Sahabat-sahabat Tuhan ytk!
Salam jumpa lagi melalui Ulasan Biblis Spiritual (UBS) di akhir pekan IV bulan Agustus 2020 ini. Melanjutkan budaya bersyukur melalui UBS ini, kita diajak di awal pertemuan berhikmah ini untuk mensyukuri segala rahmat dan berkat Tuhan yang telah kita terima sepanjang pekan ini. (hening sejenak mengenang dan syukuri peristiwa atau hal-hal mengesankan yang dialami di pekan ini).
Sesuai judul di atas, UBS ini menampilkan 7 Hikmah Kehidupan yang bisa kita renungkan. Silahkan membaca dan merenungkan semuanya atau bisa juga memilih topik yang dirasa cocok untuk dijadikan bahan permenungan pribadi di akhir pekan ini karena berkaitan dengan situasi yang sedang dialami atau karena mengesankan bathin untuk direnungkan.
- Belajar dari Spiritualitas Bunda Maria
Permenungan tentang Spiritualitas Bunda Maria di UBS ini bertolak dari Hari Raya Maria Diangkat ke Surga pada 15 Agustus yang tahun ini pada umumnya dirayakan pada hari Minggu 16 Agustus. Sabda Tuhan pada hari raya ini mengingatkan kita bahwa Yesus Kristus merupakan kepenuhan janji keselamatan Allah dan buah sulung kebangkitan. Dan janji Tuhan ini terpenuhi berkat kesediaan Bunda Maria menerima tawaran kasih Tuhan menjadi Ibu Tuhan.
Kesediaan/Fiat Bunda Maria ini bukan hanya kata-kata saja tetapi dibuktikan melalui kesetiaannya mendampingi Yesus dan para murid-Nya hingga terangkat ke Surga. Karena itu beberapa hal berkaitan dengan spiritualitas Bunda Maria dibeberkan di sini sebagai bahan inspirasi yang bisa kita dalami dan teladani dalam hidup kita karena mengajar kita bagaimana menjadi Hamba Tuhan:
- Semangat kerendahan hati dan keterbukaan menerima tawaran kasih Tuhan serta ketaatan pada kehendak Allah. Inilah teladan Bunda Maria yang patut kita upayakan dari waktu ke waktu karena dengan sikap rendah hati, taat dan terbuka pada Tuhan, kita mau bekerja sama dengan Tuhan mewujudkan rencana Ilahi-Nya dalam dunia kehidupan konkret sesuai jalan hidup dan tugas kita.
- Semangat mau berbagi rahmat suka cita kepada Allah. Inilah salah satu ciri hidup seorang hamba Tuhan yakni adanya kesediaan berbagi rahmat dan suka cita Tuhan kepada sesama sehingga mereka pun seperti Santa Elisabeth turut bergembira karena rahmat dan berkat sukacita yang diteruskan kepada mereka.
- Semangat tekun setia dalam suka dan duka hingga akhir hayat. Inilah spiritualitas Bunda Maria yang patut kita kembangkan di mana kita tekun setia menunaikan tugas dan peran kita dalam segala situasi hingga akhir hayat.
Upaya kita mengikuti Tuhan tentu saja tak sesempurna Bunda Maria, namun kerendahan hati, ketaatan, keterbukaan pada bimbingan Tuhan serta tekun setia kita mengikuti Tuhan dalam situasi senang maupun sulit akan menghantar kita turut mengambil kebahagiaan yang telah disiapkan Allah bagi kita.
- Menjadi 100% Warga Negara dan 100% Warga Kerajaan Allah
Sabda Tuhan yang diperdengarkan kepada kita pada Hari Kemerdakaan RI menginpirasi kita untuk menyadari bahwa baik lembaga Negara maupun lembaga Keagamaan merupakan dua komponen yang tak terpisahkan satu sama lain. Alasannya karena kedua mengarahkan warga dan umatnya mengupayakan suatu kesejahteraan dan kebahagiaan bersama. Putra Sirakh 10: 4-5 mengingatkan kita akan dua relasi erat Negara (kerjaan dunia) dan Agama (kerajaan Allah): Di dalam tangan Tuhan terletak kuasa atas bumi, dan pada waktunya Ia mengangkat orang yang serasi atasnya. Di dalam tangan Tuhanlah terletak kemujuran seorang manusia, dan kepada para pejabat dikaruniakan oleh-Nya martabatnya.
Senada ajakkan tersebut, Santu Petrus menghimbau kita supaya hidup sebagai orang merdeka yang baik, menaruh respek dan dukungan pada semua pihak yang mengupayakan kesejahteraan umum: Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja (1 Petrus 2:16-17). Dan Yesus memberikan nasihat bernas bagi kita bagaimana menjadi 100% Warga Negara dan 100% Umat Beragama: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." (Matius: 22:21). Dalam bentuk apa kontribusi saya untuk kedua wadah yang sama-sama penting ini?
