Para Pembaca sekalian nan budiman,
Salam jumpa lagi melalui postingan kali ini. Di postingan ini kami menampilkan refleksi-refleksi harian Bpk Sudomo di Villa Permata, Lippo Tangerang-Banten yang disampaikan secara lugas, singkat dan menyentuh bathin. Dari pengalaman kiprah pengabdian beliau selama puluhan tahun baik dalam konteks Negara maupun Gereja, entah di dalam maupun luar negeri, menumbuhkan suatu intuisi tersendiri dalam diri Bpk Sudomo sehingga beliau mampu membaca pesan di balik realita-realita keseharian hidup. Kemampuan membaca pesan di balik realita itu kemudian dituangkan dalam tulisan-tulisan beliau yang singkat, padat dan menyentuh sehingga menjadi percikan-percikan kebijaksanaan bagi para pembaca karena hal-hal yang biasa dan sering dianggap sepele justru dimaknai menjadi pesan yang luar biasa. Di edisi kali ini, kami tampilkan TIGA (3) PERCIKAN KEBIJAKSAAN Bpk Sudomo yang berjudul: BUKAN SEKEDAR “ASAL BAPAK SENANG”, BELAJAR DARI SEMUT dan BELAJAR MENERIMA KENYATAAN. Selamat membaca dan merenung, semoga bermanfaat. Gbus all.
BUKAN SEKEDAR “ASAL BAPAK SENANG” (alias ABS)
Dengan langkah Presiden Jokowi turun ke lapangan, guna melihat langsung pelaksanaan PPKM darurat, ketersediaan vaksin dan obat, penyaluran bansos dll, tidak memberi peluang kepada para pejabat dan petugas untuk memberikan laporan asal bapak senang (ABS).
Aksi turun tangan pPresiden Jokowi tersebut mengingatkan saya pada firman Tuhan dalam Surat Kolose 3:23. "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”
Bila kita melaksanakan tugas dan kewajiban dengan segenap hati, sungguh-sungguh dan bertanggung jawab, seperti kita melakukannya untuk Tuhan, maka dengan sendirinya akan menyenangkan atasan atau pimpinan, tetapi juga siapapun yang kita layani. Masalahnya, banyak orang berpikir bahwa: “itu hanya untuk tugas-tugas penting dan pekerjaan-pekerjaan besar. Kalau tugas dan pekerjaan kecil yang tidak penting, mengapa harus sungguh-sungguh? Hanya buang-buang waktu, tenaga dan pikiran saja. Tidak banyak manfaatnya.”
Hudson Taylor berkata: "A little thing is a little thing, but faithfullness in a little thing is a great thing." Sesuatu yang kecil biasa-biasa saja, memang kecil dan biasa, tetapi kesetiaan pada hal-hal yang kecil dan biasa-biasa adalah sesuatu yang besar dan luar biasa.
SAUDARAKU, KESUKSESAN DITENTUKAN OLEH KESETIAAN KITA PADA HAL YANG KECIL DAN BIASA-BIASA SAJA
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah dari rumah dan kiranya Tuhan memberkati.
Villa Permata, Lippo Tangerang-Banten 25 Juli 2021
Sudomo
@ BELAJAR DARI SEMUT
Saya sangat heran karena pohon jambu di rumah, tanpa sebab yang jelas, daunnya berlobang-lobang dan layu, serta ranting-rantingnya patah. Setelah saya amati sungguh-sungguh, ternyata ada semut yang sangat kecil, yang tidak mudah terlihat, seperti semut hitam atau merah. Semut-semut yang sangat kecil dan lemah itu ternyata sangat kuat karena tidak hanya mampu merusak daun dan mematahkan ranting jambu yang kuat, ternyata ulat dan belalang daun pun tidak berani mendekat.
Karena itu benar sekali nasihat bijak Raja Salomo: "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen. (Amsal 6:6-8).
Mengapa si pemalas perlu belajar mengamati perilaku semut? Supaya menjadi bijak, meskipun kecil dan lemah, tetapi menjadi kuat, berbahaya dan mampu melalap apa saja.
Apa rahasianya? Karena semut adalah binatang yang:
@ RAJIN
Kita tidak pernah melihat semut tidur bermalas-malasan, tetapi selalu berjalan cepat, bekerja mencari makan tidak kenal waktu dan menyimpannya. Tidak langsung dimakan habis, sehingga selalu ada persediaan makanan.
@TIDAK EGOIS
Ketika menemukan makanan tidak dinikmati sendiri, tetapi mengundang teman-temannya untuk bekerja sama membawa makanan tersebut pulang ke darangnya.
@ BEKERJA DALAM TIM
Ada yang kusus mencari makan, menjaga keamanan, bertelor dan bekerja sama untuk membawa makanan yang tidak mampu diangkat sendiri dan membuat sarang bersama.
@ SALING MENGHORMATI
Setiap bertemu semut lain selalu saling menyapa.
@ PANDAI MENGATUR WAKTU & DISIPLIN
Dengan menyediakan makanan di waktu panas dan mengumpulkan makanan di waktu panen. Itu sebabnya meskipun kecil dan lemah, namun sangat ditakuti oleh binatang yang lebih besar.
*SAUDARAKU, KESUKSESAN TIDAK DITENTUKAN OLEH KUAT DAN BESARNYA SESEORANG, TETAPI OLEH KEBIJAKSANAAN DAN KEBIJAKANNYA MENATA HIDUPNYA*
Selamat berkarya dari rumah dan kiranya Tuhan memberkati.
Villa Permata, Lippo Tangerang-Banten 29 Juli 2021
Sudomo
- BELAJAR MENERIMA KENYATAAN
Salah satu sebab utama kita: tidak bersyukur; tidak mampu mengatasi kesulitan dan pergumulan hidup, adalah karena kita tidak berani menerima kenyataan. Karena itu hidup menjadi beban yang berat dan bukan menjadi kesempatan untuk bangkit mengembangkan diri.
Mari kita cermati kesaksian Rasul Paulus dalam Surat 2 Korintus 12:10. "Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat."
Rasul Paulus justru senang dan rela dalam kelemahan, siksaan, kesukaran, penganiayaan dan kesesakan, karena melalui hal-hal demikian, dia menjadi kuat. Meskipun sudah tiga kali dia berseru kepada Tuhan agar duri dalam daging, yang berupa penyakit maupun berbagai pergumulan hidup, dicabut oleh Tuhan (ay. 7, 8), namun tidak dikabulkan (ay. 9). Kenyataan tersebut tidak menyebabkan dirinya pasrah dan berputus asa, tetapi justru tetap bersemangat dalam pelayanan, karena kelemahannya menjadi kekuatannya.
Demikian pula Yusuf, ketika dapat menerima kenyataan sebagai budak, dia menjadi budak yang lebih baik dari pada budak lain sehingga dibeli dan dipercaya mengurus urusan rumah tangga Potifar. Bahkan ketika dia difitnah dan mau djahati oleh isteri Potifar, sehingga dimasukkan dalam penjara, justru menjadi moment blessing in disguish Yususf karena dia tetap dipercaya oleh kepala penjara untuk mengurus urusan rumah penjara. Begitupun ketika dalam istana Mesir, Yusuf diserahkan mandat untuk memerintah menjadi orang nomor dua sesudah Firaun (Kejadian 39:2, 4, 22; 41:40).
Helen Keller berkata: "Saya bersyukur kepada Allah atas cacat tubuh saya, sebab melaluinya saya temukan diri saya, KARYA saya dan Allah saya."
*SAUDARAKU, MENERIMA KENYATAAN BUKAN MEMBUAT SESEORANG PASRAH DAN MENYERAH, TETAPI BERUSAHA UNTUK BERKARYA.*
Selamat berkarya dari rumah masing-masing dan kiranya Tuhan memberkati.
Villa Permata, Lippo Tangerang-Banten 30 Juli 2021
Sudomo