Friday, 10 July 2020 15:31

GUIDELINES YESUS UNTUK TUGAS PENGABDIAN KITA

Written by John Masneno
GUIDELINES YESUS UNTUK TUGAS PENGABDIAN KITA dok. Sumur Yakub

Sahabat-sahabat Tuhan ytk!

Salam jumpa lagi melalui UBS akhir pekan II bulan Juli 2020 ini. Karena UBS ini merupakan review and resume perjalanan mingguan kita, maka kita awali UBS ini dengan kilas balik sejenak perjalanan kita masing-masing sepanjang pekan ini sejak 5 – 11 Juli ini. (Hening sejenak mengenang peristiwa-peristiwa mengensankan dan hal-hal yang signifikan yang dialami di Pekan ini. Ingat orang-orang yang berperan cukup signifikan dalam hidup sepanjang pekan ini. Akhiri dengan pujian dan syukur pada Tuhan sesuai kebiasaan Saudara/Saudari. Doamu dari hati yang terdalam untuk hal-hal dan orang-orang yang secara signifikan bersama dan membantumu sepanjang pekan ini akan mendatangkan rahmat dan berkat Tuhan tersendiri baik bagi mereka maupun bagi diri Saudara/ Saudari sendiri).

Tema UBS ini mengarahkan kita pada inti resume kita pekan ini berdasarkan pesan-pesan pokok Sabda Tuhan yang kita renungkan sepanjang pekan ini. Injil sepanjang pekan ini banyak kali berbicara tentang perutusan para murid Tuhan dengan segala persyaratan dan konsekuensinya. Sebelum mendalami Guidelines Yesus, kita perlu ‘segarkan’ pemahaman kita bahwa tugas pertutusan Tuhan bukan hanya untuk para Imam, pastor Suster dan Bruder, melainkan berlaku bagi siapa saja yang menjadi pengikut Kristus entah sebagai awam maupun rohaniwan-rohaniwati. Bahkan bila merenungkan hakekat amanat Tuhan ini lebih jauh, maka kita akan menyadari bahwa sebenarnya amanat Tuhan itu berlaku bagi siapa saja yang mau mengabdi Tuhan dan sesama melalui hidup dan karier pengabdiannya. Paling kurang ada lima guideline Tuhan bagi kita para utusanNya.

  1. Kita dipanggil dan diberi kuasa oleh Tuhan

Artinya dasar kekuatan dan motor penggerak utama dalam tugas perutusan dan pelayanan kita mestinya bersumber dari dan pada kuasa Penyelenggaraan Ilahi Tuhan, bukan pada kemampuan kita sendiri. Kesadaran dan Pengakuan akan peran Tuhan sebagai aktor utama dalam hidup dan karya perutusan, membantu kita semakin memberi tempat bagi Tuhan dalam karya yang lakukan. Sikap bathin demikian membantu kita sehingga: bila sukses kita akan memuji Tuhan; atau bila belum berhasil, kita akan tetap bersandar pada Tuhan.

Kesadaran dan pengakuan akan peran kuasa Tuhan membantu kita semakin mengakui Allah sebagai yang Mahakuasa dan Sumber Rahmat, dan kita tidak mencari tameng kekuatan pada hal lain di luar Allah. Potensi dan kemampuan manusia hanya merupakan sarana yang perlu dikolaborasikan dengan penyelenggaraan Ilahi demi suatu ‘better life’. Pengakuan ini sekaligus membantu menghindarkan diri dari ‘klaim-klaim diri’ yang mengarah ke pemujaan: diri dan kehebatan manusia, karena hal ini bisa ‘mengerdilkan’ bahkan menyisihkan peran Tuhan dan diri menjadi orientasi pertama dan terutama. Inilah situasi umat Israel pada masa Nabi Hosea sebagaiamana yang diperdengarkan kepada kita sepanjang pekan ini. Dan Tuhan mengutusnya guna mengarahkan mereka kembali kepada Tuhan.

Spritiualitas hidup Yohanes Pembaptis: agar Allah semakin besar dan saya semakin kecil, menjadi inspirasi bagus bagi kita. Dan semakin mengakui keterlibatan Tuhan dalam hidup dan karier yang kita jalankan, semakin membuat kita menyadari bahwa apa yang saya buat tak seberapa dibanding apa yang dilakukan Tuhan. Atau dalam bahasa St. Theresa dari Kalkuta: what we are doing is just a drop of water in the ocean of God’ work. (apa yang saya lakukan hanya setetes air ke dalam samudara karya Allah). Spirit ini akan membuat kita semakin ugahari dan terus bersemangat karena Yang Mahakuasa menjadi sumber dan penyokong utama-karya-karya kita.

