan suatu bentuk kebahagiaan yang lebih dalam dari apa yang sudah digapainya. Injil menyebutkan bahwa Yesus menghantar dia menemukan bentuk kebahagiaan itu dengan cara “memandang dia dan menaruh kasih kepadanya” (Mrk 10:21). Dengan “memandang” Yesus ingin berkomunikasi lebih dalam –inner contact- dengan orang (anonim) ini. Yesus ingin agar ia “merasa dilihat”, “merasa diterima”, “merasa dikenal” oleh Yesus. Dengan cara ini Yesus mau menghantar dia menyadari bahwa mencari dan menemukan kebahagiaan bukan saja melalui penghayatan akan perintah Allah sifatnya mekanistis-formalistis, tetapi terutama melalui pengalaman kasih bersama Tuhan yang ‘ditangkap’ dengan bathin dan jiwa. Yesus mau tunjukkan bahwa Perintah Allah merupakan sarana untuk mewujudnyatakan kasih Tuhan yang berbela rasa dengan manusia maka penghayatan konkret perintah Allah mestinya sampai pada tahap berbela rasa kepada sesama. Karena dengan bela rasa yang tumbuh dalam diri akan mendorong orang untuk mewujudkan belaskasih Allah kepada sesama melalui tindakan belas kasihnya.

Rupanya pandangan Yesus tanpa kata kepada orang kaya ini penuh ‘touch’ pada sisi jiwanya menghantar si anonim ini untuk menyadari bahwa ada suatu bentuk kebahagiaan yang lebih tinggi dan mulia dari apa yang sudah dia gapai. Di saat dia merasa bahwa ada sesuatu yang masih kurang dan perlu diupayakan, Yesus memandangnya dengan penuh belas kasih sejati serta berkata terus terang kepadanya: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kau miliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutilah Aku.” (Mrk 10:21).

Sayang sekali, keterikatan si kaya anonim ini pada hartanya masih lebih kuat dari jenis kebahagiaan yang ditawarkan Yesus kepadanya. Hal ini tampak melalui reaksinya atas tawaran Yesus yang digambarkan oleh penginjil Markus di mana dia kecewa dan pergi dengan sedih karena dia memiliki banyak harta. Satu hal baik yang perlu kita renungkan juga yakni sikap Yesus pada si kaya anonim yang menolak tawaran kebahagiaanNya. Yesus tidak memaksa dia untuk harus mengikuti Dia. Yesus membiarkan dia memilih dengan penuh suka rela.

Sikap Yesus memberikan pesan tersendiri bagi kita bahwa Dia tidak mengecam kekayaan, tidak mengecam orang yang menawan rupanya, yang selalu berkeliling dunia, yang memiliki pakaian indah, mobil bagus, hp model terkini. Bukan ini yang Yesus dipermasalahkan. Yang Yesus inginkan adalah keberanian untuk tidak terikat dengan hal-hal yang dimiliki, untuk berani “melepas diri” dari hal-hal duniawi yang tampaknya dapat memberi jaminan akan kebahagiaan. Yesus ingin agar kita menaruh harapan, menaruh keyakinan kita padaNya seperti yang tertulis dalam surat rasul Petrus dalam bacaan pertama hari ini. Karena kemurahan hati Allah kita dilahirkan kembali “oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu” (1 Pt 1:3-4). Kebahagiaan kekal hanya pada Tuhan, hanya Dia yang mampu mengisi kekosongan hati kita. Meninggalkan semua yang membebani ziarah hidup menuju kebahagiaan sejati akan meringankan langkah kita untuk menjadi murid Yesus. Bersama Yesus kebahagiaan hidup kita akan menjadi sempurna, memiliki Dia sebagai Gembala hidup, kita tak akan kekurangan apapun (Mzm 23).

Setelah orang kaya itu pergi dengan sedih, Yesus memandang murid-muridNya dan berkata bahwa betapa sulitnya orang yang ‘beruang’ masuk ke dalam Kerajaan Allah, betapa sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Murid-murid pun bertanya jika demikian siapakah yang dapat diselamatkan? Atas kekhawatiran mereka Yesus sekali lagi memandang murid-muridNya dan berkata “bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah adalah mungkin bagi Allah” (Mrk 10:27). Keselamatan datang dari Tuhan, manusia tidak dapat memberi keselamatan. Tanpa Tuhan, kita tidak dapat memberi makna akan kehidupan ini, kita tidak dapat menemukan apa yang menghantar kita kepada kehidupan abadi, kebahagiaan kekal. Bersama Tuhan, semua yang tidak mungkin menjadi pasti, yang diperlukan adalah iman kepadaNya.

Doa:
“Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya”: biarkanlah hari ini kami mengalami kasihMu dan mampukanlah kami tuk dengan sukacita mengikutiMu sumber kebahagiaan sejati. Amin.

Oleh Sr. Maria Fransiska Manek, SFSC
(berkarya di Teano Provinsi Caserta-Italia Selatan)

Kegiatan Terbaru

...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohan...

25 October 2023
...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5)

Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...

PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

19 October 2022
PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...

BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

18 October 2022
BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...

BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTE...

16 October 2022
BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTER SAN

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

14 October 2022
BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

Tentang Kami

Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya

Berita Terbaru

©2025 Sumur Yakub - Pusat Spiritualitas. All Rights Reserved.

Search