Friday, 12 June 2020 20:48

TIGA PESAN BIJAK SABDA TUHAN SEPANJANG PEKAN BIASA X

Written by P. John Masneno, SVD
TIGA PESAN BIJAK SABDA TUHAN SEPANJANG PEKAN BIASA X dok. Sumur Yakub

Sahabat-sahabat Tuhan ytk!

Selamat berjumpa kembali melalui Ulasan Biblis Spiritual (UBS) Akhir Pekan Biasa X. Sepanjang pekan ini kita telah membaca dan merenungkan dua teks utama Sabda Tuhan dari 1 Raja-Raja 11-19 dan Matius 5. Ada banyak pesan yang telah kita dapatkan dari permenungan kita atas Sabda Tuhan sepanjang pekan ini. Kita diajak melalui UBS meluangkan beberapa menit dari 10.080 menit yang sudah dianugrahkan Tuhan bagi kita di pekan ini guna merenungkan tiga pesan bernas yang perlu kita perhatikan. Dan mengingat para pembaca UBS ini dari berbagai kalangan baik Kristen maupun non Kristen maka UBS ini diupayakan mempresentasikan pesan-pesan umum yang bisa ‘dikonsumsi’ oleh siapa saja tanpa kecuali. Ketiga pesan bernas yang kita dalami yakni:

  1. Allah Yang Mahakuasa mesti menjadi sumber dan tujuan hidup serta karier-pengabdian manusia

‘Gaung’ pesan tentang hal ini cukup kuat ditampilkan dalam teks-teks Biblis sepanjang pekan ini disertai contoh-contoh konkret tentang situasi orang yang menerapkannya dan yang menolak menerapkannya. Kisah perjuangan Nabi Elia, Hamba Tuhan melawan Ahab dan nabi-nabi Baal menjadi satu kisah bijak yang patut kita refleksikan pesannya. Bermula dari kelalaian Raja Ahab yang lebih mengikuti kemauan istrinya Ezebel, orang Sidon itu, untuk menyembah Dewa Baal, akhirnya orang Israel mengkhianati Yahwe, dan mengikuti Ahab menyembah Baal. Lebih tragis lagi, Ahab tega membunuh 450 Nabi Tuhan lantaran mereka menolak menyembah dewa Baal.

Namun Allah sumber kebenaran dan kebahagiaan sejati tidak membiarkan umatNya disesatkan oleh raja yang lebih suka mengikuti keinginan hatinya. Melalui Nabi Elia, Allah menunjukkan kemahakuasaan-Nya. Peristiwa turun apinya membakar hangus semua korban bakaran di Karmel pada saat para nabi Baal ‘beradu’ kebenaran iman dengan Nabi Elia, menjadi buktinya nyata bahwa Allah yang disembah Elia adalah Allah yang benar dan mahakuasa. Dialah yang patut disembah.

Pertanyaan untuk kita renungkan di sini adalah adakah ‘Baal baru’ yang disembah, disanjung-sanjungkan dan membuat manusia melupakan Allah sebagai penjamin hidup sejati. Apakah Covid-19 menjadi suatu pengingat bagi manusia zaman ini yang tampaknya terlalu mendewakan materi, pengetahuannya, kemampuannya, iptek yang diciptakannya, dan cenderung mengurangi, mengesampingkan bahkan mengabaikan keterlibatan Allah dalam hidupnya? Hal ini perlu direflesikan karena efek lanjutnya ‘pendewaan Baal kemampuan dan keinginan manusia’ yakni munculnya egosentrisme dan groupisme yang memicu persaingan tidak sehat, perselisihan dan perpecahan serta kelalaian memperhatikan hal-hal yang seharusnya menjadi titik perhatian manusia.

Paus Fransiskus yang sangat memperhatikan situasi dunia rupanya ‘menangkap’ keresahan dunia saat ini karena faftor-faktor di atas. Sebab itu, dalam pesan Paskah baru-baru beliau mengajak kita agar Paskah di masa Covid ini menjadi momentum kita menata hidup kita sebagaimana mestinya:

Dear Brothers and sisters, indifference, self-centeredness, division, and forgetfulness are not words we want to hear at this time. We want to ban these words forever! They seem to prevail fear and death overwhelm us, that is, when we do not let the Lord Jesus triumph in our hearts and lives. May Christ, who has already defeated death and opened for us the way to eternal salvation, dispel the darkness of our suffering humanity and lead us into the light of his glorious day, a day that knows no end. (Saudara-Saudari terkasih, ketidakpedulian, mementing diri sendiri, perpecahan dan kelalaian pada hal-hal penting, adalah kata-kata yang kita tidak mau dengar dan hadirkan di saat ini. Kita mau mengutuk selamanya kata-kata/hal-hal tersebut! Karena hal-hal itu berupaya mau menguasai kita ketika ketakutan dan ancaman kematian merongrong kita, yakni, ketika kita tidak membiarkan Tuhan bertahta dalam hati dan hidup kita. Semoga Kristus yang telah mengalahkan maut, membuka jalan keselamatan bagi kita, melenyapkan kegelapan manusiawi kita yang sedang menderita, dan menuntun kita ke saat kejayaan yang tiada akhir). Petanyaan reflektif untuk kita: dalam hal apa saya perlu berbenah diri?

  1. Kotbah di Bukit ‘mengasah’ hati kita untuk peka kepada Tuhan dan sesama

Sepanjang pekan ini kita dalami ajaran Yesus di Matius 5 yang diakui banyak kalangan sebagai jalan-jalan sejati menuju kesejateraan dan kebahagiaan yang sebenarnya. Bukan kebetulan Gereja menjadikan Sabda Bahagia Yesus itu sebagai bahan permenungan di tengah situasi Covid ini. Kita diajak Yesus melalui ajaranNya itu untuk terus berupaya menjadikan Allah sebagai fondasi dan penjamin hidup manusia karena Tuhan menjadi sumber kebahagiaan sejati.

Kita mau menempatkan Tuhan secara istimewa dalam hati nubari kita yang terdalam. Karena ketika Tuhan sudah mendapat tempat yang istimewa dalam hati kita, kita akan menaruh cinta dan perhatian yang istimewa kepada Tuhan dan jalan-jalan tuntunanNya. Kita akan meluang waktu dan tempat yang istimewa pula bagi dia dan SabdaNya. Kita tidak lagi mengukur-ukur atau membatasi waktu bagi kehadiranNya.

Kesediaan kita yang tulus menerima dan menjadikan amanah Tuhan sebagai hukum tertinggi dan Cahaya Penuntun langkah hidup karier kita, akan menghantar kita menggapai kesejahteraan dan kebahagiaan yang sebenarnya baik di dunia ini maupun di akhirat nanti. Hidup kita akan menjadi ‘garam dan cahaya’ bagi sesama.

  1. Menyadari dan mengakui keterlibatan Tuhan di samping daya upaya kita

Kisah perjuangan Nabi Elia yang kita renungkan sepanjang pekan ini patut menjadi bahan pelajaran bagi kita. Elia tidak hanya berjuang seorang diri tetapi selalu melibatkan Tuhan khususnya di saat dia harus berhadapan dengan tantangan dan kesulitan yang tak diatasinya. Iman Elia akan pertolongan kemahakuasaan Tuhan mendorong dia untuk senantiasa melibatkan Tuhan dalam perjuangannya.

Dua aspek ini (daya upaya kita dan mengakui campur tangan Allah) perlu diperhatikan dalam hidup dan karier kita. Kelalaian akan hal ini akan membuat kita bisa saja terlalu menekankan daya upaya kita dan mengabaikan intervensi (campur tangan Allah). Akibatnya kita akan mengagung-agungkan diri kita ketika sukses, sebaliknya kita bisa mudah putus asa tak berdaya ketika menghadapi kesulitan yang tidak bisa kita selesaikan dengan kemampuan manusiawi kita baik dari diri kita. Apakah fenomen ini muncul juga di masa kita menghadapi covid ini?

Ekstrim lain dari kelalian memperhatikan dua aspek tersebut yakni orang bisa menspiritualisasi dan memistifikasi segala sesuatu termasuk hal-hal yang seharusnya membutuhkan keterlibatan aktif kita untuk mengupayakannya. Akibatnya orang mulai memperlakukan agama sebagai agama mujisat yang hanya berharap pada hal-hal menakjubkan karena mental instant dan ‘budaya harap gampang’ yang bercokol kuat dalam dirinya. Tak mengherankan bila harapan-harapan tak terpenuhi, maka dia menjadi putus asa bahkan bisa membuat dia tidak percaya akan kehadiran dan karya Allah. Orang bisa meninggalkan imannya kepada Tuhan dan berlari ke praktek-praktek takhyul dll. 

Figur Nabi Elia mengajak dan mengajar kita bahwa kemampuan menjaga secara apik dua aspek ini (aspek daya upaya kita dan aspek keterlibatan Tuhan) akan membuat kita menjadi diri kita sebagai Patner karyaNya. Kita tidak berjuang sendirian karena Tuhan dilibatkan, bahkan Tuhan menjadi ‘actor utama’ dalam hidup kita. Dengan demikian kita akan mempraktekan prinsip Ora et Labora dalam hidup dan karier kita.

Mari kita merenungkan ketiga pokok permenungan kita, kiranya bermanfaat bagi kita. Tuhan memberkati.

Doa:

Allah Tritunggal Mahakudus, kami bersyukur atas segala penyertaan dan penyelenggaraan Ilahi-Mu dalam hidup kami hingga saat ini. Terima kasih pula untuk tuntunan SabdaMu sepanjang Pekan Biasa X yang mengajar untuk terus menjadikan Dikau sebagai sumber, penggerak dan tujuan hidup kami. Semoga kami terus berupaya menerapkan Sabda Bahagia Yesus yang kami dalami sepanjang pekan ini dalam hidup kami. Tolonglah kami dengan rahmat dan RohMu agar kami menghindari sikap Ahab yang salah menaruh fokus perhatian dalam hidupnya. Dan kami pun mencontohi sikap Nabi Elia yang senantiasa melibatkan Dikau dalam seluruh karya perjuangannya sebagai abdiMu. Turunkanlah rahmat dan berkat selalu bagi kami semua dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus, + Amin.

(Oleh: P. John Masneno, SVD, Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)

 
Last modified on Friday, 12 June 2020 21:00

Kegiatan Terbaru

...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohan...

25 October 2023
...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5)

Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...

PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

19 October 2022
PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...

BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

18 October 2022
BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...

BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTE...

16 October 2022
BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTER SAN

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

14 October 2022
BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

Tentang Kami

Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya

Berita Terbaru

©2025 Sumur Yakub - Pusat Spiritualitas. All Rights Reserved.

Search