Di sini kita patut bersyukur karena kita masih tekun setia mengimani dan mengandalkan Tuhan sebagai sumber kekuatan bagi hidup dan karier perutusan kita. Pengakuan iman kita yang diteguhkan seiring usia kita mengikuti Tuhan telah menjadi hidden power yang menuntun hidup dan karya kita selama ini.

  1. Dipanggil dan diutus untuk melayani sesama

Tujuan utama dipanggil dan diutus yakni untuk membawa Kabar Gembira kepada sesama dan melayani mereka sesuai konteks situasi dan kebutuhan mereka. Tentang hal ini kita sudah dalami bersama di UBS Selasa kemarin di Website Karya Kepausan Indonesia tentang metode pelayanan Yesus yakni turun ke lapangan. Menurut Paus Fransikus, kuasa (authority) seorang utusan Tuhan memiliki hubungan erat dengan relasi orang yang diutus  dengan Tuhan dan  sesama. Dalam kotbahnya di Kapela St. Martha pada tanggal 9 Januari 2018, Paus menjelaskan bagaimana Yesus, Pastor-Gembala Agung, memberikan contoh tentang hal ini. Dia sangat dekat dengan Bapa-Nya (relasi vertical) dan sangat dekat pula dengan orang-orang yang ditemui (relasi horizontal):

“What ‘gives authority’ to Jesus is precisely His closeness to God and to people… So, Pastor’s authority comes from closeness to God and people. When one loses this closeness, the pastor ends up ‘in incoherent life” (Kuasa yang dimiliki Yesus jelas ‘tumbuh’ dari kedekatan-Nya dengan Bapa-Nya dan orang-orang yang ditemui-Nya; demikian pula kuasa/autoritas seorang gembala-utusan Tuhan punya kaitan erat dengan kedekatan dan keakrabannya dengan Tuhan dan sesamanya. Ketika hal ini diabaikan maka utusan itu sudah membawa dirinya pada hidup yang tidak koheren lagi dengan tugas perutusannya).

Hal ini menginspirasi sekaligus mengajak kita merenungkan sejauhmana kita membangun relasi bathiniah nan iklas dengan Tuhan dan sesama dalam perjalanan hidup dan karya kita. Suasana bathin yang muncul spontan dalam hati bahtin dan benak kita saat kita bertemu Tuhan atau sesama merupakan expresi jujur diri kita akan suasana dan akrab-tidaknya relasi kita dengan Tuhan atau dengan orang itu.

  1. ‘jangan membawa apa-apa dalam perjalanan’

Mungkin muncul pro-kotra tentang permintaan Tuhan ini karena kenyataannya kita membutuhkan hal-hal tersebut sebagai pelancar tugas-tugas kita. Namun pesan utama permintaan Tuhan itu yakni agar kita tetap menjadikan Tuhan sebagai tumpuan harapan dan jaminan kesejahteraan hidup serta kebahagiaan kita. Kesadaran dan pengakuan akan Tuhan sebagai penjamin hidup dan sumber kesejahteraan-kebahagiaan akan mengarahkan orientasi hidup kita bersumber dari dan pada Tuhan.

Tuhan menjadi sumber dan penjamin sejati kesejahteraan dan kebagiaan hidup kita. Dengan demikian kita terbantu tidak mencari harta, tahta atau kesenangan pada hal-hal duniawi. Kalau pun itu didapatkan akan tetap dilihat dan dipergunakan sebagai sarana untuk tugas perutusan kita, bukan sebaliknya menjadi tujuan yang kita kejar.

Manfaat lain dari kesadaran dan pengakuan akan sumber kuasa dari Tuhan yakni membantu menghindarkan kita dari spirit kompetisi ala dunia yang ada dari zaman ke zaman yakni spirit: want to be the best (impian mau menjadi yang terbaik dari sisi kemampuan), want to be the higest (impian mau menjadi yang teratas dari sisi kelas sosial) and want to be the richest (impian menjadi yang terbanyak dari aspek kepemilikan harta duniawi).

Kisah hidup manusia dari waktu waktu mengajar dan mengajak kita mengakui bahwa akhir cerita hidup bukan pada apa dan seberapa banyak yang telah kita dapatkan, tetapi pada hal apa yang telah kita lakukan yang berfaedah membangun kehidupan sesama sehingga mereka pun turut mengakui kebesaran Tuhan sebagai Allah yang Mahakasih dan Mahakuasa.

