Sahabat-sahabat Tuhan ytk!
Salam jumpa melalui Review Biblis Spiritual atas Sabda Tuhan yang direnungkan sepanjang pekan ini. Kisah perjalanan selama 7 hari (1080 menit) sepanjang pekan ini tentu menyisahkan banyak hal, dan sepetinya ulasan ini terlalu singkat untuk menghadirkan kembali semua hal yang telah kita alami sepanjang pekan ini. Sebab itu ulasan ini mengarahkan kita untuk fokus pada pesan-pesan inti Sabda Tuhan yang kita renungkan sepanjang pekan ini.
Ulasan ini dimulai dengan satu kisah lucu bijak dari buku Humor Bijak tulisan Pastor Joe C.Ss.R. di Manila-Filipina. Kisah lucu itu tentang proses seorang ibu yang membimbing putra semata wayangnya untuk mengetahui Allah yang Mahatahu dari hal-hal yang sederhana. Kisah itu bermula dari pertanyaan ibu itu kepada anakanya perihal uang yang hilang dari dompetnya. Ibu itu yakin anaknya yang mengambil uangnya karena hal itu terjadi saat mereka mengikuti acara keluarga, dan hanya anaknya itu yang tinggal di rumah saat itu.
Menyadari bahwa anaknya berupaya ‘mencuci tangan’ maka sambil menunjuk ke arah salib yang digantung di dinding kamar mereka, ibu itu memberitahu anaknya bahwa wajah Tuhan di salib mengarah ke meja di tempat dompetnya disimpan maka Tuhan pasti melihat siapa yang mengambil uangnya. Anak lugu ini pun penuh keheranan campur kagum dan takut juga atas penjelasan ibunya karena ternyata Tuhan di Salib yang mereka gantung di dinding itu ternyata bisa melihat dia saat mengambil uang Ibunya. Maka anak itu pun mengaku bahwa dia lah yang mengambil uang ibunya.
Hal menarik muncul ketika kejadian yang sama kembali terjadi beberapa waktu kemudian. Uang hilang lagi dari dompet ibu itu. Dan sudah tentu Si Putra ‘diinterogasi’ lagi oleh ibunya. Tetapi anaknya mengatakan bahwa bukan dia yang mengambil uang itu. Maka sambil menunjuk Salib, ibu itu mengulangi kata-kata yang disampaikan pada kejadian sebelumnya tentang mata Tuhan di salib yang melihat semua peristiwa di rumah itu. Tetapi putranya justru spontan mengatakan: “Tuhan tidak mungkin melihat saya Bu. Supaya ibu tahu, saya balikkan wajah Tuhan di Salib itu menghadap tembok sebelum saya mengambil uang Ibu. Kalau Tuhan bisa lihat berarti kata-kata Ibu kali lalu tidak benar.”
Lalu di saat itulah si Ibu menghantar putranya itu ke satu pengetahuan yang lebih mendalam tentang iman akan Tuhan. Dia mengajar anaknya bahwa Tuhan itu bisa tahu segalanya karena Tuhan itu Mahatahu. Daya lihat Tuhan jauh lebih melebihi kemampuan mata manusia. Kalau manusia hanya bisa melihat yang tampak di depan matanya, maka mata Tuhan mampu melihat segala hal di alam semesta ini. Anak itu mendapat pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas dari sebelumnya.
Pastor Joe menutup kisah lucu bijak dengan kata-kata indah dari Mazmur 139 tentang pengakuan iman pemazmur bahwa Allah itu Mahatahu. Bersikap apa adanya di hadirat Tuhan dan membiarkan dirinya dituntun ke-Mahatuan Tuhan menjadi kunci mengetahui dan memahami kebenaran sejati.
Para pencinta kebenaran sejati ytk,
Si anak tadi yang lugu, polos dan penuh rasa ingin sebenarnya mempresentasikan situasi kita dalam upaya mengetahui dan memahami arti dan makna kehidupan. Pengetahuan dan pemahaman berkembang secara alamiah seturut proses pencarian kita dari waktu ke waktu hingga akhirnya kita menemukan, mengetahui dan memahami hal-hal yang baik, benar dan luhur dalam hidup kita.
Diri kita ibarat satu computer baru yang hardisk memorinya masih kosong saat kita lahir. Seiring upaya kita mencaritahu hal-hal yang berkaitan dengan hidup dan kehidupan kita, memori computer kita pun perlahan-lahan mulai diisi data-data. Kenangan-kenangan dari satu pengalaman ke pangalaman lain mulai mengisi memori computer kita. Informasi maupun pengetahuan yang kita dapat dari luar diri kita pun semakin menambah memori computer diri kita.
Siapa kita sekarang adalah hasil kumpulan memori atau endapan pengalaman dan hal-hal yang kita alami serta dapatkan seumur hidup kita. Dan memori-memori yang telah terpatri dalam diri kita menjadi motor penggerak pikiran, tutur kata dan sikap kita. Entah pikiran, turut kata dan sikap yang baik, benar dan terpuji atau tidak, sangat ditentukan oleh isi/content memori pengontrol yang tersimpan dalam diri kita.
Begitupun kita bisa menerima atau menolak sesuatu hal atau pengetahuan dari luar diri kita pun turut ditentukan oleh pengetahuan dan pemahaman yang terbentuk dalam budi dan hati (mindset-heartset) kita. Contoh nyata akan hal ini bisa kita temukan dalam kisah-kisah Injil sepanjang pekan ini. Orang-orang Yahudi dari berbagai golongan berupaya mengkonfrontasi Yesus dan ajaran-ajaranNya melalui pertanyaan-pertanyaan jebakkan mereka. Mereka melakukan semuanya karena pengetahuan dan pemahaman mereka berbasis pada ajaran agama dan keyakinan mereka.
Kisah-kisah tersebut menjadi penegas pentingnya pengetahuan dan pemahaman yang benar dalam hidup sehingga hidup kita pun dirahkan pada tujuan yang baik dan benar. Inilah alasan mengapa Rasul Paulus menuntun Timotius, sebagaimana direnungkan di bacaan pertama sepanjang pekan ini, untuk mengarahkan hidupnya menurut jalan-jalan kebenaran dan kebaikan sejati sehingga hidupnya berdaya guna bagi Tuhan dan sesama.
Merenungkan kebenaran ajaran Yesus dan nasihat-nasihat Rasul Paulus kepada Timotius, kita menyadari bahwa sebenarnya ajaran dan nasihat itu ditujukkan kepada kita juga di tengah ‘hujan informasi’ yang terus mengalir deras dalam kehidupan kita. Sepanjang pekan ini saja kita mendapatkan begitu banyak informasi khususnya dari medsos termasuk hoaks yang kadang membingungkan kita. Maka tujuan mendalami Sabda Tuhan dari hari ke hari agar kita menjaga hati, budi, jiwa kita dengan pengetahuan dan ajaran-ajaran yang benar sehingga menjadi inner-power yang menggerakan kita mengikuti Tuhan sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup sejati. Karena, sekali lagi, pengetahuan dan pemahaman itu akan mengontrol akan mengontrol pikiran, kata dan tindakan kita. Mahatma Gandhi mengexpresikan realita ini secara baik dengan mengatakan:
“Watch your thoughts for they become your words, watch your words for they become your actions, watch your actions for they become habits, watch your habits for they become your character, watch your character for it becomes your destiny.” (jagalah pikiranmu karena akan menjadi kata-katamu, jagalah kata-katamu karena akan menjadi tindakanmu, jagalah tindakanmu karena akan menjadi kebiasaanmu, jagalah kebiasaanmu karena akan menjadi karaktermu, dan jagalah karaktermu karena akan menjadi titik tuju/hasil yang dituju/diraih).
Kiranya review Spiritual atas Sabda Tuhan sepanjang minggu ini menginspirasi kita untuk:
Selamat berkahir pekan. Jangan lupa syukuri perjalalanan 1080 menit selama pekan ini. Tuhan memberkati selalu.
Doa
Allah Tritunggal Mahakudus, kami bersyukur atas segala berkat-berkatMu bagi kami semua sepanjang pekan ini. Kami juga bersyukur atas tuntunanMu melalui SabdaMu yang renungkan sepanjang pekan ini bagi. Bantulah kami agar senatiasa mengarahkan hidup sesuai cahaya kebenaran SabdaMu dalam hidup dan perjuangan kami. Semoga dengan bantuan RohMu kami mampu menghadapi dan memaknai peristiwa dan pengalaman yang kami alami dalam terang jalan kebenaranMu. Dan kami memohon anugrah berkat berlimpah dari kelimpahan kasihMu untuk hidup dan perjuangan kami dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus. + Amin.
Oleh: P. John Masneno, SVD
(Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)
Tulisan ini bermula dari apa yang terjadi saat kuis berhadiah di group WA kami di Komunitas TRY (Transformative Youth) Sumur Yakub Indo-Leste pada Malming lalu. Para peserta kuis diminta menyebutkan 3 Perumpaan Yesus yang direnungkan oleh Gereja Katolik Sejagat selama Pekan Prapaskah III 2019 (17-23 Maret 2019) dan peserta diminta juga mencatumkan hari teks-teks itu direnungkan.
Seperti biasa, anggota yang tahu jawabannya langsung melayangkan jawabannya ke nomor WA saya. Menariknya, dalam tempo 2 menit sudah ada 2 orang penjawab (Rain & Emil) yang mengirim jawaban mereka ke WA saya. Kemudian menyusul 3 orang lainnya (Elsa, Ivon dan Hermin). Memang patut diakui kecepatan dan kelincahan kaum muda milenial sekarang dalam mengoperasikan alat-alat teknologi sekarang tak terbantahkan.
Kecepatan dan ketepatan jawaban mereka khususnya dari Rain dan Emil menumbuhkan rasa kagum dan sekaligus rasa ingin tahu saya alasan mengapa mereka begitu cepat menjawab pertanyaan yang menurut prediksi saya mestinya membutuhkan 5-10 menit karena mereka harus mengecek dulu jawabannya entah secara online ataupun lewat buku sumber yang bisa memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Apalagi jawaban Rain menyertakan juga seluruh teks Kitab Suci yang dimaksud. Tentu saja jawaban demikian membutuhkan waktu tambahan lagi untuk menambahkan keseluruhan teks kalau dia harus mengetik di HP-nya.
Untuk Rain, saya tidak terlalu heran dan spontan saja saya menemukan alasan mengapa dia bisa menjawab begitu cepat. Karena dia biasa memposting setiap pagi teks-teks Kitab Suci yang direnungkan umat Katolik pada hari itu (teks bacaan harian) di Group WA komunitas Youth kami (TRY Sumur Yakub). Dengan demikian Rain cukup saja men-scroll teks-teks yang sudah pernah diposting dan copy paste ke WA saya. Yang masih menjadi pertanyaan besar untuk saya dan perlu upayakan adalah jawaban Emil. Mengapa dia juga begitu cepat menjawab pertanyaan kuis tersebut karena jawabannya ke nomor WA saya hanya berselang beberapa detik saja setelah jawaban Rain.
Maka ketika saya sedang menulis tulisan ini, saya coba japri Emil untuk mendapatkan alasan mengapa jawabannya sangat cepat atas pertanyaan tersebut. Dan ternyata Emil menceritakan bahwa dia juga sudah biasa meluangkan waktu setiap hari membaca dan merenungkan pesan-pesan bacaan harian yang biasa diposting oleh Rain dan beberapa frater yang sering memposting audio teks renungan di group kami. Emil juga menambahkan bahwa selain dia mendapatkan teks-teks Kitab Suci itu di group kami, Emil juga biasa mendapat kiriman audio teks Kitab Suci harian dari teman-teman fraternya yang dulu pernah sama-sama di biara karena Emil ini mantan Frater. Dia bahkan mengirim screenshoot audio teksnya ke saya.
Dengan demikian jelas lah bagi saya mengapa Rain dan Emil begitu cepat menjawab pertanyaan kuis tersebut. Jawabannya: KARENA MEREKA SUDAH TERBIASA MEMBACA DAN MERENUNGKAN teks-teks Kitab Suci yang direnungkan setiap hari menurut Liturgi Gereja Katolik di seluruh dunia. Maka tidak mengherankan keduanya begitu cepat mendapatkan jawabannya karena mereka tahu di mana sumbernya dan Rain juga sudah terbiasa memposting teks-teks tersebut sehingga kebiasaannya itu membantu dia juga dalam proses mendapatkan dan mengirim jawaban kuis itu ke nomor WA saya. Rain bahkan menambahkan teks-teksnya secara keseluruhan karena itu lah yang bisa dia lakukan setiap pagi hari sehingga dia sudah terbiasa dengan proses tersebut.
PESAN INSPIRATIF DARI KISAH TERSEBUT
Kisah di atas menghantar kita mengamini bahwa kita hidup dari kebiasaan. Dan kisah ini pula menghantar kita merenungkan apa saja kebiasaan yang telah saya bangun dan telah saya install di dalam hidup saya demi kehidupan pribadi saya, dan kehidupan bersama sesama dan Tuhan.
Jangan lupa kebiasaan selalu terkait erat juga dengan pola pikir, pola tutur dan pada akhirnya bermuara pada sikap dan karakter kita. Kalau kita mengakui peran karakter dalam menentukan bahagia tidaknya hidup kita maka kita akan mengakui pula pentingnya proses membangun karakter yang baik dan benar melalui kebiasan-kebiasaan dalam kehidupan harian kita, baik dalam diri kita maupun dalam relasi dengan sesama dan Tuhan sebagai penuntun hidup kita.
Apa yang kita tanam, itulah yang kita panen. Kebiasaan baik, benar dan luhur akan menghantar kita mendapatkan hidup yang baik, benar dan luhur. Dalam hal ini kita tentu setuju dengan kata-kata Dalai Lama, salah seorang Guru publik di zaman kita ini:
Jagalah pikiranmu karena akan menjadi perkataanmu, jagalah perkataanmu, karena akan menjadi perbuatanmu. Jagalah perbuatanmu karena akan menjadi kebiasaanmu. Jagalah kebiasaanmu karena akan membentuk karaktermu. Jagalah karaktermu karena akan membentuk nasibmu, dan nasibmu akan menjadi kehidupanmu, dan tidak ada agama yang lebih dari pada “KEBENARAN ini”.
Maka pertanyaan penting di sini yang perlu masing-masing kita renungkan adalah: apa saja pola pikir, pola tutur, pola sikap yang biasa saya hidupi dan lakoni dalam hidup saya. Jawaban yang jujur atas pertanyaan ini akan menghantar kita pula bisa menilai kira-kira karakter apa yang saya miliki sekarang dari kebiasaan yang sudah saya bangun selama ini melalui pola: pikir, kata dan tindakan saya. Kesadaran akan hal ini menghantar kita bisa menilai apa saya sedang berada pada kebahagiaan yang sebenarnya atau pada suka cita semu. Apakah pola hidup dan karakter yang saya miliki ini bisa membantu saya menggapai masa depan dan cita-cita serta kebahagian yang saya impikan atau tidak.
Apa pun situasi kita sekarang kita perlu terima sebagai buah dari proses yang kita lalui. Sikap realistis ini akan membantu kita bersikap realistis terhadap siapa kita sekarang ini dan sekaligus memotivasi kita meneruskan yang baik dan memperbaiki yang perlu ditata. Tidak ada kata terlambat bagi siapa saja yang mau hidup lebih baik, yang penting berani memulai. Karena kalau tidak berani memulai maka semua harapan indah tetap impian. Tetapi kalau berani memulai maka sekalipun hasilnya belum maksimal tapi paling kurang kita sudah melangkah selangkah bahkan beberapa lebih baik dari sebelumnya. Dan Tuhan tidak mungkin membiarkan kita berjuang sendirian. Maka iman akan pertolongan kasih dan kuasa Tuhan dalam proses ini turut menentukan dan memantapkan langkah perjuangan kita.
Senada dengan arah pemikiran Dalai Lama dan peran iman di atas, Mahatma Gandhi mengatakan: your beliefs become your thoughts, your thoughts become your words, your words become your actions, your actions become your habits, your habits become your values, and your values become your destiny.
Dari pernyataan tersebut meyakinkan kita pula bahwa Iman kita akan Allah andalan kita akan menjadi kompas penuntun langkah suka duka hidup kita dan menghantar kita pada kebahagiaan dan sukacita yang sebenarnya.
Inilah alasan mengapa kita mengakui Tuhan kita melalui ungkapan yang kita semua tahu: ALLAH BISA KARENA BIASA. Allah bisa mengasihi dan memperhatikan kita karena Dia sudah biasa mengasihi dan memerhatikan manusia dari zaman ke zaman dan kita pun sudah terbiasa mengalami kasih perhatianNya dalam hidup kita. Allah bisa menjadi kompas penuntun dan andalan hidup kita karena Dia sudah biasa menuntun manusia dari waktu ke waktu dan juga karena manusia sudah terbiasa mengandalkan Dia sebagai kompas dan andalan hidup kita dalam segala situasi.
Mari kita saling membantu membangun KEBIASAAN YANG BAIK, BENAR DAN LUHUR demi kebahagiaan dan sukacita hidup kita. Sekali lagi tidak ada kata terlambat, yang diperlukan adalah berani memulai.
Tuhan memberkati perjuangan kita sekalian.
Salam dan berkat,
John Masneno, SVD (Moderator Transformative Youth Sumur Yakub Indo-Leste)
Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...
Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...
Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...
Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...
Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...
Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya