Sahabat-sahabat Tuhan ytk
Salam jumpa lagi melalui Ulasan Biblis Spiritual (UBS) ini di akhir pekan IV bulan Juni 2020. Kita mau menggunakan beberapa menit dari 10.080 menit yang diberikan Tuhan kepada kita di pekan ini untuk merenungkan pesan-pesan kehidupan yang telah kita dapatkan sepanjang pekan ini. Karena UBS ini juga merupakan salah jalan sederhana mingguan guna mereview dan resemu perjalanan hidup selama sepekan, maka baik juga di awal UBS ini kita hening sejenak mengingat perjalanan sepanjang pekan ini: mengenang hal-hal atau pengalaman-pengalaman sepanjang pekan ini, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Entah apapun situasi yang telah kita alami sepanjang pekan ini, kita mau syukuri karena Tuhan masih memperkenankan kita mencapai akhir pekan ini. (hening sejenak untuk mengenang perjalanan sepekan ini dan syukuri dengan iklas dan hati gembira apa yang telah dialami).
Setelah kilas balik sejenak seluruh siarah sepekan ini, mari kita mengarahkan fokus perhatian kita pada topik pendalaman kita melalui UBS ini yang dimunculkan dari bacaan-bacaan suci sepanjang pekan ini. Dari sekian banyak hikmah dan pesan Biblis yang telah kita renungkan sepanjang pekan ini, kita diajak mendalami pesan Tuhan yang ditampilkan di Injil hari Kamis lalu tentang pentingnya ketepatan meletakkan alas rumah hidup kita yakni di atas ‘wadas’ bukan di atas ‘pasir’.
Situasi gunda gulana akibat Covid-19 yang sedang kita alami ini mengajak kita merenungkan hal-hal ini juga karena ‘high tech’ dan para ahli yang selama ini menjadi andalan tumpuan harapan kita khususnya di bidang kesehatan, ternyata tak mampu ‘berbicara banyak’ saat berhadapan dengan Covid. Dan malah pihak-pihak tersebut yang paling rentan terhadap ‘serangan’ covid-19. Covid seakan menguji kita secara alamiah menyadari apa dan siapa andalan saya selama ini; apakah yang saya andalkan selama ini benar-benar penjamin sejati hidup saya, atau saya harus mencari lagi apa dan siapa sesungguhnya yang menjadi penjamin hidup saya.
Karena itu melalui UBS kali ini, kita mau mendalami ajaran Yesus tentang landasan hidup yang benar yang mesti dilandaskan pada wadas yang kokoh bukan pada pasir. Satu perumpamaan yang sederhana tapi ‘mengena’ untuk diterenungkan kebenarannya dan diterapkan dalam hidup kita. Dan menariknya Yesus memberikan ajaran ini di bagian akhir pengajaran di Bukit atau Kotbah di Bukit. Pesannya jelas bahwa semua hal yang diajarkan Yesus itu sebaiknya dijadikan landasan hidup bagi manusia.
Dan saya kira kita semua setuju dan mengakui bahwa landasan hidup yang baik, benar dan kokoh mesti dilandaskan pada wadas iman pada Tuhan dan SabdaNya sebagai sumber dan penjamin serta penyelenggara utama hidup manusia. Ajaran-ajaranNya hendaknya menajdi cahaya penuntun langkah hidup dan perjuangan kita. Inilah landasan benar dan sejati yang tak bisa disangkal kebenarannya oleh siapapun.
