Sahabat-sahabat Tuhan ytk!
Salam jumpa melalui Review Biblis Spiritual atas Sabda Tuhan yang direnungkan sepanjang pekan ini. Kisah perjalanan selama 7 hari (1080 menit) sepanjang pekan ini tentu menyisahkan banyak hal, dan sepetinya ulasan ini terlalu singkat untuk menghadirkan kembali semua hal yang telah kita alami sepanjang pekan ini. Sebab itu ulasan ini mengarahkan kita untuk fokus pada pesan-pesan inti Sabda Tuhan yang kita renungkan sepanjang pekan ini.
Ulasan ini dimulai dengan satu kisah lucu bijak dari buku Humor Bijak tulisan Pastor Joe C.Ss.R. di Manila-Filipina. Kisah lucu itu tentang proses seorang ibu yang membimbing putra semata wayangnya untuk mengetahui Allah yang Mahatahu dari hal-hal yang sederhana. Kisah itu bermula dari pertanyaan ibu itu kepada anakanya perihal uang yang hilang dari dompetnya. Ibu itu yakin anaknya yang mengambil uangnya karena hal itu terjadi saat mereka mengikuti acara keluarga, dan hanya anaknya itu yang tinggal di rumah saat itu.
Menyadari bahwa anaknya berupaya ‘mencuci tangan’ maka sambil menunjuk ke arah salib yang digantung di dinding kamar mereka, ibu itu memberitahu anaknya bahwa wajah Tuhan di salib mengarah ke meja di tempat dompetnya disimpan maka Tuhan pasti melihat siapa yang mengambil uangnya. Anak lugu ini pun penuh keheranan campur kagum dan takut juga atas penjelasan ibunya karena ternyata Tuhan di Salib yang mereka gantung di dinding itu ternyata bisa melihat dia saat mengambil uang Ibunya. Maka anak itu pun mengaku bahwa dia lah yang mengambil uang ibunya.
Hal menarik muncul ketika kejadian yang sama kembali terjadi beberapa waktu kemudian. Uang hilang lagi dari dompet ibu itu. Dan sudah tentu Si Putra ‘diinterogasi’ lagi oleh ibunya. Tetapi anaknya mengatakan bahwa bukan dia yang mengambil uang itu. Maka sambil menunjuk Salib, ibu itu mengulangi kata-kata yang disampaikan pada kejadian sebelumnya tentang mata Tuhan di salib yang melihat semua peristiwa di rumah itu. Tetapi putranya justru spontan mengatakan: “Tuhan tidak mungkin melihat saya Bu. Supaya ibu tahu, saya balikkan wajah Tuhan di Salib itu menghadap tembok sebelum saya mengambil uang Ibu. Kalau Tuhan bisa lihat berarti kata-kata Ibu kali lalu tidak benar.”
Lalu di saat itulah si Ibu menghantar putranya itu ke satu pengetahuan yang lebih mendalam tentang iman akan Tuhan. Dia mengajar anaknya bahwa Tuhan itu bisa tahu segalanya karena Tuhan itu Mahatahu. Daya lihat Tuhan jauh lebih melebihi kemampuan mata manusia. Kalau manusia hanya bisa melihat yang tampak di depan matanya, maka mata Tuhan mampu melihat segala hal di alam semesta ini. Anak itu mendapat pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas dari sebelumnya.
Pastor Joe menutup kisah lucu bijak dengan kata-kata indah dari Mazmur 139 tentang pengakuan iman pemazmur bahwa Allah itu Mahatahu. Bersikap apa adanya di hadirat Tuhan dan membiarkan dirinya dituntun ke-Mahatuan Tuhan menjadi kunci mengetahui dan memahami kebenaran sejati.
Para pencinta kebenaran sejati ytk,
Si anak tadi yang lugu, polos dan penuh rasa ingin sebenarnya mempresentasikan situasi kita dalam upaya mengetahui dan memahami arti dan makna kehidupan. Pengetahuan dan pemahaman berkembang secara alamiah seturut proses pencarian kita dari waktu ke waktu hingga akhirnya kita menemukan, mengetahui dan memahami hal-hal yang baik, benar dan luhur dalam hidup kita.
Diri kita ibarat satu computer baru yang hardisk memorinya masih kosong saat kita lahir. Seiring upaya kita mencaritahu hal-hal yang berkaitan dengan hidup dan kehidupan kita, memori computer kita pun perlahan-lahan mulai diisi data-data. Kenangan-kenangan dari satu pengalaman ke pangalaman lain mulai mengisi memori computer kita. Informasi maupun pengetahuan yang kita dapat dari luar diri kita pun semakin menambah memori computer diri kita.
Siapa kita sekarang adalah hasil kumpulan memori atau endapan pengalaman dan hal-hal yang kita alami serta dapatkan seumur hidup kita. Dan memori-memori yang telah terpatri dalam diri kita menjadi motor penggerak pikiran, tutur kata dan sikap kita. Entah pikiran, turut kata dan sikap yang baik, benar dan terpuji atau tidak, sangat ditentukan oleh isi/content memori pengontrol yang tersimpan dalam diri kita.
Begitupun kita bisa menerima atau menolak sesuatu hal atau pengetahuan dari luar diri kita pun turut ditentukan oleh pengetahuan dan pemahaman yang terbentuk dalam budi dan hati (mindset-heartset) kita. Contoh nyata akan hal ini bisa kita temukan dalam kisah-kisah Injil sepanjang pekan ini. Orang-orang Yahudi dari berbagai golongan berupaya mengkonfrontasi Yesus dan ajaran-ajaranNya melalui pertanyaan-pertanyaan jebakkan mereka. Mereka melakukan semuanya karena pengetahuan dan pemahaman mereka berbasis pada ajaran agama dan keyakinan mereka.
Kisah-kisah tersebut menjadi penegas pentingnya pengetahuan dan pemahaman yang benar dalam hidup sehingga hidup kita pun dirahkan pada tujuan yang baik dan benar. Inilah alasan mengapa Rasul Paulus menuntun Timotius, sebagaimana direnungkan di bacaan pertama sepanjang pekan ini, untuk mengarahkan hidupnya menurut jalan-jalan kebenaran dan kebaikan sejati sehingga hidupnya berdaya guna bagi Tuhan dan sesama.
Merenungkan kebenaran ajaran Yesus dan nasihat-nasihat Rasul Paulus kepada Timotius, kita menyadari bahwa sebenarnya ajaran dan nasihat itu ditujukkan kepada kita juga di tengah ‘hujan informasi’ yang terus mengalir deras dalam kehidupan kita. Sepanjang pekan ini saja kita mendapatkan begitu banyak informasi khususnya dari medsos termasuk hoaks yang kadang membingungkan kita. Maka tujuan mendalami Sabda Tuhan dari hari ke hari agar kita menjaga hati, budi, jiwa kita dengan pengetahuan dan ajaran-ajaran yang benar sehingga menjadi inner-power yang menggerakan kita mengikuti Tuhan sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup sejati. Karena, sekali lagi, pengetahuan dan pemahaman itu akan mengontrol akan mengontrol pikiran, kata dan tindakan kita. Mahatma Gandhi mengexpresikan realita ini secara baik dengan mengatakan:
“Watch your thoughts for they become your words, watch your words for they become your actions, watch your actions for they become habits, watch your habits for they become your character, watch your character for it becomes your destiny.” (jagalah pikiranmu karena akan menjadi kata-katamu, jagalah kata-katamu karena akan menjadi tindakanmu, jagalah tindakanmu karena akan menjadi kebiasaanmu, jagalah kebiasaanmu karena akan menjadi karaktermu, dan jagalah karaktermu karena akan menjadi titik tuju/hasil yang dituju/diraih).
Kiranya review Spiritual atas Sabda Tuhan sepanjang minggu ini menginspirasi kita untuk:
Selamat berkahir pekan. Jangan lupa syukuri perjalalanan 1080 menit selama pekan ini. Tuhan memberkati selalu.
Doa
Allah Tritunggal Mahakudus, kami bersyukur atas segala berkat-berkatMu bagi kami semua sepanjang pekan ini. Kami juga bersyukur atas tuntunanMu melalui SabdaMu yang renungkan sepanjang pekan ini bagi. Bantulah kami agar senatiasa mengarahkan hidup sesuai cahaya kebenaran SabdaMu dalam hidup dan perjuangan kami. Semoga dengan bantuan RohMu kami mampu menghadapi dan memaknai peristiwa dan pengalaman yang kami alami dalam terang jalan kebenaranMu. Dan kami memohon anugrah berkat berlimpah dari kelimpahan kasihMu untuk hidup dan perjuangan kami dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus. + Amin.
