Renungan

Sunday, 08 April 2018 13:20

Upah Kerajaan Allah

Written by Mgr Dominikus Saku

DUNIA terus saja terusik dengan masalah lapangan kerja. Ada pengangguran cukup masif di berbagai belahan dunia. Akibatnya berbagai upaya peningkatan kesejahteraan hidup umat manusia belum membuahkan hasil sesuai harapan. Benar, tanpa lapangan kerja yang memadai dengan sistem penggajian atau upah yang adil, manusia menghadapi ancaman nyata dan serius untuk terbebas dari kondisi kehidupan yang sulit. Bahkan orang-orang dengan sederet ijazah kesarjanaan dari berbagai lembaga pendidikan ternama pun mengalami kendala di pasar lapangan kerja. Ijazah yang diberikan kepada mereka rasanya tidak lebih dari secarik kertas yang tidak banyak membantu, sia-sia. Persoalan menjadi lebih pelik di kalangan angkatan kerja kurang terdidik dan kurang terampil. Dunia kapitalistik yang menggunakan indikator materialistik dan kalkulasi matematis  mengukur kinerja kehidupan manusia, menjadikan mereka sebagai golongan terbuang yang makin terdepak ke pinggiran kehidupan.

Pengangguran masif yang melanda ratusan bahkan ribuan juta umat manusia sungguh mencemaskan, karena terkait langsung dengan perwujudan hidup yang penuh makna, hidup yang sempurna dan berkelimpahan di dalam Allah. Banyak pengangguran menjerit dan merintih di kedalaman hatinya, karena dirinya terasa tercabik dan tercampak seperti onggokan sampah tanpa makna.

Apakah Tuhan berdiam diri saja dan tidak menghiraukan rintihan terdalam hidup manusia? Ternyata Tuhan itu perancang dan organisator mahapiawai atas kehidupan yang sempurna dan utuh. Para pengangguran yang kelihatan santai tetapi sebetulnya digerogoti rasa cemas dalam hati, dipanggil dan diundang-Nya untuk masuk dan bekerja di kebun anggur-Nya. Tidak peduli dengan jam kerja standar yang diberlakukan para konglomerat dan pembesar dunia secara kasar, menindas dan umumnya tidak berkeadilan, Tuhan justru memperlakukan dan membayar semua pekerja dengan upah yang sama. Ukurannya bukan berapa yang harus dikerjakan dan dihasilkan, yang diimbali dengan berapa yang harus dibayar, tetapi apa yang paling pantas untuk menunjang kehidupan yang paling layak bagi setiap orang. Inilah makna “upah Kerajaan Allah” yang berlandaskan kasih dan kemurahan hati.

Kerajaan Allah yang intinya adalah panggilan dan undangan cinta kasih Allah bagi manusia untuk masuk dalam hidup yang membahagiakan, berarti pula pemberian kesempatan bagi setiap orang dari segala zaman dan segala penjuru dunia untuk menikmati kasih dan kebaikan Allah dalam hidup, di setiap detik kehidupan. Selalu ada yang terdahulu dan ada yang kemudian. Tetapi, semua orang diperlakukan Allah dengan cinta, perhatian, dan kebaikan yang sama. Demi keselamatan manusia, Allah tidak pilih kasih dan tidak mengenal preferensi. Dia berkehendak agar semua orang diselamatkan tanpa ada yang tercecer, terbuang, dan terjerumus dalam kebinasaan.

Kerajaan Allah bukan soal makanan, minuman, dan soal upah-mengupah dengan aturan formal-legal tetapi soal kebenaran, damai-sejahtera, sukacita, dan ikatan kasih dalam Roh Kudus. St Paulus dengan tegas, lantang, dan bangga berkata: “Upahku ialah aku boleh bekerja tanpa upah.” Tuhan Yesus pun berkata: “Janganlah kamu bersukacita karena iblis jatuh dari langit dan takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah terutama karena namamu tercatat dalam kerajaan surga.”

Dunia seringkali tidak mengalami keadilan dan sukacita sejati karena terbelenggu dalam pemahaman yang semata-mata materialistis bermotifkan segala perhitungan duniawi. Tuhan mengajak kita untuk sadar bahwa cinta kasih dan kemurahan hati-Nya jauh lebih agung dari setiap sukses dan prestasi yang mungkin kita ukir dalam kehidupan ini.

Kita tidak selamat karena jasa dan keberhasilan kita yang sering dibayang-bayangi kalkulasi materialistis dan ekonomi kapitalistis. Tuhan menyelamatkan kita, membayar upah “pekerjaan” kita karena Ia sungguh Mahabaik, Mahapengasih dan Mahamurah. Setiap disposisi iman kita, betapapun kecil dan serba kurang, selalu dihargai-Nya secara berlimpah-limpah. Upah yang dibayarnya selalu satu dinar, yaitu kelimpahan hidup yang cukup selama hidup di dunia ini dan sukacita kekal yang akan langgeng dalam kehidupan abadi kelak.

Tuhan memanggil kita untuk bertobat dan berkebajikan dalam tugas hidup dan pelayanan kita setiap hari. Semoga kita makin sadar untuk masuk dan berkarya di kebun anggur Tuhan sebelum terlambat. Niscaya kitapun akan menerima upah besar di dalam Kerajaan-Nya yaitu sukacita sejati dan kehidupan kekal di surga.

Mgr Dominikus Saku

Last modified on Friday, 13 April 2018 10:48

Kegiatan Terbaru

...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohan...

25 October 2023
...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5)

Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...

PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

19 October 2022
PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...

BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

18 October 2022
BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...

BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTE...

16 October 2022
BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTER SAN

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

14 October 2022
BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

Tentang Kami

Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya

Berita Terbaru

©2025 Sumur Yakub - Pusat Spiritualitas. All Rights Reserved.

Search