- Jadikan Tuhan Sebagai Pusat dan Tujuan Hidup serta Karier
Kisah Si Pemuda yang ditampilkan di Injil hari Senin dan Selasa mengajak kita merenungkan hidup kita berdasarkan fakta yang terjadi dalam hidup kita: apakah Tuhan masih menjadi pusat hidup dan karier saya, atau hal-hal duniawi seperti si pemuda itu yang lupa diri karena hatinya terpaut harta dunia.
Marck Zuckerberg merupakan salah satu tokoh muda pada masa sekarang yang bisa dijadikan teladan bagaimana menempatkan diri terhadap harta duniawi yakni. Pencipta Facebook bersama istrinya, Priscilla Chan, menjadi yang kini menjadi triliuner muda. Menurut data 7 Agustus 2020 kekayaannya mencapai 1.466 triliun namun hidupnya terkesan sederhana dan biasa-biasa saja. Apa yang membuat dia seperti itu? Karena dia berorientasi pada bagaimana menggunakan kemampuan IT-nya bukan untuk mengumpulkan harta melainkan untuk kepentingan banyak orang. Dia sendiri memiliki Yayasan Sosial untuk karya-karya karitatif bernama The Chan Zuckerberg Initiative (CZI). Mereka tak tanggung-tanggung mengalokasikan 99% penghasilan mereka dari Facebook untuk kepentingan wadah karitatip ini. Tak mengherankan lembaga ini dinobatkan sebagai lembaga karitatif dengan dana terbesar sepanjang sejarah yang pemiliknya adalah seorang pasutri muda belia. Di sini menjadi contoh nyata juga bahwa faktor apa yang menjadi tujuan hidup dan karier punya daya mengarahkan hidup dan karier kita.
Di Refleksi Biblis saya pada di Website Karya Kepausan Indonesia pada hari Selasa 18 Agustus lalu ditampilkan resiko-resiko Allah tidak lagi menjadi pusat dan tujuan hidup kita:
- kita bisa seperti Raja Tirus yang menyombongkan diri dan malah mengklaim dirinya Allah.
- Kita bisa juga seperti si pemuda kaya yang menghayati nilai-nilai luhur namun karena harta dunia memenjarakan hatinya karena itulah yang pusat dan tujuan hidup dan kariernya.
- Kita bisa seperti para murid yang ragu dan enggan melanjutkan perjalanan mereka bersama Tuhan karena merasa tidak mendapatkan jaminan dan kepastian masa depan mereka.
Di refleksi tersebut ditampilkan juga semangat hidup 3G Santa Helena yang memberikan kesaksian terbalik dari tokoh-kokoh yang disebutkan di atas. Meskipun Helena dan keluarganya penguasa Romawi seperti Raja Tirus (Glory) dan kaya raya seperti si pemuda di Injil (Gold) namun mereka mengarahkan semuanya itu untuk kemuliaan Tuhan dan penyebaran Kerajaan Allah di dunia (Gospel). Keluhuran hidupnya membuat dia menjadi orang kudus dan dengan demikian menjawab keraguan para murid Tuhan yang ragu akan jaminan hidup abadi sebagai pengikut Tuhan. Bagaimana dengan hidup dan karier saya: arahnya ke mana (self-wordly center atau God’s center)?
- Universalitas keselamatan Tuhan bagi manusia
Perumpamaan Yesus di Injil hari Rabu, 19 Agustus tentang upah bagi para pekerja memberikan satu pencerahan tersendiri bagi kita. Memang dilihat dari segi keadilan, ada kesan terjadi ketidakadilan di sana karena upah orang yang bekerja berjam-jam disamakan dengan orang yang bekerja hanya sejam. Namun yang Yesus maksudkan adalah kebaikan hati Allah yang diperuntukan bagi siapa saja yang menaruh respons pada tawaran kasih-Nya. Siapa saja yang memberikan respons pada tawaran kasih Tuhan dengan mengambil bagian dalam karya keselamatan akan memperoleh apa yang setiap orang dambaan dalam hidupnya yakni keselamatan dan kebahagiaan.
Bila pesan Injil ini dihubungkan dengan bacaan I hari tersebut, tampak jelas letak perbedaan antara penggembalaan Tuhan dan penggembalaan manusia. Penggembalaan Tuhan sudah pasti menuntun setiap domba penggembalaan-Nya menikmati kesejahteraan hidupnya. Tetapi hal tersebut tak selamanya terjadi dalam penggembalaan manusia. Penggembalaan manusia memang ada yang baik sekali seperti penggembalaan Tuhan dengan mengupayakan kesejahteraan domba-domba-Nya, namun ada juga yang kadang seperti yang digambarkan nabi Yehezkiel di mana mereka lebih suka menggemukkan dirinya dan mengabaikan kesejahteraan domba-dombanya. Maka Mazmur 23 dipilih sebagai respons bacaan I hari itu agar kita mengikuti dan mencontohi penggembalaan Tuhan dalam setiap tugas penggembalaan yang dipercayakan kepada kita dalam konteks dan level apa saja. Dalam bentuk apa saya mengambil bagian upaya mensejahterakan hidup sesama?
- Tuhan Senantiasa Memberikan Harapan bagi Umat-Nya
Gaung Bacaan Suci di beberapa hari terakhir di pekan ini begitu kuat menampilkan aspek harapan yang dijanjikan Tuhan bagi setiap orang, khususnya yang sedang mengalami kekelaman dalam hidupnya: Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya. (Yehezkiel 36:16-17)
Allah selalu berbelaskasih pada umat-Nya dan password untuk bisa terkoneksi dengan tawaran kasih Tuhan ini, sekali lagi, terletak faktor respons manusia pada undangan Tuhan. Karena dengan adanya resposn pada undangan Tuhan, berarti kita pun akan mempersiapkan diri untuk turut mengambil bagian dalam perjamuan kebagiaan dengan pakaian yang layak. Mengenakan pakaian yang pantas di sini berarti turut mengambil bagian secara aktif dalam karya misi Allah (Matius 25). Dengan kata lain, orang yang berpartisipasi aktif dalam karya keselamatan berarti dia sudah mempersiapkan diri (berpakaian pesta) untuk perjamuan kebahagiaan akhir nanti.
- Kasih sejati senantiasa terarah ke Tuhan dan sesama.
Ajaran Yesus di Injil hari Jumat kemarin tentang kasih 2 arah kepada Tuhan dan sesama merupakan benang merah yang merangkum, menyatukan dan menyempurnakan seluruh niat dan segala daya upaya untuk hidup dalam kasih bahagia bersama Tuhan dan sesama. Dan cinta demikian mesti melibatkan seluruh komponen penting dalam diri yakni hati, jiwa dan budi yang merupakan motor penggerak dalam diri manusia.
Ketika Allah, sumber kasih dicintai dengan tulus hati, dengan segenap jiwa dan budi maka kitapun terdorong secara alamiah untuk mencintai sesama pula. Sebagaimana kasih Allah senantiasa terpancar keluar menuju ciptaan-Nya, demikian pula relasi cinta dengan Tuhan yang genuin dan benar mestinya menumbuhkan semangat untuk mencintai sesama pula sebagaimana kita mencintai diri sendiri. Alasannya karena sesama juga adalah manusia, ciptaan Tuhan dan anak Tuhan seperti diriku juga maka kalau benar saya mencintai Allah semestinya saya juga mencintai sesama juga. Apa bentuk nyata uapaya saya menghidupkan cinta 2 arah (kepada Tuhan dan sesama)?
- Aksi nyata adalah segalanya
Di Injil hari Sabtu ini Yesus meminta para pengikut-Nya berupaya mewujudkan nilai-nilai hidup dan kebenaran sejati dalam aksi nyata. Yesus dengan terbuka mengajak para pengikut-Nya untuk tidak menuruti ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang hanya pandai berkata namun tidak mewujudkan ajaran mereka itu. Menurut Yesus, mereka hanya meletakkan beban di pundak orang tetapi tak menyentuhnya karena tujuan mereka sekedar mau mencari ketenaran dan penghormatan dari mata publik. Ketegasan Yesus ini mau mengingatkan kita untuk mewujudkan visi misi, nilai-nilai Kerajaan Allah dan kebenarannya dalam aksi nyata sehingga berdayaguna bagi orang lain.
Action speaks louder than words (gaung aksi nyata-karya konkret jauh melampaui kekuatan kata-kata). Visi misi mulia apapun tanpa upaya mewujudkannya akan tetap menjadi ide-ide. Demikian rencana sebaik apapun tanpa upaya mewujudkannya akan tetap bertengger dalam dunia ide-ide. Inilah salah satu alasan mengapa banyak orang berguru pada Yesus karena Dia mampu menyatukan secara apik antara kata dan tindakan nyata sehingga banyak orang percaya pada-Nya dan mengikuti-Nya.
Mari kita berupaya mewujudkan Sabda Tuhan yang telah kita renungkan ini sehingga kita pun turut mewujudkan misi keselamatan kepada sesama melalui aksi nyata baik dalam diri kita sendiri, keluarga, komunitas, lembaga maupun dalam kehidupan bersama di lingkungan sosial masyarakat tempat kita berada.
Selamat merenung, Tuhan memberkati kita sekalian.
Oleh P John Masneno, SVD, (Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)