Oleh: P. John Masneno, SVD
(Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)
Tulisan ini bermula dari apa yang terjadi saat kuis berhadiah di group WA kami di Komunitas TRY (Transformative Youth) Sumur Yakub Indo-Leste pada Malming lalu. Para peserta kuis diminta menyebutkan 3 Perumpaan Yesus yang direnungkan oleh Gereja Katolik Sejagat selama Pekan Prapaskah III 2019 (17-23 Maret 2019) dan peserta diminta juga mencatumkan hari teks-teks itu direnungkan.
Seperti biasa, anggota yang tahu jawabannya langsung melayangkan jawabannya ke nomor WA saya. Menariknya, dalam tempo 2 menit sudah ada 2 orang penjawab (Rain & Emil) yang mengirim jawaban mereka ke WA saya. Kemudian menyusul 3 orang lainnya (Elsa, Ivon dan Hermin). Memang patut diakui kecepatan dan kelincahan kaum muda milenial sekarang dalam mengoperasikan alat-alat teknologi sekarang tak terbantahkan.
Kecepatan dan ketepatan jawaban mereka khususnya dari Rain dan Emil menumbuhkan rasa kagum dan sekaligus rasa ingin tahu saya alasan mengapa mereka begitu cepat menjawab pertanyaan yang menurut prediksi saya mestinya membutuhkan 5-10 menit karena mereka harus mengecek dulu jawabannya entah secara online ataupun lewat buku sumber yang bisa memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Apalagi jawaban Rain menyertakan juga seluruh teks Kitab Suci yang dimaksud. Tentu saja jawaban demikian membutuhkan waktu tambahan lagi untuk menambahkan keseluruhan teks kalau dia harus mengetik di HP-nya.
Untuk Rain, saya tidak terlalu heran dan spontan saja saya menemukan alasan mengapa dia bisa menjawab begitu cepat. Karena dia biasa memposting setiap pagi teks-teks Kitab Suci yang direnungkan umat Katolik pada hari itu (teks bacaan harian) di Group WA komunitas Youth kami (TRY Sumur Yakub). Dengan demikian Rain cukup saja men-scroll teks-teks yang sudah pernah diposting dan copy paste ke WA saya. Yang masih menjadi pertanyaan besar untuk saya dan perlu upayakan adalah jawaban Emil. Mengapa dia juga begitu cepat menjawab pertanyaan kuis tersebut karena jawabannya ke nomor WA saya hanya berselang beberapa detik saja setelah jawaban Rain.
Maka ketika saya sedang menulis tulisan ini, saya coba japri Emil untuk mendapatkan alasan mengapa jawabannya sangat cepat atas pertanyaan tersebut. Dan ternyata Emil menceritakan bahwa dia juga sudah biasa meluangkan waktu setiap hari membaca dan merenungkan pesan-pesan bacaan harian yang biasa diposting oleh Rain dan beberapa frater yang sering memposting audio teks renungan di group kami. Emil juga menambahkan bahwa selain dia mendapatkan teks-teks Kitab Suci itu di group kami, Emil juga biasa mendapat kiriman audio teks Kitab Suci harian dari teman-teman fraternya yang dulu pernah sama-sama di biara karena Emil ini mantan Frater. Dia bahkan mengirim screenshoot audio teksnya ke saya.
Dengan demikian jelas lah bagi saya mengapa Rain dan Emil begitu cepat menjawab pertanyaan kuis tersebut. Jawabannya: KARENA MEREKA SUDAH TERBIASA MEMBACA DAN MERENUNGKAN teks-teks Kitab Suci yang direnungkan setiap hari menurut Liturgi Gereja Katolik di seluruh dunia. Maka tidak mengherankan keduanya begitu cepat mendapatkan jawabannya karena mereka tahu di mana sumbernya dan Rain juga sudah terbiasa memposting teks-teks tersebut sehingga kebiasaannya itu membantu dia juga dalam proses mendapatkan dan mengirim jawaban kuis itu ke nomor WA saya. Rain bahkan menambahkan teks-teksnya secara keseluruhan karena itu lah yang bisa dia lakukan setiap pagi hari sehingga dia sudah terbiasa dengan proses tersebut.
PESAN INSPIRATIF DARI KISAH TERSEBUT
Kisah di atas menghantar kita mengamini bahwa kita hidup dari kebiasaan. Dan kisah ini pula menghantar kita merenungkan apa saja kebiasaan yang telah saya bangun dan telah saya install di dalam hidup saya demi kehidupan pribadi saya, dan kehidupan bersama sesama dan Tuhan.
Jangan lupa kebiasaan selalu terkait erat juga dengan pola pikir, pola tutur dan pada akhirnya bermuara pada sikap dan karakter kita. Kalau kita mengakui peran karakter dalam menentukan bahagia tidaknya hidup kita maka kita akan mengakui pula pentingnya proses membangun karakter yang baik dan benar melalui kebiasan-kebiasaan dalam kehidupan harian kita, baik dalam diri kita maupun dalam relasi dengan sesama dan Tuhan sebagai penuntun hidup kita.
Apa yang kita tanam, itulah yang kita panen. Kebiasaan baik, benar dan luhur akan menghantar kita mendapatkan hidup yang baik, benar dan luhur. Dalam hal ini kita tentu setuju dengan kata-kata Dalai Lama, salah seorang Guru publik di zaman kita ini:
Jagalah pikiranmu karena akan menjadi perkataanmu, jagalah perkataanmu, karena akan menjadi perbuatanmu. Jagalah perbuatanmu karena akan menjadi kebiasaanmu. Jagalah kebiasaanmu karena akan membentuk karaktermu. Jagalah karaktermu karena akan membentuk nasibmu, dan nasibmu akan menjadi kehidupanmu, dan tidak ada agama yang lebih dari pada “KEBENARAN ini”.
Maka pertanyaan penting di sini yang perlu masing-masing kita renungkan adalah: apa saja pola pikir, pola tutur, pola sikap yang biasa saya hidupi dan lakoni dalam hidup saya. Jawaban yang jujur atas pertanyaan ini akan menghantar kita pula bisa menilai kira-kira karakter apa yang saya miliki sekarang dari kebiasaan yang sudah saya bangun selama ini melalui pola: pikir, kata dan tindakan saya. Kesadaran akan hal ini menghantar kita bisa menilai apa saya sedang berada pada kebahagiaan yang sebenarnya atau pada suka cita semu. Apakah pola hidup dan karakter yang saya miliki ini bisa membantu saya menggapai masa depan dan cita-cita serta kebahagian yang saya impikan atau tidak.
Apa pun situasi kita sekarang kita perlu terima sebagai buah dari proses yang kita lalui. Sikap realistis ini akan membantu kita bersikap realistis terhadap siapa kita sekarang ini dan sekaligus memotivasi kita meneruskan yang baik dan memperbaiki yang perlu ditata. Tidak ada kata terlambat bagi siapa saja yang mau hidup lebih baik, yang penting berani memulai. Karena kalau tidak berani memulai maka semua harapan indah tetap impian. Tetapi kalau berani memulai maka sekalipun hasilnya belum maksimal tapi paling kurang kita sudah melangkah selangkah bahkan beberapa lebih baik dari sebelumnya. Dan Tuhan tidak mungkin membiarkan kita berjuang sendirian. Maka iman akan pertolongan kasih dan kuasa Tuhan dalam proses ini turut menentukan dan memantapkan langkah perjuangan kita.
Senada dengan arah pemikiran Dalai Lama dan peran iman di atas, Mahatma Gandhi mengatakan: your beliefs become your thoughts, your thoughts become your words, your words become your actions, your actions become your habits, your habits become your values, and your values become your destiny.
Dari pernyataan tersebut meyakinkan kita pula bahwa Iman kita akan Allah andalan kita akan menjadi kompas penuntun langkah suka duka hidup kita dan menghantar kita pada kebahagiaan dan sukacita yang sebenarnya.
Inilah alasan mengapa kita mengakui Tuhan kita melalui ungkapan yang kita semua tahu: ALLAH BISA KARENA BIASA. Allah bisa mengasihi dan memperhatikan kita karena Dia sudah biasa mengasihi dan memerhatikan manusia dari zaman ke zaman dan kita pun sudah terbiasa mengalami kasih perhatianNya dalam hidup kita. Allah bisa menjadi kompas penuntun dan andalan hidup kita karena Dia sudah biasa menuntun manusia dari waktu ke waktu dan juga karena manusia sudah terbiasa mengandalkan Dia sebagai kompas dan andalan hidup kita dalam segala situasi.
