Bacaan: Yeh. 47 : 1-2.8-9. ; Mzr. 46 ; 1Kor. 3 : 9b -11.16 – 17; Yohanes 2 : 13 – 22
(Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran)
Sahabat – sahabat pencinta Sang Sabda yang terkasih. Selamat jumpa lagi di Senin II November 2020 ini. Berkenaan dengan Pesta Pemberkatan Basilika Lateran, kita diajak merenungkan hikmah di balik pesta ini. Sabda Tuhan hari ini juga membantu kita memahami pesan pesta hari ini dalam konteks hidup kita.
Terinspirasi oleh pesta liturgi dan bacaan-bacaan suci hari ini, saya mau memulai renungan ini dengan menceritakan pengalaman nyata yang saya alami pada awal tugas saya sebagai seorang biarawati dan Misionaris Abdi Roh Kudus di Kalimantan. Pada tahun 2019 saya diutus untuk misi Kalimantan. Dengan berbagai macam perasaan yang muncul pada saat itu. Ada perasaan senang, gembira dan juga perasaan takut dan cemas akibat terpengaruh informasi-informasi seputar Bumi Borneo.
Ketika tiba di Kalimantan, saya ditugaskan di Komunitas Roh Kudus Nanga Bulik, kecamatan Bulik, Kab. Lamandau-Kal-Teng. Medan pastoral sangat luas dan transporatasi di wilayah ini lebih banyak dijangkau dengan transportasi sungai. Saya mengalami stress pada awal tourne karena faktor situasi hidup orang di sini terutama pengaruh besar sungai dalam kehidupan mereka. Benar bahwa awalnya saya alami semacam shock-culture, namun justru karena pengalaman inilah yang memulai suatu proses transformasi diri sebagai sebagai seorang misionaris di tempat ini. Sebuah proses untuk menerima dan mencintai apa yang disediakan oleh Tuhan bagi saya karena air yang dipakai untuk kebutuhan harian, baik untuk mandi dan minum, semua diambil dari sungai. Warna dan kondisi air sungai yang sebenarnya dari segi kesehatan tidak pantas untuk dijadikan sebagai sumber air minum, mandi, cuci, dll.
Namun melihat pancaran wajah-wajah gembira warga setempat, yang terkesan begitu menikmati hidup dan tidak mengeluh, membangkitkan semangat dalam diri saya dan menikmati serta mensyukuri apa yang ada. Saya terus menantang diri saya sendiri: orang Dayak saja bisa bertahan hidup dengan mengkonsumsi air sungai seperti ini, mengapa saya tidak bisa? Pertanyaan reflektif ini juga memotivasi saya untuk terus bersemangat dalam menjalankan misi Tuhan di tanah Borneo.
Inilah pengalaman nyata yang membuat saya begitu tersentuh dengan bacaan I hari ini dari Nubuat Yehezkiel 47 tentang aliran sungai dari Bait Allah yang menghidupkan semua wilayah yang dilewati aliran air dari Bait Allah itu. Bacaan ini menghantar saya menghubungkannya dengan pengalaman saya di atas. Saya menyadari transformasi yang ada dalam diri semata-mata berasal dari Yesus, yang adalah Air Sungai yang menghidupkan. Sungai membawa kehidupan dan membersihkan kami semua: diri saya sebagai misionaris, saudari-saudara suku Dayak dan semua umat Allah di tempat ini. Suatu Mukjizat yang luar biasa. Dari dan melalui sungai mereka bisa mendapatkan hal-hal yang mereka butuhkan untuk hidup: air dan ikan serta uang serta segala kebutuhan lainnya.
Pengalaman hidup dari Sungai bersama saudara/I di tempat ini menumbuh suatu keyakinan tersendiri dalam diriku tentang Yesus sebagai Sungai yang mengalirkan rahmat kehidupan bagi manusia. Sungai rahmat yang digambarkan Nabi Yehezkiel menggambarkan juga siapa Yesus, Sungai Rahmat Allah yang mengalir dalam hidup kita dan mendatang berkat kehidupan bagi kita. Mukjizat kehidupan baru dari Sungai Kasih dan Kuasa Yesus terjadi ‘kemana saja Sungai itu mengalir’. Kunci dari semua mukjizat ini adalah “Air dari tempat Kudus itu“ yakni dari Tuhan sendiri. Dan kita pun bisa mendapatkan rahmat mujisat air kehidupan dari Tuhan ini bila kita sungguh percaya kepada Tuhan. Yesus berseru “Barangsiapa percaya kepada-Ku, dari dalam hatinya akan mengalir aliran – aliran air hidup“ (Yohanes 7:38).
Tentunya pesan Sabda Tuhan ini dan makna Yesus sebagai Sungai Rahmat Allah, bukan hanya diperuntukan bagi kami saja di Kalimantan, tetapi untuk kita semua. Sebab kita semua yang dibaptis oleh Roh dan Air telah bersatu dengan Yesus yang adalah Bait Allah maka kitapun adalah Bait Allah itu sendiri. Kita disatukan dalam Sakremen Ekaristi, kita menyambut Tubuh dan Darah Kristus dengan demikian Yesus bertahkta dalam tabernakel hati kita. Untuk itu kita memohon mukjizat Sungai yang menghidupkan untuk membantu kita agar mampu menjaga hati kita dari berbagai keromolan dunia yang mengotori Bait Allah dalam diri kita dan bahkan bisa membinasakan kita.
Jadilah air sungai kehidupan dan keselamatan bagi sesama yang sangat membutuhkan, sebagaimana yang sudah ditunjukkan Yesus, bahwa Ia turun dari ketinggian datang menemui kita di lembah kegelapan. Ia datang membawa terang dan kehidupan baru. Tuhan pasti memberkati kita. Amin
Oleh Sr. Magdalena, SSpS (Suster Misionaris Abdi Roh Kudus berkarya di Pronvisi SSpS Kalimantan)