Saudara-saudari Pencinta Sabda Tuhan yang terkasih.Berkenaan dengan Injil hari ini tentang kerinduan anak-anak bertemu Yesus, saya mau membagikan satu pengalaman sederhana yang saya alami ketika berada Kanada saat mengikuti kegiatan Indonesia-Canada Youth Exchange Program 2017. Di Kanada saya tinggal dirumah orangtua asuh yang tidak memiliki agama. Maka sudah pasti orang tua asuh saya ini tidak mau repot dengan urusan keagamaan dan hal-hal yang bernuasa religius. Tetapi sebaliknya dalam diri saya ada kerinduan yang besar untuk bertemu Tuhan apalagi di saat-saat seperti saya masih merasa terasing di negeri orang membuat kerinduan dekat Tuhan makin bergelora dalam jiwaku yang terdalam.
Inilah suatu pengalaman kecil yang mengingatkan saya akan apa yang dikatakan Santu Agustinus mengenai kerinduan dekat Tuhan. Ya, suatu kesadaran dalam bathin manusia akan ketergantungan mutlak dirinya pada Tuhan sumber hidupnya. Mungkin inilah perasaan Ilahi yang senantiasa menumbuhkan kerinduan alamiah dalam diri setiap insan untuk mencari dan bertemu Tuhan, Sang Penjamin hidupnya. Kerinduan ini pula yang mendorong saya untuk mulai mencari di mana Gereja berada. Saya terus menerusmenyampaikan kerinduan saya ini kepada Tuhan dalam doa-doa saya memohon bantuanNya agar saya bisa ke Gereja. Saya pun terus mencari cara agar bisa mewujudkan impian dan rasa rindu saya ini.
Mengingat orangtua asuh saya tidak gubris akan hal-hal yang berkaitan dengan urusan agama, maka saya pun tidak mau merepotkan dia dalam kaitan dengan niat saya ke Gereja. Saya mulai searching letak Gereja melalui internet dan saya temukan bahwa jarak antara tempat saya dan Gereja terdekat sekitar 45-60 menit dengan bus.Namun kendala saya waktu itu adalah soal jadwal bis di daerah itu pada hari Minggukarena rumah kami berada di daerah paling ujung di kota itu dan jadwal bus pada hari Minggu hanya tiga jam sekali T.T. Saat itu barulah saya sadar mengapa orang tua asuh teman saya yang Kristen menawarkan saya untuk menginappada hari Sabtu malam di rumah mereka yang jaraknya dekat Gereja sehingga kami bisa ke Gereja pada hari Minggunya. Tapi niat untuk menginap di sana saya urungkan setelah mendapat informasi dari teman saya bahwa rumah mereka pun tak terluas luas maka saya tidak mau merepotkan mereka hanya karena kehadiran saya. Yang pasti kerinduan ke Gereja terus membara maka saya memutuskan untuk menumpang taxi meski biayanya lumayan besar untuk ukuran saya seorang pelajar di negeri orang waktu itu. Tapi saya percayabahwa kekuatan yang akansaya dapatkan dari pertemuan dengan Tuhan sudah pasti jauh melampui biaya yang saya perlu keluarkan untuk transportasi ke Gereja. Ada keyakinan dalam hati kecil juga bahwa selalu ada malaikat yang Tuhan tempatkan di pojok-pojok jalan untuk menolong orang yang berniat tulus dan mulia mencariTuhan.
Dan hal itu ternyata terbukti kebenarannya sepanjang hari itu juga. Ajaibnya malaikat pertama yang saya temukan saat saya pertama kali ke Gereja justru melalui orang tua asuh sendiri yang tidak beragama. Saat itu saya mendengar bahwa orangtua asuh saya mau pergi ke luar kotaMinggu pagi itu. Walau hati kecil ragu meminta bantuan, sayaakhirnya memberanikan diri menanyakan kepada orangtua asuh saya apakah boleh saya menumpang mobilnya ke gereja. Puji Tuhan permintaan saya direstui tapi disertai satu pertanyaan hakiki menyangkut identitas diri saya: you are a believer right? Saya menjawab Yes I AM. Kemudian dia berkata I AM NOT, Please pray for me. Sebelum saya turun saya mengatakan kepadanya:Yes, I will pray for you.
Sebelum masuk ke gereja saya berkenalan dengan seorang bapak separuh baya yang ternyata adalah mantan pilot. Inilah malaikat kedua yang saya temui hari itu karena dari orang ini dia mempetemukan saya dengan malaikat berikutnya berupa seorang ibu yang rumahnya dekat tempat tinggal saya. Ibu ini ternyata salah seorang Dewan Paroki dan beliau menawarkan diri untuk menjemput dan menghantar saya ke Gereja setiap hari Minggu selama saya berada di sana. Hari itu juga beliau mau mengantar saya kembali ke tempat saya namun karena saya sudah berjanji dengan teman saya untuk shoping di Superstore maka saya memilih untuk naik bus ke kota. Dan ini juga moment mengalami ‘another surprising’ Tuhan bagi saya di hari Surprising Sunday tersebut. Saya kembali berjumpa mantan pilot yang saya temui sebelum misa bersama istrinya. Mereka menawarkanagar saya bersama mereka ke tempat shoping yang saya karena mereka juga mau berbelanja di sana. Sebelum ke Super Store, kedua ‘malaikat penolong’ saya ini mengajak sarapan di restaurant. Ternyata restaurant itu adalah White Spot salah satu restaurant favorit yang dikunjungi banyak orang dan saya kami (saya dan teman-teman)berencana akan ke sana sebelum kembali ke Indonesia.What’s a blessing day.
Entah semuanya ini kebetulan dalam perspektif nalar manusia, namun ijinkan saya memaknai semuanya itu sebagai penyelenggaraan Ilahi.Saya sama sekali tidak menyangka Tuhan mempertemukan saya dengan malaikat-malaikatNya berupa orang-orang yang baik hati itu pada saya hari itu.Bermula dari kerinduan bertemu Tuhan dan niat tulus ke Gereja, ternyata Tuhan membuat banyak kejutan berkat di hari itu. Inilah alasan saya menyebut hari itu Surprising Sunday.
Pengalaman-pengalaman kecil tersebut menghantar saya memahami Injil hari ini dari Markus 10:14 tentang keterbukaan hati Yesus menerima dan memberkati anak-anak yang rindubertemu dengan Dia. Kerinduan untuk bertemu Tuhan menumbuhkan perjuangan tersendiri untuk bertemu dengan Dia. Kadang bahkan sering ada saja halangan yang datang menghalang kita mewujudkan impian mulia itu.Pengalaman ini mengajar saya agar jangan menyerah pada tantangan dan halangan itu. Kobarkan terus kerinduan itu dan bawakan dalam doa niscaya Tuhan akan membuka jalan karena Tuhan tidak pernah tertidur. Dia melihat semuanya dan akan menyelenggarakan semuanya yang penting tetaplah percaya padaNya dan mengandalkan kuasa penyelenggaraanNya serta membuka mata melihat dan menemukan cara Tuhan berkarya dalam membantu kita mewujudkan keriduan Ilahi itu.
Saya juga diteguhkan melalui pengalaman-pengalaman kecil ini untuk yakin bahwa doa punya kekuatan. Saya sangat setuju dengan kata-kata Santu Yakobus: doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya (Yakobus 5: 16b). Tuhan tidak pernah menutup telingaNya pada doa-doa kita.Mungkin kadang soal cepat atau tidaknya waktu doa kita dikabulkan. Namun ini juga menjadi kesempatan untuk menumbuhkan ketabahan dan kesabaran kita untuk disinkronisasikan dengan ritme rencana dan kehendak Tuhan bukan memaksakan keingingan manusiawi kita padaNya.
Saya cukup yakin saudara-saudari juga punya pengalaman yang sama malah sudah sering mengalami pengalaman-pengalaman iman demikian. Biarlah sharing pengalaman saya sederhana ini menginspirasi saudara-saudari sekalian untuk merenungkan penyelenggaraan Tuhan yang saudara-suadari alami dalam hidup. Saya percaya permenungan akan pengalaman-pengalaman iman tersebut makin menumbuhkan kekokohan iman kita pada Tuhan sekaligus menumbuhkan kerinduan kita untuk senantiasa mendekatkan diri pada Tuhan karena Dia lah sumber hidup sejati yang kita butuhkan dalam hidup kita.
DOA PENEGUHAN
Tuhan sumber hidup kami, semoga kami senantiasa terdorong oleh kerinduan alamiah yang Dikau tempatkan dalam jiwa kami anak-anakMu untuk senantiasa rindu dekat Dikau sehingga kami pun turut merasakan kasih dan kuasa penyelenggaraanMu dalam hidup kami. Dan semoga dengan mengalami semuanya itu kami makin percaya akan Dikau sumber hidup dan tumpuan harapan kami kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Oleh: Gisella Anastasia Wenas
(peserta Indonesia Canada Youth Exchange Program 2017 dan sekarang sedang studi Ekonomi dan Bisnis di Universitas Pelita Harapan Medan - Sumatera Utara)