(Refleksi Spiritual pada Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda)
Sahabat-sahabat Tuhan ytk,
Salam jumpa lagi melalui pertemuan berhikmah ini di Selasa II bulan Desember 2020 ini. Bertepatan dengan Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda hari ini, kita diajak merenungkan semangat hidup Bunda Maria dan menghubungkannya dengan semangat hidup kita. Mendalami Spiritualitas Bunda Maria di masa Advent ini juga membantu kita di Bulan Keluarga ini untuk merenungkan perjalanan hidup keluarga dan komunitas kita. Mari renungkan 3 kebajikan dan semangat Hidup Bunda Maria, teladan iman kita:
- Pengakuan akan kedaulatan Tuhan dan kuasa penyeleggaraan-Nya
Sikap iman Bunda Maria yang sungguh mengakui kedaulatan Tuhan dan kuasa penyelenggaraan Tuhan tak bisa disangkal. Sejak awal kehidupan Bunda Maria sudah diarahkan oleh kedua orangnya (St. Yoakim dan St. Anna) untuk hidup dalam naungan kuasa penyelenggaraan Ilahi. Kepasrahan yang total Bunda Maria berbasis pada keteguhan imannya akan penyelenggaraan Ilahi patut menjadi contoh bagi kita. Pengakuan iman dan keyakinan yang kokoh Bunda Maria pada Tuhan inilah yang menjadi fondasi dasar bagi dirinya bersama St. Yoseph menghadapi situasi gembira-sedihnya hidup sebagai orang tua bagi Yesus, Al-Masih. Konsekuensi tugas mulia itu memang tak gampang, namun keyakinan iman pada penyelenggaraan Ilahi memampukan mereka menjalaninya.
Sikap iman Bunda Maria ini mengajak kita merenungkan sikap iman kita, baik secara pribadi maupun sikap iman keluarga dan komunitas kita: sejauh mana kita bersikap seperti Bunda Maria yang senantiasa mengakui kedaulatan Tuhan dan melibatkan Tuhan dalam segala situasi hidup kita. Kokoh tidaknya pengakuan akan kedaulatan Tuhan dan keyakinan iman kita pada penyeleggaraan-Nya tumbuh dan berkembang seturut kesungguhan kita melibatkan Tuhan dalam perjalanan hidup kita. Dan kokoh tidaknya iman ini bukan berdasarkan faktor usia melainkan faktor sejauhmana dan seberapa sering orang melibatkan Tuhan dalam proses perjalanan dan perjuangannya.
Kisah Bunda Maria meneguhkan kita bahwa semakin sering dan total melibatkan Tuhan dalam hidup dan perjuangan, kita yang kecil dan tak sempurna ini dimampukan oleh kesempurnaan dan kemahakuasaan kasih dan kuasa penyelenggaraan Ilahi Tuhan. Dalam sudah pandang demikian, kita bisa memahami perayaan iman hari ini; juga memahami mengapa Bunda Maria dan St. Yoseph bisa mampu tekun setia mendampingi Yesus, PutraNya sejak awal hingga terangkat ke Surga; mengapa Maria bisa mampu menghadapi pengalaman-pengalaman pahit dengan tenang dan tabah hati. Semuanya karena keyakinan kokoh akan penyelenggaraan kuasa Ilahi Tuhan dan kesediaan dilibatkan dan melibatkan Tuhan dalam seluruh proses perjalanan hidup. Dan kalau Allah yang Omnipotens dalam kasih dan kuasa dilibatkan maka tidak ada yang mustahil. Apa pesannya untuk saya?
- Bunda Maria memiliki kepekaan hati dan aksi nyata
Satu kisah biblis mengenai karakter luhur Bunda Maria ini yakni Peristiwa Mujisat di Kana. Peristwa tersebut bermula dari kepekaan mata hati Bunda Maria menangkap situasi yang sedang terjadi dan memberitahukan kepada Yesus, Putra-Nya. Inilah salah satu alasan dan keyakinan di balik kebiasaan kebanyakan orang yang meminta bantuan Tuhan melalui Bunda Maria. Karena sebagai Bunda Tuhan yang peka pada kebutuhan manusia, kita percaya kepekaan Bunda Maria bukan hanya terjadi di Kana ribuan tahun silam, tetapi juga berlaku bagi kita yang percaya pada Tuhan. Patut dicatat juga bahwa kepekaan Bunda Maria dan kesediaan meminta bantuan Yesus, Putra-Nya dilakukan berlandaskan keyakinan yang kokoh bahwa Putra-Nya pasti tergerak untuk menolong. Sebab itu meskipun awalnya Yesus terkesan menolak permintaannya, namun Bunda Maria yang sudah tahu kemurahan hati Putra-Nya meyakinkan para pelayan: ‘Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu’ (Yohanes 2:5).
Di sini kita belajar dua hal yang saling berkaitan erat yakni perlu sikap peka terhadap situasi sekitar dan aksi nyata menjawabi situasi tersebut. Kalau hanya sikap peka, prihatin dan berbela rasa sebatas perhatian bathin, belumlah cukup untuk menjawab situasi. Kepekaan mesti dibarengi aksi nyata. Di sinilah kita mesti belajar dari Bunda Maria: peka terhadap situasi dan dilanjutkan ke aksi nyata. Di Kana, Bunda Maria bukan orang yang mengubah air menjadi anggur, tetapi dia menjadi perantara yang mengkomunikasikan situasi bertolak dari kepekaan hatinya melihat kebutuhan sekitar. Dia adalah pemerhati, perantara dan komunikator yang baik dan penuh keyakinan iman pada penyelenggaraan Tuhan.
Apa pesannya untuk hidup saya dan kehidupan keluarga/komunitas saya?
- Spiritualitas kehadiran, ketekunan dan kesetiaan hingga titik final
Tentang hal ini kita semua tahu kisahnya dari awal hingga akhir hidup Bunda Maria, maka yang dibutuhkan adalah kemauan dan kerelaan mengikuti teladan hidup Bunda Maria yang senantiasa hadir mendampingi Putra-Nya, dan tekun setia dalam suka duka hidup hingga titik akhir. Apa pesannya untuk saya secara pribadi dan kehidupan keluarga/komunitas saya?
Selamat merenung, Tuhan memberkati.
Oleh P John Masneno, SVD (Pengurus Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)