Dan salah satu ciri orang yang benar-benar melandaskan hidupnya pada wadas iman akan Tuhan sebagai sumber jaminan dan penyelenggara utama dalam hidupnya, yakni Tuhan akan dilibatkan dalam seluruh proses hidup dan aktifitasnya. Tuhan akan menjadi tempat sandaran dan tempat meminta petunjuk dalam menghadapi segala situasi yang dialami dalam hidupnya khususnya ketika menghadapi tantangan kesulitan dalam hidupnya. Teks-teks biblis tentang figur-fugur dari berbagai latar belakang kehidupan yang ditampilkan sepanjang pekan ini memberikan contoh konkret tentang kebenaran di atas:
- Nabi Yeremia yang ditampilkan di bacaan I hari Minggu, 21 Juni 2020, membuktikan kebenaran tersebut. Ketika dipojokkan dari segala arah, dipukul dan dipasung oleh Pasyur, Imam Kepala, karena nubuat-nubuatnya tentang kejatuhan Israel, namun Nabi Yeremia tidak memohon bantuan kepada siapa-siapa selain memohon bantuan pada Tuhan yang dijadikan landasan kekuatan dan tumpuan harapan hidup dan karya pewartaannya. Ini salah satu contoh nyata ciri orang yang hidupnya dilandaskan pada Tuhan. Apa yang dilakukan Nabi Yeremia itu mencerminkan keyakinan iman orang yang mengandalkan Tuhan sebagaimana diajarkan Yesus: “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang hanya dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; tetapi takutlah Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.”
- Contoh lain yang ditampilkan dalam bacaan pertama sepanjang pekan ini yakni kisah tentang raja-raja Israel. Raja yang setia melandaskan pemerintahannya pada Tuhan seperti Raja Hizkia, meminta pertolongan pada Tuhan, dan Tuhan membela serta melindungi dia dan rakyatnya. Sebaliknya Raja-Raja yang tidak setia pada Tuhan seperti Raja Hosea, Raja Yoyakhin, dan Raja Zedekia menuai kebinasaan bersama rakyatnya karena salah melandaskan harapan mereka pada dewa palsu.
- Dua figur lain yang bisa dijadikan saksi kebenaran indahnya melandaskan hidup pada Tuhan yakni Zakarias dan Elisabet, orang tua Yohanes Pembaptis. Meskipun dari faktor usia, mereka sudah tidak punya harapan mendapatkan momongan, namun iman dan kepasrahan pada penyelenggaraan Ilahi, membuka jalan dan ruang bagi Tuhan untuk melakukan karya agung dan ajaibNya bagi mereka. Mereka bisa mendapatkan Yohanes Pembaptis pada usia ‘senja’ karena mereka percaya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan dan orang yang percaya kepadaNya.
- Kesaksian iman Paulus melalui tulisannya yang ditampilkan pada hari Minggu 21 Juni 2020 dan pada hari Raya Kelahiran Yohanes Pembaptis menjadi suatu testimoni tersendiri bagi kita bahwa sekalipun dia tidak pernah bertemu Yesus dan Yohanes Pembaptis secara fisik, namun keterbukaan hati dan kesediaan dirinya dibimbing oleh Roh Allah, membuat dia mampu memahami dan yakin dengan teguh bahwa Yesus adalah penyelamat dunia, dan Yohanes Pembaptis adalah orang yang menyiapkan jalan bagi Tuhan. Maka Paulus mengajak kita untuk bersikap rendah hati dan berupaya membesarkan kemuliaan Tuhan seperti Yohanes Pembaptis dalam hidup dan karier kita, bukan sebaliknya menggunakan Tuhan untuk kebesaran nama kita.
- Testimoni lain datang dari si lepra dan mertua Petrus yang disembuhkan oleh Yesus. Keyakinannya akan pertolongan Tuhan mendorong mereka berani meminta kesembuhan dari Yesus dan mereka pun disembuhkan.
- Kesaksian iman Perwira Kapernaum di Injil hari ini yang meminta Yesus menyembuhkan hambanya menjadi suatu kesaksian luar biasa tentang kebenaran menaruh iman yang kokoh pada Tuhan: ‘Tuan, aku tidak layak meneriman Tuan di dalam rumahku. Katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.’ Perwira itu mampu mentransformasi pengetahuannya di dunia birokrasi militer ke dalam pemahaman dan keyakinanya akan cara kerja kemahakuasaan Tuhan. Sistem garis komando dalam kariernya, meyakinkan dia percaya pula bahwa kalau dirinya sebagai pemimpin militer yang adalah manusia biasa saja ternyata mampu memerintahkan bawahannya untuk melakukan apa yang diperintahkannya, maka Tuhan yang Mahakuasa dan Mahakasih tentu jauh lebih hebat dan lebih bisa lagi melakukannya. Kemampuan si perwira mengaplikasi pengetahuannya di dunia kerjanya ke konteks ‘cara kerja iman’ telah membantu dia mengalami pertolongan Tuhan yang diharapkannya. Inilah alasan mengapa Gereja mengadopsi sikap iman perwira Kapernaum itu menjadi model bagi kita yang mengharapkan pertolongan dan kekuatan Tuhan. Kata-kata Perwira Kapernaum itu diadopsi oleh Gereja dan dipakai dalam perayaan Ekaristi Kudus menjalang komuni suci sebagai expresi keyakinan kita pula akan pertolongan kekuatan Tuhan melalui tubuh dan darahNya: ‘Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang kepada saya, tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh.’ Landasan iman kita akan pertolongan Tuhan meyakinkan kita percaya juga seperti Perwira Kapernaum bahwa Tuhan akan menolong kita dan menguatkan kita dengan kuasa dan kasihNya sekalipun hanya dengan bersabda.
Inilah kesaksian iman dari tokoh-tokoh biblis dari sekian banyak pengalaman nyata dalam sejarah keselamatan, baik dari Perjanjian lain maupun dari Perjanjian Baru. Latar belakang dan area hidup serta karier yang berbeda-beda menjadi suatu kesimpulan umun bahwa siapa saja yang hidup di mana dan kapan saja harus melandaskan hidupnya pada Tuhan sebagai penjamin sejati hidup manusia.
Dan kita telah memilih melandaskan hidup kita pada Tuhan sebagai andalan kita. Maka UBS ini mengajak kita juga untuk senantiasa bersyukur karena Tuhan menjadi landasan wadas hidup kita selama ini dan telah setia menjamin hidup kita. Sembari bersyukur, kita berniat semakin mengokohkan iman kita pada Tuhan dan mengandalkan Dia dalam segala situasi hidup yang kita alami.
Kemampuan Perwira Kapernaum dan Raja Hizkia menghubungkan karier dan iman pada Tuhan sebagaimana kita dalami di atas, kiranya menginspirasi kita juga untuk menemukan korelasi erat antara karier kita dan iman kita kepada Tuhan. Melalui figure-figur ini (Raja Hizkia dan Perwira Kapernaum) yang berkiprah di dunia politik dan dunia birokrasi yang kadang dianggap ‘awam’ dengan dunia iman, justru membuka mata kita melihat bahwa Tuhan juga dilibatkan di dunia pelayanan dan aspek hidup apa saja.
Melalui kedua figur ini kita belajar bahwa ternyata bukan soal locus/tempat, tetapi soal sejauh mana Tuhan diakui sebagai penjamin kebahagiaan sejati dan dilibatkan dalam hidup kita. Dan orang yang benar-benar tahu apa dan siapa sumber dan andalan serta tujuan hidup yang sebenarnya, sudah pasti melibatkan Tuhan dalam karier perjuangannya. Hal ini akan membantu kita mengakui pula bahwa pengabdian di aspek hidup apa saja akan menjadi berkat kalau dilandaskan dan diarahkan pada tujuan sejati seturut rancangan Tuhan. Semakin mampu menemukan hubungan erat antara bidang karier pengabdian kita dengan maksud dan rencana luhur Tuhan, semakin jelas pula arah hidup dan perjuangan kita yang bermuara pada upaya menggapai kesejahteraan dan kebahagiaan sejati.
Selamat merenung, siapa pun kita, pasti disayang dan diberkati Tuhan karena kita semua anak-anak Tuhan.
Doa:
Allah Tritunggal Mahakudus, kami tak henti-hentinya menghaturkan syukur dan pujian serta hormat sembah bakti kami kepadaMu karena Dikau setia menjamin hidup kita. Kami pun mau senantiasa melandaskan hidup dan karier pengabdian kami dalam penyelenggaraan IlahiMu. Mampukan kami selalu dengan rahmatMu, restui niat dan rencana kami serta berkati kami selalu dengan berkat rohani dan jasmani dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. + Amin.
Oleh P. John Masneno, SVD
Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub