Sahabat-sahabat Tuhan ytk,
Salam jumpa lagi melaui Ulasan Biblis Spiritual di akhir Pekan II Advent 2020 ini. Kita bersyukur atas kasih perlindungan dan berkat-berkat Tuhan yang telah kita terima sepanjang pekan Advent kedua ini. Secara khusus kita berterima kasih atas tuntunan cahaya kebenaran Sabda Tuhan yang diperdengarkan kepada kita dan mengajak merenungkan pesannya dalam konteks hidup kita. Dari berbagai pesan yang telah kita baca dan renungkan, kita diajak melalui UBS ini merenungkan 2 intisari berikut sebagai bahan kita bercermin diri di masa Advent ini:
- Keluarga kita juga adalah bagian dari pohon keluarga Allah
Ditampilkan di Injil hari Minggu II Advent Silsilah (Pohon Keluarga) Yesus yang menggambarkan hubungan DNA Yesus dengan nenek moyangnya dalam sejarah kehidupan manusia dari abad ke abad hingga pada masa. Kalau kita mengikuti dan merenungkan kisah pohon keluarga Yesus, kita sampai suatu titik kesimpulan bahwa selain hubungan DNA jasmani, ada juga peran DNA spiritual berupa kasih dan kuasa Bapa turut bekerja dalam kesinambungan hidup pohon keluarga Yesus sehingga tetap ada satu rantai penghubung dalam perjalanan sejarah jatuh bangunya garis keturunan Yesus. Dan berbicara tentang DNA Spiritual Allah (aliran kasih dan kuasa Allah dalam sejarah kita manusia) kita sampai pada suatu titik pengakuan bahwa siapa saja yang hidup dalam aliran kasih dan kuasa Allah adalah juga turunan anak-anak Allah.
Dari perspektif DNA spiritual inilah kita semua disatukan semua Yesus dan Bapa-Nya dalam suatu ikatan kasih kekeluargaan. Di sinilah kita diteguhkan bahwa meskipun kita tidak memiliki DNA biologis dengan Yesus, namun DNA spiritual kita bersama Yesus, Guru dan Tuhan kita menyatukan kita dalam suatu ikatan kasih dan kuasa Allah yang telah menyatukan seluruh anak-anak Tuhan dalam suatu ikatan kasih kekeluargaan Allah. Karena DNA spiritual inilah kita mendapat kehormatan turut bergabung dalam pohon keluarga Tuhan kita Yesus Kristus. Rasa syukur ini mestinya dibarengi juga dengan kesediaan kita menampakkan kasih kekeluargaan dan persaudaraan sebagai ciri keluarga Allah yang bersumber dan berdasar pada kasih.
Masa Advent mengajak kita menengok perjalanan keluarga kita sejauh ini:
- apakah dalam keluargaku sudah menampakan DNA spiritual kasih Allah yang hidup dalam kasih persaudaraan sejati.
- Syukuri spirit kasih yang telah tumbuh dalam keluarga Anda dan niatkan tekad untuk terus menghidupkan api kasih Allah dalam hidup keluarga Anda maka Allah yang adalah Kasih sejati pasti senantiasa tinggal dan berjalan bersama ziarah hidup keluarga Anda.
- Sharing-sharing iman tentang kebenaran Golden Rule Matius 11:28-29
Dalam Pekan Adven II ini juga kita mendalami salah satu GOLDEN RULE yang diajarkan Yesus tentang ajakan bersandar pada Tuhan yang sudah terbukti kebenaranya dalam hidup banyak orang. Karena itu di UBS ini ditampilkan beberapa refleksi dan sharing pengalaman di Komunitas Verbum Domini (KVD) bagaimana Golden Rule Yesus ini berdaya menolong mereka.
- Sharing Ibu Yuniartini (Paroki St. Yoseph Matraman Jakarta)
Setiap orang mempunyai beban hidup. Tetapi kalau kita datang pada Yesus, maka beban itu menjadi ringan. Saya pun mempunyai beban hidup, seandainya saya fokus beban saya pasti tidak kuat akan menangis tiap hari. Tetapi saya mengenal Firman Tuhan sehingga beban itu menjadi tidak terasa. Karena, Yesus sendiri mengatakan: ‘Kuk yang ku pasang adalah enak’. Dan Yesus mengatakan bahwa saya harus bisa mengikuti ajaran-Nya yaitu punya hati yang lemah lembut dan mau rendah hati. Tanpa pertolongan Tuhan saya tidak bisa berbuat apa apa. Apalagi di saat pandemi ini, sebagai orang tua harus sering mengingatkan anak untuk ikuti protokol kesehatan. Tetapi mereka terkadang lupa karena sibuk dengan usahanya. Saya hanya bisa datang pada Tuhan, bersabar dan berharap. Percaya Tuhan Yesus takkan meninggalkan kami. Yesus selalu memikirkan kami mencari jalan keluar untuk Keselamatan kami. Beginilah kuk yang ada pada pundak saya dengan secara tidak sadar tidak terasa berat . Tuhan Yesus, Engkau baik, sangat baik dan teramat baik bagiku. Kau hiasi kehidupanku dengan kemurahanMu, sehingga semuanya dapat saya jalani.Roh Kudus pimpinlah saya sepanjang hidupku.
- Sharing iman Bpk Frenky (Paroki Alam Sutra Serpong)
… Memasuki pandemi bulan ke 10, rasanya mengandalkan diri sendiri sudah tidak mampu. Bagaimana rutinitas biaya berjalan terus sementara pendapatan hampir tidak ada sehingga menguras isi tabungan dengan kapasitas yang semakin menipis. Sementara kekuatiran semakin tinggi karena semakin melonjaknya virus di sekitar tempat tinggalku membuat semangat juang semakin menurun dan harapan semakin kendor. Injil hari ini mengingatkan saya bahwa di dalam kelemah-lembutan ada ketenangan, di dalam kerendahan hati ada rasa syukur. Bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk bernafas dan terhindar dari covid merupakan alasan mendasar untuk percaya pada pendampingan Tuhan padaku, dengan segala keterbatasan saya masih bisa melanjutkan hidup yang wajar, sementara masih banyak yang lain yang mengalami kesulitan yang berat. Hal ini mendorong saya untuk belajar berbagi. Belajar pada kemanusiaan Yesus yang dalam sengsara di dunia selalu mengandalkan Allah dan tetap bersikap lemah lembut dan murah hati. Bahkan sampai akhir hidup-Nya. Rasa was was, marah dan kuatir harus saya buang supaya sukacita Tuhan menetap di hatiku. Dan dalam segala keterbatasn belajar untuk mengucap syukur dalam kondisi apapun. Bapa Yang Mahakuasa, Engkau pemilik kehidupan ku, terima kasih Bapa, melalui Yesus saya mengenal kasih dan perlindungan Mu, shg saya semakin mengenal Engkau melalui teladan Yesus juga dlm sengsara dan kesetiaan Nya. Amin.
- Sharing iman Ibu Erni Setiawati Atmodjo (Paroki St. Bernadeth Ciledug)
….Bercermin pada Yesus, saya belajar untuk menjalani hidup dengan sepenuh hati dan apa adanya. Kuncinya ada pada kerendahan hati dan penyerahan diri kepada Tuhan karena Dia sumber sukacita dan ketenangan saya. Tentu dalam menjalani hidup pasti ada kesulitan dan tantangan, tetapi bila saya selalu mau datang mendekat dan menyerahkan seluruh pergumulan hidup saya padaNya, saya harus percaya bahwa beban saya yang berat akan terasa ringan. Sebab Allah saya adalah Allah yang hebat! Ia penuh daya, Allah yang kekal, lemah lembut dan rendah hati. Ia memiliki segala solusi terbaik untuk semua masalah kehidupan saya dan dalam tuntunanNya, saya pasti mendapat ketenangan dan pasti hidup saya pun akan diliputi kegembiraan. Allah Bapa di surga berilah saya kerendahan hati dan mau selalu menyerahkan segala persoalan hidup saya hanya kepada Engkau, krn di dalam Engkau selalu ada pengharapan
- Sharing iman Ibu Klara Yanti (Paroki St. Matias Rasul Kosambi Baru Jkt)
Sebagai anak Tuhan, ajaran tentang keimanan rasanya banyak dipelajari, apalagi dalam masa pandemic ini. Banyak pelajaran keimanan yang kuikuti melalui daring, namun sepertinya bagai angin lalu saja pelajaran yang kuterima. Ketika putriku sakit menjelang pernikahannya rasanya sudah seperti hilang rasa kepercayaanku pada Tuhan. Setiap hari ditimpa rasa ketakutan dan kekuatiran akan penyakit anakku. Dan saat itu yang kuingat harus mencari dokter yang terkenal dan terpopuler agar bisa menyembuhkan penyakit anakku.
Setiap putriku kumat, aku hanya menangis, ketakutan rasanya ingin menggantikan sakit anakku dipindahkan ke aku saja. Ketika menjelang malam pernikahan, aku seperti diingatkan ada suara yang mengatakan Marilah kepada-Ku yang letih lesu dan berbeban lelah. Saat itu aku terhentak sadar bahwa aku selama ini hanya menyandarkan diri pada kekuatan dokter semata bukan pada Tuhan, TABIB yang bisa menyembuhkan segala macam sakit penyakit. Aku menangis, memohon ampun atas kekhilafanku dan memohon kesembuhan bagi putriku tercinta.
Luar biasa ketika aku berdoa dan mengangkat pujian nyanyian penyembahan. Dan saat itu baru aku yakin dan percaya bahwa dengan doa seorang ibu melalui kuasa Roh Kudus pasti akan didengarkan dan disembuhkan. Puji Tuhan sampai hari ini putriku sudah sembuh dan sekarang waktunya aku mendampingi untuk menguatkan rohaninya agar selalu berserah dan percaya pada Tuhan Sang Juru Selamat. Terima kasih Tuhan akan penyertaanMu di dalam kehidupanku. Begitu luar biasa besar kuasaMU sebagai Juru Selamatku. Mohon selalu bimbingan dan Rahmat perlindunganMu selalu di dalam hidupku dan keluargaku…. Amin
- Sharing iman Ibu Agnes S. Y (Paroki St. Yoseph Matraman Jkt).
…Waktu saya masih muda saya selalu emosional, namun sekarang saya sudah lansia dan sudah mengenal Tuhan Yesus Kristus yang membuat saya lebih dekat dengan diri-Nya. Saya lebih banyak membaca firman Allah dan sering mendengarkan homili dari Romo yang membuat hati dan jiwa saya tenang. Rasanya kalau satu jam saja tidak dengar homili atau tidak baca firman Allah saya merasa ada yang kurang di hati saya saya senang membaca firman Allah dan sering memuji muji Tuhan Yesus Kristus setiap saat.
- Refleksi Bpk Benny Sudrajat (Paroki St. Yakobus Kelapa Gading Jkt)
Dalam masa covid ini hidup semakin terasa berat baik dari segi mental maupun materi. Apa yang menjadikan hidup ini terasa berat? Yang utama biasanya kekuatiran. Kuatir masa depan yang tidak pasti, kuatir masalah keuangan, kesehatan dlsb. Sabda Yesus hari ini mengajak kita datang kepada-Nya, memikul kuk yang dikenakan-Nya. Pada kita ada kuk yang dipasang oleh-Nya yang harus kita pikul: kita harus ikut ke mana yang Tuhan arahkan karena kita tidak hidup lagi dalam kedagingan namun dalam Roh, kita harus belajar menjadi rendah hati. Dengan demikian kita dapat menikmati hidup dalam berbagai situasi, karena Tuhan menyertai kita selalu. Hati kita akan menjadi tenang, beban hidup kita terasa ringan. Percayalah ketaatan kepada Yesus akan membawa kita pada keselamatan. Mazmur 103 menguatkan kita dalam hal ini : "Pujilah Tuhan hai jiwaku, janganlah lupa akan segala kebaikan-Nya!" Tuhan memberkati.
- Sharing iman Ibu Suzy (Paroki St. Lukas Sunter Jkt)
Dulu saya pernah mengalami situasi yang benar-benar letih dan lesu. Tidak punya semangat. Jalannya loyo, mukanya muram. Padahal saya itu termasuk orang yang ceria dan energik. Ketika suami tiba-tiba berhenti dari pekerjaannya yang mapan karena berselisih faham dengan bossnya soal prinsip. Boss berkata kepada suami bahwa ia ingin memberikan ruangan yang dipakai suami kepada menantu yang baru menikahi anaknya. Padahal, sejak awal masuk perusahaan itu, suami sudah buat perjanjian bahwa dia tidak mau nanti anak, menantu, istri, saudara ikut campur dalam bisnis tersebut (Family system). Maka ketika bos mengatakan menantu mau masuk dalam perusahaan itu dan ruangan suami mau diberikan kepada menantu, suami tidak suka dan marah.
Memutuskan berhenti tanpa pikir panjang bahwa sudah punya keluarga yang harus diberi makan. Singkat kata, ekonomi keluarga menjadi kacau. Karena, saat mapan itu saya sedang mencicil sebidang tanah. Sehingga terjadi defisit setiap bulan. Tabungan makin lama makin menipis karena lebih banyak pasak daripada tiang. Maka letih lesulah saya, rasanya bebannya berat banget. Loyoooo... Setiap hari tanpa mengeluh suami, karena saya pikir harus tetap memberikan semangat padanya (tetap memikul kuk). Saya berdoa memohon pertolongan pada Tuhan. Bercakap-cakap layaknya sahabat. Sampai suatu hari datang tawaran pekerjaan dari perusahaan lama. Suami dicari oleh CEO perusahaan itu. Dan akhirnya suami masuk dan bekerja lagi di perusahaan itu dengan gaji berlipat ganda. Saat itu saya sungguh merasakan betapa baiknya Tuhan. Dia memberikan kelegaan dan ketenangan. Pertanyaannya : Apakah saya juga dapat memberikan kelegaan n memberi semangat kepada orang lain ketika mereka letih lesu n berbeban berat? Tuhan, Engkaulah andalanku. Ketika aku letih lesu dan berbeban berat, Engkau memberikan kekuatan dan kelegaan padaku. Terima kasih Tuhan. Tuhan, semoga akupun bisa mengikuti teladan-Mu yaitu dapat memberikan kelegaan kepada orang yang sdg letih lesu dan berbeban berat. Amin.
Apa pesan refleksi dan sharing-sharing iman yang ditampilkan di UBS ini bagi saya?
Selamat merenung, Tuhan memberkati kita semua.
Oleh P. John Masneno, SVD (Pengurus Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)