  1. Kesiapan bathin menghadapi situasi untung malang dalam tugas perutusan

Yesus tidak mau menjanjikan hal yang muluk-muluk kepada para murid-Nya tentang tugas perutusan. Berdasarkan pengalaman-Nya sendiri, Yesus mengingatkan mereka untuk realistis bahwa tantangan dan kesulitan akan mereka hadapi karena tak semua orang yang ditemui memiliki miliki cara pandang dan arah hidup sebagaimana mereka upayakan. Maka mereka perlu siapkan hati bathin untuk menghadapi semuanya itu dengan bijak dan jeli, karena dalam situasi menghadapi kesulitan, orang akan dihadapkan pada: atau siap hadapi dan maju terus pantang mundur, atau sebaliknya.

Semakin siap bahtin menghadapi realita ini, semakin mudah menghadapi, mengatasi dan melewatinya bahkan bisa dengan cepat menemukan hikmah di balik tantangan yang dihadapi. Yesus memberikan contoh yang sangat baik tentang hal ini. Ketenangan bathin Yesus saat menghadapi tantangan, penolakan bahkan penyaliban-Nya menjadi buktinyata Dia sudah siap bathin menghadapi segala situasi yang akan dihadapi-Nya.

Figure-figure besar dalam sejarah dunia seperti Mandela, Gandhi dll. seringkali menampilkan hal ini di saat-saat mereka mengalami tantangan dan kesulitan dalam perjuangan mereka. Kesediaan datang bersandar dan berguru pada Yesus sesuai ajakkan-Nya di Matius 11:28-30 yang didalami hari Minggu lalu tentu saja berdampak luar biasa dalam mengasah kemampuan bathin ini.

  1. Komitmen dan kesetiaan melewati susah senang tugas perutusan senantiasa berbuah manis

Tugas perutusan yang dipercayakan Tuhan tak kenal pensiun. Maka perjuangan pengabdian seorang utusan berlangsung seumur hidupnya. Komitmen dan kesetiaan dari waktu ke waktu mengkombainasikan kata dan aksi nyata menjadi kunci segalanya.

Tentang hal ini, Kesaksian hidup Romo Carolus, OMI menghantar kita mengakui bahwa  hidup dan karya seorang murid Tuhan yang sungguh mendedikasikan hidupnya bagi sesama akan menjadi sukacita baginya. Romo Carolus, Imam asal Irlandia yang sudah menjadi warga Indonesia dan sudah empat puluh tahun lebih melayani orang-orang Cilacap, saat ditanya dalam acara Kick Andy tentang apakah beliau bahagia tinggal dan berkarya di Indonesia, beliau dalam nada jenaka menjawab: di sini senang, di sana senang, di mana-mana hatiku senang. Mencermati hidup dan karya perutusannnya, kita akan mengerti bahwa di balik guyonan beliau itu sebenarnya membahasakan kegembiraan hatinya karena dedikasi hidup dan karyanya bagi orang-orang Cilacap, baik yang Kristen maupun Non-Kristen.

Apa pesannya untuk kita baik secara umum maupun secara pribadi? Selamat merenung, Tuhan memberkati kita semua para utusan-Nya?

Doa:

Allah Tritunggal Mahakudus, pemilik dan penyelenggara utama misi keselamatan dan kebahagiaan kami, kami bersyukur untuk segala anugrah perlindungan dan berkat-Mu untuk kami semua hingga saat ini. Kami bersyukur pula untuk tugas perutusan yang Diaku percaya kepada kami. Kiranya rahmat dan rohMu senantiasa memampukan kami mewujudkan tugas yang telah Dikau percayakan kepada kami dengan tekun setia hingga akhir hayat. Berkati dan kuatkan kami selalu dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus. Amin.

Oleh: P John Masneno, SVD

(Sekretaris Eksekutif Pusat Spiriualitas Sumur Yakub)

 

Kegiatan Terbaru

...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohan...

25 October 2023
...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5)

Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...

PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

19 October 2022
PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...

BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

18 October 2022
BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...

BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTE...

16 October 2022
BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTER SAN

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

14 October 2022
BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

Tentang Kami

Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya

Berita Terbaru

©2025 Sumur Yakub - Pusat Spiritualitas. All Rights Reserved.

Search