Renungan

Displaying items by tag: firman tuhan

Wednesday, 30 May 2018 12:00

Firman Tuhan Tidak Pernah Kembali Sia-Sia

Saya dibaptis menjadi seorang Katolik pada saat saya duduk di bangku kelas 2 SMP (kelas 8 - saat ini). Prosesnya bukanlah instan, saya melalui proses pembelajaran (katekumen) sejak saya duduk di kelas 6 SD. Bahkan, beberapa teman yang dibaptis bersama saya ada yang mengikuti katekumen sejak kelas 4 SD. Proses yang cukup panjang, namun tidak pernah kami keluhkan saat itu, karena kami merasa enjoy dengan semua hal yang kami dapatkan. Katekis kami (Bu Sylviana) saat itu mengemasnya dengan sedemikian rupa, sehingga kami menikmati minggu demi minggu pembelajaran kami. Pengalaman yang sungguh berkesan bagi saya dalam proses saya menjadi seorang Katolik. Terima kasih secara khusus saya ucapkan kepada Bu Sylviana yang telah membimbing saya dan teman-teman menjadi seperti sekarang ini!

Secuplik kesaksian saya di atas mengantarkan kita pada perenungan hari ini, di mana Yesus bersabda untuk mengikuti Dia dengan gagah berani. Jangan takut akan semua tantangan dan kesulitan yang akan kita hadapi. Tantangan dan kesulitan itulah yang akan menempa kita menjadi pribadi yang tahan banting dan bermental baja. Iman kita kepada-Nya diuji saat berhadapan dengan cobaan, kesusahan, dan penderitaan. Menjadi pengikut Kristus bukan berarti kita bisa ongkang-ongkang kaki saja dan masuk ke dalam Kerajaan Allah, tapi kita dituntut untuk mengusahakan tergenapinya Firman Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Bukan tugas yang mudah sebenarnya, oleh karena itu Tuhan mengutus Roh Kudus-Nya untuk mendampingi tugas perutusan kita.

Menjadi murid Kristus juga berarti kita meneladani apa yang telah diperbuat Yesus kepada orang-orang di sekitarnya. Yesus sudah memberikan teladan kepada kita bahwa untuk menjadi seorang yang besar, hendaklah kita menjadi rendah hati dan melayani sesama. Yohanes Pembaptis pun telah mencontohkan kepada kita, betapa ia merendahkan dirinya di hadapan Tuhan dengan berkata, "...untuk membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak..". Padahal, bila kita mengikuti kisahnya, Yohanes Pembaptis merupakan seorang pemimpin yang memiliki banyak pengikut, seorang yang memiliki nama besar dan disegani oleh banyak orang pada saat itu. Namun, ia sadar bahwa di hadapan Tuhan, dirinya bukanlah apa-apa. Begitu juga dengan kisah perwira di Kapernaum yang meminta pertolongan kepada Yesus. Kita mengetahui bagaimana Yesus terkagum-kagum dengan iman perwira tersebut, karena perwira tersebut mengatakan bahwa Yesus cukup bersabda saja maka anak buahnya akan sembuh.

Contoh-contoh peristiwa di atas mengajarkan kepada kita bahwa Yesus mengasihi kita umat-Nya. Ia telah menebus dan membayar kita dengan darah yang mahal, darah Anak Domba, yang harus mati tergantung di kayu salib demi penebusan dosa dan keselamatan kita. Tidak ada satu pun firman-Nya yang tidak terlaksana dan menjadi sia-sia. Seluruh perkataan-Nya masih senantiasa relevan dengan keadaan kita saat ini. Sabda telah menjadi Daging dan tinggal di antara kita, berarti bahwa sebagai pengikut Kristus, kita harus mengimani bahwa setiap sabda Tuhan tidak akan kembali dengan sia-sia, harus menjadi rhema yang indah dalam keseharian kita bersama dengan sesama. Implementasi dari Sabda Tuhan itulah yang harus kita usahakan dan hayati sebagai pelaku firman, sehingga buah-buahnya dapat dilihat dan dinikmati oleh orang lain yang tidak mengenal Kristus.

Oleh karena kita berharga di mata-Nya, Tuhan rela mengutus Putra-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan kita. Putra-Nya tersebut rela menjadi pelayan bagi kita semua, rela disesah dan diolok-olok demi hati kita yang degil dan dingin. Maka dari itu, berpalinglah kepada Tuhan, sang empunya Firman, karena Ia berkuasa menetapkan dan mengangkat kita ke Sorga, berada di sebelah kiri ataupun kanan Yesus nantinya. Tuhan rindu untuk menyapa kita semua melalui bisikan lembut-Nya, hendaklah kita mendengar-Nya dengan merenungkan dalam hati dengan kesadaran bahwa: Firman-Mu pelita bagi kakiku, terang bagi jalanku...   

Semoga kesediaan kita menerima dan melaksanakan Firman Tuhan, hidup kita makin memancarkan rahmat Allah bagi sesama sehingga melalui kesaksian hidup demikian, kita mendayagunakan Firman Tuhan sehingga berguna bagi orang lain. Dengan demikian Firman Tuhan tidak sia-sia bagi kita karena kita menerima dan menumbuhkembangkannya dalam hidup kita sehingga berbuah serta berdayaguna bagi orang lain.
Tuhan memberkati kita sekalian.

DOA PENEGUHAN :
Bantulah kami semua pengikut-pengikutMu agar kami pun seperti Dikau berani menanggung segala tantangan dan kesulitan hidup yang kami alami dengan keyakinan iman skan pertolonganMu. Teguhkan kami menghidupi SabdaMu sehingga hidup kami berdayaguna juga bagi orang lain. Amin.

Dr Yudy
(berkarya di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta).

Published in Renungan
Sunday, 08 April 2018 13:23

Hidup Dalam Nama Tuhan

MANUSIA merupakan makhluk monodualistis, artinya makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia hidup saling membutuhkan. Manusia semakin menyadari individualitas melalui kehidupan bersama orang lain. Esensi manusia sebagai makhluk sosial adalah kesadaran manusia tentang status dan posisinya serta bagaimana tanggungjawab dan kewajibannya di dalam kebersamaan. Di lain pihak, manusia diciptakan berbeda satu sama lain. Perbedaan itu bisa menjadi alasan saling membutuhkan, tetapi juga menjadi ancaman yang melahirkan pertentangan.

Hidup bersama dalam nama Tuhan mengandung nilai-nilai kebersamaan sesuai dengan ajaran Tuhan. Seseorang disebut berdosa bila ia tak bisa hidup dalam kebersamaan dalam nama Tuhan. Dalam Injil Matius, Yesus memberi petunjuk bagaimana menyelamatkan orang yang hidup di luar kebersamaan. “Tegurlah dia empat mata, kalau tidak berhasil libatkan beberapa orang, dan kalau masih tidak berhasil sampaikan soal itu kepada jemaat. Kalau masih juga tidak berhasil maka orang tersebut dianggap tidak mengenal Tuhan sebagaimana dihayati dalam norma-norma kebersamaan” (bdk. Mat 18:15-20). Yang menarik dari petunjuk Yesus adalah sikap menghargai kebebasan individu dalam kebersamaan. Kesalahan dan dosa apapun yang dilakukan seseorang, jangan cepat menghakimi. Kita harus memberi ruang dan waktu, agar proses pertobatan dapat dijalani.

Makna kebersamaan terungkap dalam firman Tuhan: “sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Makna kebersamaan menurut firman Tuhan hari ini, hendaknya kita hidup bersama orang lain dan kebersamaan itu dalam nama Tuhan.

Yesus memanggil para murid untuk hidup bersama sebelum mereka diutus. Tinggal bersama Yesus menjadi hal yang sangat penting dalam proses menjadi seorang murid-Nya. Hidup bersama Yesus membawa dampak dalam kehidupan mereka secara pribadi, maupun dalam kebersamaan. Perubahan apa yang terjadi dalam hidup mereka? Para murid terpanggil untuk tumbuh dalam persaudaraan yang akrab denganYesus. Panggilan ini terungkap secara khusus dalam Injil Yohanes. Dalam cerita panggilan yang pertama (Yoh 1:39), Yesus mengundang murid-murid-Nya dengan mengatakan, “Marilah dan kamu akan melihatnya”, Yohanes menambahkan, “dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia.”

Hidup bersama Yesus merupakan puncak dari persahabatan dengan-Nya. Pada awal Injilnya Yohanes mengatakan “Mereka tetap bersama-Nya” (Yoh 1:39) dan menjelang akhir Injilnya Yesus sendiri menegaskan agar para murid “tinggal di dalam-Nya” (Yoh 15:14). Tinggal dalam Yesus memang tujuan dari kerasulan. “Tinggalah di dalam Aku dan Aku tinggal di dalam kamu”(Yoh 15:4). Pandangan yang sama diungkapkan St Paulus bahwa misinya kepada bangsa-bangsa sebenarnya adalah Kristus dapat menjadikan hati mereka sebagai rumah-Nya (Ef 13:17).

Dengan hidup bersama Yesus dan mengikuti-Nya, para rasul perlahan-lahan mulai belajar untuk berpikir dan bertindak seperti Yesus. Mereka mulai melihat masalah dan memecahkan persoalan berdasarkan pandangan Yesus. Dengan demikian, mereka ikut berperan serta melaksanakan kasih Yesus.

Yesus mengajak para murid untuk bersama dalam satu kelompok, tapi kadang terjadi ketegangan misalnya ada beberapa yang “mencari muka” (Mrk 10:38). Ini karena mereka orang biasa dan tak sempurna. Namun, Yesus menerima mereka dan mengajak mereka untuk berkembang sampai sungguh-sungguh menyadari arti mengikuti Yesus dan bertindak seperti yang dikehendaki-Nya.

Berkumpul atau hidup bersama dalam nama Tuhan menjadi inti dari seluruh kegiatan apostolik. Prasyarat karya apostolik yang berhasil adalah adanya pengalaman hubungan pribadi yang akrab dengan Kristus. Apa yang kita wartakan sebenarnya adalah hubungan kita yang mendalam dengan Kristus sendiri. Seperti Yohanes kita hendaknya juga mewartakan pengalaman kebersamaan kita dengan Kristus (1Yoh 1:1-4).

Pengalaman hidup umat perdana menjadi pelajaran bagi kita untuk merealisasikan ungkapan Yesus dalam Matius 18:20: “sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Gambaran tentang jemaat perdana dan bagaimana hidup bersama dalam nama Tuhan tertuang dalam Kisah Para Rasul 2:41-47 dan 5:32-35. Belajar dari umat perdana, maka kebersamaan dalam nama Tuhan membutuhkan pengakuan iman akan Yesus, mendengarkan firman-Nya, berdoa bersama, hidup berbagi khususnya bagi mereka yang berkekurangan.

Mgr John Philip Saklil

Published in Renungan

Kegiatan Terbaru

...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohan...

25 October 2023
...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5)

Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...

PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

19 October 2022
PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...

BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

18 October 2022
BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...

BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTE...

16 October 2022
BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTER SAN

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

14 October 2022
BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

Tentang Kami

Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya

Berita Terbaru

©2025 Sumur Yakub - Pusat Spiritualitas. All Rights Reserved.

Search