Keheningan hati, keheningan jiwa, keheningan raga. Bila hidup tak tenang, berjalan tanpa arah, hampa tanpa makna, terhempas badai ketiadaan, janganlah kita lari pada kesibukan demi kesibukan. Jangan kita berharap hanya pada sesama. Tetapi datanglah pada keheningan: keheningan diri, keheningan jiwa dan hati. Di sana kita dikuatkan, disegarkan dan diarahkan.
Bila kita sedang marah: karena pekerjaan, karena sesama, karena dunia, karena Tuhan, karena atasan kita. Janganlah kita menyalahkan siapa-siapa. Pandanglah diri sendiri dalam diam dan hening. Di sana kita menemukan jawaban. Pasti dalam diri kita sendirilah, sumber segala kecemasan dan kemarahan itu.
Bila kita sedih, sedih, gusar dengan diri sendiri, tak berkecil hati karena itu bagian dari dinamika kehidupan. Hadapilah dengan sabar, tenanglah, luangkan diri untuk hening, di sana tentu ada pemulihannya.
Bila kita terlalu sibuk dengan pekerjaan pekerjaan akan menyita waktu untuk diri sendiri, usahakan ciptakan keheningan dalam hati kita.
Pekerjaan kita kita hadapi dengan senang dan gembira, pekerjaan akan membawa kenikmatan dan kedamaian.
Tak kala kita terlalu banyak melihat, kita tak akan mampu ‘melihat’ apa-apa. Mata melihat tapi tak ‘melihat’. Mata memandang tapi mungkin hampa. Tak ada yang memberi makna pada hidup. Mundurlah sejenak, merenungkannya dalam keheningan. Keheningan akan mengajarkan kita melihat dalam semangat dan terang semangat baru.
Saudara-saudari yang terkasih
Berjalan dalam keheningan tak selalu harus menjauhkan diri dari sesama melainkan mencari hatinya tanpa menggunakan kata, dekat dengan mereka sebagai sesama dan terlebih dengan Tuhan. Sebab berada bersama mereka dalam Tuhan melalui keheningan berarti mencintai. Sebab cinta Tuhan mengalir dalam keheningan seperti cahaya yang menerangi pribadi kita masing-masing. Hanya dalam keheningan bathin, Tuhan menciptakan semua insan, memelihara dan menuntun semuanya kepada keabadian hidup yang sebenarnya.
Dikelilingi keheningan maha dasyat Allah -yang adalah keheningan dan kebesaran- memanggil kita dengan nama kita masing-masing ke dalam keadaan semula. Keadaan yang murni, yang polos. Saat kita bersatu denganNya dan menyembah Dia dalam Roh dan Kebenaran.
Oleh Sr Yosefin, SSpS. (Suster Misionaris Abdi Roh Kudus berkarya sebagai aktifis kemanusiaan – Koordinator Komisi JPIC Provinsi SSpS Flores Bagian Barat)