Mari kita saling membantu membangun KEBIASAAN YANG BAIK, BENAR DAN LUHUR demi kebahagiaan dan sukacita hidup kita. Sekali lagi tidak ada kata terlambat, yang diperlukan adalah berani memulai.
Tuhan memberkati perjuangan kita sekalian.
Salam dan berkat,
John Masneno, SVD (Moderator Transformative Youth Sumur Yakub Indo-Leste)
Keheningan hati, keheningan jiwa, keheningan raga. Bila hidup tak tenang, berjalan tanpa arah, hampa tanpa makna, terhempas badai ketiadaan, janganlah kita lari pada kesibukan demi kesibukan. Jangan kita berharap hanya pada sesama. Tetapi datanglah pada keheningan: keheningan diri, keheningan jiwa dan hati. Di sana kita dikuatkan, disegarkan dan diarahkan.
Bila kita sedang marah: karena pekerjaan, karena sesama, karena dunia, karena Tuhan, karena atasan kita. Janganlah kita menyalahkan siapa-siapa. Pandanglah diri sendiri dalam diam dan hening. Di sana kita menemukan jawaban. Pasti dalam diri kita sendirilah, sumber segala kecemasan dan kemarahan itu.
Bila kita sedih, sedih, gusar dengan diri sendiri, tak berkecil hati karena itu bagian dari dinamika kehidupan. Hadapilah dengan sabar, tenanglah, luangkan diri untuk hening, di sana tentu ada pemulihannya.
Bila kita terlalu sibuk dengan pekerjaan pekerjaan akan menyita waktu untuk diri sendiri, usahakan ciptakan keheningan dalam hati kita.
Pekerjaan kita kita hadapi dengan senang dan gembira, pekerjaan akan membawa kenikmatan dan kedamaian.
Tak kala kita terlalu banyak melihat, kita tak akan mampu ‘melihat’ apa-apa. Mata melihat tapi tak ‘melihat’. Mata memandang tapi mungkin hampa. Tak ada yang memberi makna pada hidup. Mundurlah sejenak, merenungkannya dalam keheningan. Keheningan akan mengajarkan kita melihat dalam semangat dan terang semangat baru.
Saudara-saudari yang terkasih
Berjalan dalam keheningan tak selalu harus menjauhkan diri dari sesama melainkan mencari hatinya tanpa menggunakan kata, dekat dengan mereka sebagai sesama dan terlebih dengan Tuhan. Sebab berada bersama mereka dalam Tuhan melalui keheningan berarti mencintai. Sebab cinta Tuhan mengalir dalam keheningan seperti cahaya yang menerangi pribadi kita masing-masing. Hanya dalam keheningan bathin, Tuhan menciptakan semua insan, memelihara dan menuntun semuanya kepada keabadian hidup yang sebenarnya.
Dikelilingi keheningan maha dasyat Allah -yang adalah keheningan dan kebesaran- memanggil kita dengan nama kita masing-masing ke dalam keadaan semula. Keadaan yang murni, yang polos. Saat kita bersatu denganNya dan menyembah Dia dalam Roh dan Kebenaran.
Oleh Sr Yosefin, SSpS. (Suster Misionaris Abdi Roh Kudus berkarya sebagai aktifis kemanusiaan – Koordinator Komisi JPIC Provinsi SSpS Flores Bagian Barat)
Terinspirasi oleh teks Injil Lukas 5:33-39 kita diajak merenungkan satu dua point inspiratif berikut yang memiliki hubungan erat satu sama lain.
ATURAN YANG MEMERDEKAKAN
Perumpamaan Yesus ini sebenarnya mau mengkritik orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang terlalu kaku mempraktekan aturan keagamaan mereka sehingga mereka menjadi sangat regoristik –terpaku pada aturan. Padahal aturan keagamaan mestinya menjadi sarana yang mengatur, mengarahkan dan menghantar umat Tuhan merasakan damai dan sukacita saat bertemu Tuhan dalam doa dan perayaan. Prakter keagamaan demikian akhirnya membuat orang menjadi kaku dan bisa kekurangan bahkan ketiadaan vitamin B-Vitamin Bahagia- di hadapan Tuhan.
Inilah alasan Yesus mengajak kita menghindarkan diri kita praktek keagamaan demikian karena bisa membuat kita kekurangan Vitamin B rohani yakni kebahagiaan, damai, suka cita dalam doa dan perayaan iman. Sebab efek negative dari orang yang kekurangan atau ketiadaan Vit-B sebagaimana dipraktekan oleh kaum Farisi yakni memiliki pandangan yang buruk tentang kebaruan dan pembaharuan. Maka melalui perumpamaan ini Yesus mau menekankan pentingnya sukacita hati dan jiwa saat bersama Tuhan. Mendapatkan Vit-B - Bahagia- harus menjadi yang tujuan utama bertemu Tuhan.
TUHAN SELALU MENJADI SUMBER SUKACITA
Kita mencari dan mau selalu bersama Tuhan karena pada Dia lah ada sukacita sejati. Maka kiranya kita selalu meluangkan ruang dan waktu menyadari kehadiran Tuhan yang membuat kita merasa damai dan sukacita. Kiranya Vit-B rohani yakni Bahagia tidak pernah hilang dari kehidupan orang-orang Kristen.
Vit-B BERSUMBER PADA Vit-C.
Bahagia selalu datang dari Cinta yang tulus iklas penug pengorbanan dan selalu mengutamakan sesama. Dengan demikian hidup kita merupakan suatu perayaan yang selalu menghadirkan Tuhan. Semoga hidup kita selalu seperti pesta perkawinan yang mengarahkankan kita mengupayakan Vit-C –cinta- dan menjalani hidup dengan Vit-B – Bahagia.
Oleh RD. Dus Bone.Pr. (bertugas di Paroki St. Fransiskus Asisi Kolhua Kupang)
Ada banyak kisah menarik yang terjadi sepanjang bulan Agustus 2018 termasuk Asian Games yang sedang berlangsung dan akan berakhir pada tanggal 2 September 2018. Tentu masing-masing kita punya peristiwa pilihan mana yang paling berkesan. Dari sekian banyak peristiwa yang terjadi, kita diajak merenungkan pesan kisah Joni Kala. Bukanya mau mengabaikan pesan Pesta Asian Games yang fenomenal juga tapi karena masih berlangsung maka kita akan merenungkan event itu pasca pesta Olah Raga Asia itu. Sengaja fokus kita diarahkan ke kisah Joni Kala di akhir bulan ini karena kisah ini menampilkan pesan-pesan bijak dan penting yang patut kita renungkan bersama dalam kaitan dengan pesan perayaan HUT RI yang ke-73 yang dirayakan pada bulan Agustus ini.
Kisah fenomenal Yohanes Ande Kala atau Joni Kala, Si Cilik asal Silawan- Atambua bermula dari aksi heroiknya yang nekat memanjat tiang bendera setinggi 20 meter guna mengambil ujung tali bendera yang putus dan tersangkut di bagian atas tiang bendera sehingga Sang Merah Putih nyaris tidak bisa dikibarkan. Tindakan Joni tersebut dilakukan secara spontan tanpa disuruh dan tergolong tindakan berani penuh resiko apalagi waktu itu dia dalam kondisi sakit. Berkat kemauan tulusnya dan keberaniannya mengambil tali bendera akhirnya Sang Merah Putih bisa dikibarkan di hari Kemerdekaan RI yang ke-73 di pos perbatasan Motaain Belu, NTT.
Dan ternyata aksi heroik itu sempat divideokan oleh salah satu peserta yang hadir di upacara bendera pada saat aksi berani Joni terjadi. Video ini kemudian diviralkan dan meluas begitu cepat hingga sampai ke Presiden Jokowi. Joni, Si Pahlawan Cilik pun diundang oleh Bapak Presiden ke Istana Negara Jakarta pada 20 Agustus 2018. Banyak apresiasi dan hujan hadiah diberikan kepada Joni atas tindakan ksatrianya menyelamatkan situasi pada HUT Kemerdekaan RI.
Sambil tidak mengabaikan euforia Pesta Asian Gambes yang masih berlangsung, baiklah kita memilih kisah Joni sebagai kisah paling mengesankan bulan Agustus ini bagi NKRI karena beberapa alasan. Bila direnungkan lebih jauh, sebenarnya kisah ini menampilkan beberapa pesan bijak yang bisa kita renungkan bersama demi kehidupan bersama di NKRI tercinta ini.
Kita semua tahu kondisi bangsa kita saat ini dan mengapa sampai terjadi demikian. Kalau kita mengkontekskan situasi bangsa kita ini dalam kisah Joni Kala, kita tentu akui bahwa sekian lama bangsa kita mengalami nasib yang sama. Tali bendera semangat persatuan dan kesatuan sebagai suatu bangsa telah lama putus akibat berbagai alasan –kalau kita realistis. Dan tiga penyebab utama seperti yang kita ketahui bersama yakni Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Inti ketiga virus perusak kebersamaan itu yakni egoisme dalam diri orang-orang tertentu yang kemudian diperluas dalam konteks keluarga, kelompok-golongan dalam berbagai konteks. Hal-hal inilah yang memutuskan tali bendera semangat persatuan dan kesatuan untuk mengupayakan berkibarnya Sang Merah Putih kemakmuran di Negara RI tercinta ini. Impian bangsa pasca kemerdekaan untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih sehingga bisa sejajar dengan bendera keseteraan kemakmuran bangsa lain pun pupus karena hal-hal tersebut dan tentu masih ada alasan lain. Maksud hati mengibarkan Sang Merah Putih di antara bendera-bendera kesejahteraan seperti bangsa-bangsa lain; apa daya tali bendera semangat persatuan dan kesatuan tersangkut bahkan diputuskan oleh berbagai kepentingan-kepentingan segelintir orang, baik pribadi maupun kelompok. Impian mengibarkan Sang Merah Putih di mata dunia tetap menjadi suatu pertanyaan besar penuh kebingungan dicampur tanda tanya siapa yang mau berani seperti Joni Kala.
Dalam situasi terputusnya tali bendera persatuan dan kesatuan akibat egoisme dan pemahaman sempit serta heroisme mengupayakan kepentingan tertentu atas nama bangsa, kita butuh kesediaan Joni-Joni yang berhati tulus dan mulia untuk berani mengambil tali semangat persatuan dan kesatuan yang terputus, serta berjuang mengikat kita kembali dalam semangat mau hidup dan berjuang bersama membangun bangsa kita sehingga kembali mampu mengibarkan Sang Merah Putih Kesejahteraan bersama secara menyeluruh dan merata bukan untuk segelintir orang dan di beberapa tempat saja. Dari fakta di lapangan memberi kita data jelas siapa saja Joni-Joni yang telah berupaya dengan tulus rela berkorban dan berani mengambil kembali tali semangat persatuan dan kesatuan bangsa yang telah lama putus dan diputuskan. Dan kalau setiap kita sungguh menyadari diri sebagai WNI maka konsekuensi logisnya adalah setiap kita pun mesti menjadi Joni-Joni yang rela berkorban dengan tulus penuh keberanian untuk mengupayakan tali persatuan, kesatuan dan persaudaraan di tengah keanekaragaman bangsa kita. Keanekaan bukan menjadi sumber perpecahan tetapi justru harus menjadi kekayaan yang makin memperkaya kebersamaan kita.
Belajar dari kisah yang terjadi di Silawan di mana banyak orang yang hadir saat itu spontan mendukung tindakan mulia Joni, maka sikap yang sama dibutuhkan untuk mengambil dan mengikat kembali tali bendera semangat persatuan dan kesatuan bangsa sehingga Merah Putih bisa dikibarkan. Akan lebih berdaya guna lagi bila kita tidak sekedar menonton Joni-Joni yang telah berjuang tetapi kita semua juga mau menjadi Joni-Joni yang bertekad dalam semangat persatuan dan kesatuan penuh keberanian seperti Joni mengambil dan menyatukan kembali tali semangat persatuan dan kesatuan bangsa kita dan mau berjuang bersama mengibarkan Sang Merah Putih kesejahteraan bersama bagi seluruh rakyat Indonesia di seluruh wilayah Indonesia sehingga tidak terkesan seolah-olah wilayah terntentu di dalam NKRI ini belum merdeka. Kesediaan kita mau rela berkorban secara tulus seperti Joni dan berani berjuang bersama karena kita sama-sama WNI yang bertanggungjawab atas kesejahteraan NKRI akan turut melanggengkan proses perjuangan menggapai tercapainya cita-cita bersama. Kesediaan nan iklas seperti Joni untuk memperjuangkan hal ini akan menjadi sumbangsih tersendiri bagi terciptanya kesatuan dan kesejahteraan kita bersama –bonum commune. Dalam kaitan dengan hal ini baiklah kita bercermin pada kata-kata J.F. Kennedy: “jangan tanyakan kepada Negara apa yang dapat Negara perbuat bagi saya warganya tapi tanyakan pada diri apa yang bisa saya kepada Negara.” Kalau kita semua sungguh mau bekerja sama dan saling mendukung membangun bangsa kita, niscaya cita-cita kita bersama akan tercapai.
Cepat beredarnya video Joni hingga dalam waktu sekejap sampai ke tangan para petinggi Negara termasuk Presiden Jokowi mengingatkan kita akan peran penting media komunikas sosial –medkomsos- di era kita yang disebut Zaman Now ini. Maka kisah Joni menyapa dan sekaligus mengajak kita untuk memviralkan hal-hal yang baik dan benar serta mulia demi terciptanya suatu kondisi yang konstruktif yang menjunjung tinggi semangat persatuan dan kesatuan serta upaya bersama menggapai cita-cita bersama di NKRI tercinta ini. Mudah-mudahan pihak-pihak yang memiliki dan juga berkarya di medkomsos tidak menjadikan hal itu sebagai sarana komunikasi mengendalikan massa demi kepentingan kepentingan-kepentingan tertentu tetapi sungguh mau menjadi sarana pemersatu nusa dan bangsa serta turut menciptakan atmospher kondusif bagi publik.
Hujan apresiasi dan hadiah yang didapatkan oleh Joni Kala pasca tindakan mulia dan heroiknya demi berkibarnya Sang Merah Putih menampilkan satu pesan bijak bagi kita. Siapa saja yang rela berkorban melakukan hal-hal baik, benar dan mulia secara tulus maka pada waktunya akan mendapatkan imbalannya baik secara secara langsung maupun tidak langsung karena kita memetik buah tindakan yang kita lakukan. Ini hukum alam tak tertulis dan tertulis yang telah berlaku sepanjang sejarah hidup manusia di kolong langit ini. Tentu begitu banyak Joni-Joni di Negara ini yang selama ini berhati mulia dan rela berkorban demi bangsa dan Negara. Mungkin kiprah mereka tidak dipublikasikan tapi bukan berarti mereka tidak berbuat hal-hal mulia seperti yang dilakukan Joni demi bangsa dan Negara. Mereka pun pasti mendapatkan imbalan khususnya dari Sang Khalik. Dikisahkan bahwa saat bertemu Presiden Jokowi di Istana Negara, Joni ditanya Bapak Presiden soal hadiah yang mau dimintanya sebagai imbalan atas apa yang sudah dia lakukan. Dan Si Joni yang lugu spontan meminta sepeda. Lalu Presiden Jokowi spontan juga berespon: “masa jauh-jauh dari Atambua ke Jakarta bertemu Presiden hanya mau minta sepeda”. Presiden pun kemudian menghadiahkan rumah juga untuk Joni. Pesannya yakni Tuhan yang Mahatahu dan Mahaadil tentu saja mengetahui dan membalas niat baik dan karya-karya mulia orang-orang seperti Joni yang berjuang demi berkibarnya bendera persatuan dan kesatuan serta kesejahteraan bangsa ini pasti akan membalas mereka dengan cara-Nya.
Di akhir tulisan reflektif ini, kita diajak merenungkan pesan lagu Berkibarlah Benderaku guna memantapkan tekad kita bersama terus mengibarkan Sang Saka Merah Putih di seluruh Indonesia:
Berkibarlah benderaku lambang suci gagah perwira di seluruh pantai Indonesia kau tetap pujaan bangsa. Siapa berani menurunkan engkau serentak rakyatmu membela. Sang Merah Putih yang perwira berkibarlah selama-lamanya.
Kami rakyat Indonesia bersedia setiap masa mencurahkan segenap tenaga supaya kau tetap cemerlang. Tak goyang jiwaku menahan rintangan. Tak gentar rakyatmu berkorban. Sang Merah Putih yang perwira berkibarlah selama-lamanya.
Oleh Dr. John Masneno, SVD (Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub Indo-Leste)
Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...
Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...
Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...
Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...
Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...
Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya