Sahabat-sahabat Tuhan ytk!
Salam jumpa lagi melalui UBS akhir pekan IV bulan Juli 2020 ini. Sebagaimana UBS sebelumnya, kita diajak di awal UBS ini juga membuat kilas balik sejenak perjalanan kita masing-masing sepanjang pekan ini sejak 19-25 Juli ini guna mengendapkan karya kasih Tuhan yang telah kita dapatkan sepanjang pekan. (Hening sejenak)
Sekarang mari kita arahkan fokus perhatian kita pada resume mingguan kita di akhir pekan ini. Ketika sedang mempersiapkan UBS ini, saya di-WA oleh salah satu anggota komunitas kami di Samadhi Emaus Menteng dan di Komunitas Pencinta Sabda Allah: “Romo mengapa bacaan pekan ini sama seperti 1-2 minggu lalu”. Lalu saya menjawab: “terima kasih Ibu Maria, jawaban atas pertanyaan ibu akan diulas dalam UBS akhir pekan ini.” Jawaban saya demikian karena topik tersebut yang menjadi fokus kita di UBS ini. Kita mau mendalami ajaran simbolis Yesus melalui perumpamaan-perumpamaan yang sudah diperdengarkan kepada kita beberapa minggu terkahir ini, khususnya di pekan ini. Ada empat perumpamaan diperdengarkan kepada kita sepanjang pekan ini. Setiap perumpamaan itu tentu saja memiliki pesan bermakna bagi kita untuk direnungkan dan diupayakan pelaksanaannya.
Perumpamaan tentang Biji Sesawi dan Ragi serta pesannya untuk kita
Kedua permumpamaan ini membahasakan proses tumbuh kembangnya Kerajaan Allah. Ragi sekalipun volumenya sangat kecil dibanding ukuran tiga sukat terigu, namun mampu mempengaruhi dan mengembangkan volume terigu. Demikian pertumbuhan sesawi. Mulanya hanya benih kecil namun bertumbuh menjadi pohon besar, tempat burung-burung bersarang. Inilah simbolisasi pertumbuhan luar biasa Kerajaan Allah yang dirintis Allah melalui Yesus Putra-Nya di tengah dunia. Bermula dari hati Bapa yang kasih kepada manusia, lalu mengirim Putra-Nya sendiri mulai merintis misi keselamatan manusia.
Karya keselamatan ini semakin meluas berkat karya Allah melalui Rasul yang menyebarkan karya kasih Tuhan itu ke berbagai tempat. Selanjutnya karena respons positif aktif banyak orang dan perjuangan mereka turut mendukung karya pewartaan Para Rasul, maka semakin bertumbuh kembanglah Kerajaan Allah ke seluruh dunia sebagaiamana yang kita alami bersama sekarang ini. Dan karya akbar ini bisa terjadi karena Allah sendiri menjadi aktor utama dan motor penggeraknya sehingga mengembangkan dan menyempurnakan apa yang telah dilakukan para Rasul-Nya dan pengikut Tuhan.
Orang yang menyadari dan mengakui keterlibatan Tuhan dalam karya misi keselamatan manusia akan setuju dengan kata-kata St. Paulus di I Korintus 3:6 ‘Aku menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.” Suatu ekspresi iman Paulus karena telah melihat bagaimana karya agung Allah bagi manusia. Maka kedua perumpamaan ini mau meyakinkan kita untuk percaya bahwa kalau Allah turut campur tangan sebagai penggerak utama dalam apa yang kita hidupi dan kerjakan, maka hal yang kecil bisa menjadi besar, hal yang tidak bisa menjadi bisa, hal yang tidak ada pun bisa diadakan. Karena bagi Allah tidak ada yang mustahil (Lukas 1:37).
Inilah karya agung kasih Allah bagi manusia dan seluruh ciptaan-Nya. Dan Yesus menggunakan perumpaan tentang biji sesawi untuk menggambarkan perkembangan kerajaan Allah yang sedang dikerjakanNya, dan sekaligus meyakinkan para murid-Nya yang diutus-Nya untuk percaya dan menaruh harapan yang kokoh bahwa sekalipun karya agung itu tampaknya masih kecil seperti biji sesawi namun akan terus bertumbuh dan berkembang karena karya itu adalah karya misi Allah pencinta dan penyelenggara alam semesta.
Mengkontekskan perumpamaan Yesus ini ke dalam pertumbuhan hidup dan kiprah kita, perumpaan ini seakan mau membahasakan perjalanan kita karena perumpaan ini sesungguhnya menggambarkan perkembangan hidup dan kiprah kita masing-masing, entah konteks, hidup pribadi, hidup berkeluarga, hidup membiara, hidup membujang. Pesannya juga sangat relevan dengan kiprah kita entah secara pribadi, dalam keluarga, dalam komunitas, kongregasi atau lembaga/institusi tertentu. Maka pencerahan Yesus melalui perumpamaan sepanjang minggu mengajak kita merenungkan pertumbuhan dan perkembangan hidup dan kiprah kita dalam sketsa rencana dan karya Allah.
Satu tips sederhana yang bisa membantu kita merenungkan ‘tenunan’ karya agung dalam hidup kita untuk melihat penerapan kebenaran perumpamaan tentang pertumbuhan biji sesawi dalam hidup kita: ambil waktu sejenak dan kenangkan serta bandingkan situasi hidupmu: pada awalnya (entah awal hidup membiara atau berkeluarga atau awal kiprah), bagaimana perkembangan setelah lima tahun kemudian, setelah satu dekade dan setelah bertahun-tahun hingga sekarang.
Keberadaan Anda hingga sekarang, dan perkembangan dan perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu menjadi suatu indikasi jelas pertumbuhan biji sesawi dalam hidup kita bagaimana Allah menenun hidup kita. Maka bersyukur dan bersyukur adalah adalah suatu expresi hati kita bukan karena dipaksa tetapi terungkap spontan karena menyadari cinta dan perhatian Tuhan sangat luar biasa bagi kita. Mazmur-mazmur sepanjang pekan ini menunjukkan hal ini. Orang yang biasa bersyukur secara spontan dan tulus adalah orang yang tahu dan sadar serta mengakui peran keterlibatan karya dan kasih Allah dalam hidupnya.
Perumpamaan tentang gandum dan lalang serta pesannya untuk kita
Menarik untuk disimak karena selain perumpamaan Yesus tentang pertumbuhan biji sesawi, Injil si pekan ini juga menyuguhkan perumpaan lain yang patut kita refleksikan pesannya. Ada perumpaan tentang gandum dan lalang serta perumpamaan tentang pertubuhan benih di ‘tanah’ simbol hati manusia.
Perumpamaan tentang gandum dan lalang mau mengingatkan kita akan tantangan kesulitan dari luar diri kita berupa Iblis dengan segala rencana jahatnya mau menghadang, dan bahkan mau mematikan pertumbuhan gandum iman kita kepada Tuhan. Maka kita diminta Yesus untuk tidak takut terhadap kehadiran ‘ilalang’ jahat itu. Suara Nabi Yeremia yang diperdengarkan kepada kita sepanjang minggu ini meneguhkan kita untuk menyadari apa saja ilalang dalam hidup kita dan bagaimana menyikapinya.
Yesus meminta kita untuk tetap fokus pada hidup dan pertumbuhan gandum iman kita sehingga bisa berbuah baik dan limpah karena pada akhirnya yang baik akan diganjari kehidupan kekal, dan yang buruk-jahat dibinasakan. Santu Basel mengatakan: a tree known by its fruit: a man by his deeds. A good deed is never lost; he who shows courtesy reaps friendship, and he who plants kindness gathers love (pohon ditekatui dari buahnya; manusia dari ketahui dari perbuatannya. Tindakan baik tak pernah sia-sia. Dia yang menabur rasa hormat memanen persahabatan, dan yang menanam kebaikan mengumpulkan kasih).
Makanya larangan Yesus mencabut ilalang sebenarnya merupakan suatu ajakkan dan tantangan positif bagi para murid-Nya untuk menumbuhkan sikap ksatria sebagai seorang pengiman Tuhan yang siap menghadapi tantangan dan kesulitan serta kejahatan dunia. Tidak ada sukses yang muluk-muluk, tiada kilauan emas murni tanpa terpaan dalam bara api untuk menguji kemurnian emasnya.
Kisah hidup Yesus sendiri membuktikan kebenaran sejati ini. Di tengah pertumbuhan-Nya sebagai ‘Gandum Sejati’, muncul lalang berupa orang-orang yang gagal paham tentang diri dan misi-Nya; tentang ajaran-Nya; tentang kuasa-Nya. Dia dituduh mau meniadakan hukum Taurat, dicurigai berkarya dengan kuasa Beelzebul, didakwa sebagai penghojat Allah, bahkan dihukum mati sebagai penjahat. Sebenarnya, Yesus sendiri bisa melawan dan bahkan bisa ‘menghabisi’ orang-orang yang menangkap dan membunuh-Nya. Namun Dia (Gandum sejati) membiarkan ilalang-ilalang itu menunjukan ‘taji’ kemampuan manusiawi dan kekuasaan duniawi mereka yang dirasuki oleh kurangnya pemahaman tentang kebenaran sejati disertai kebiasaan dan kebahagiaan semu kalau berhasil ‘membunuh’ sesama guna mendapatkan penghormatan semu dan pengakuan publik ala dunia lalang.
Namun Yesus Sang Gandum Sejati yang hendak dibinasakan justru tumbuh lagi dan lebih subur menghasilkan buah kebaikan dan cinta kasih sehingga membuat banyak orang semakin percaya dan mengikuti Dia bukan hanya di daerah Yudea tetapi di seluruh dunia. Ajaran dan contoh hidup Yesus menghadapi ilalang seakan membenarkan ungkapan berikut: when you face difficulties times, know that challenges are not sent to destroy you. They are sent to promote, increase and strengthen you (ketika berada dalam masa-masa sulit, -apalagi karena diciptakan ilalang- yakinlh bahwa tantangan bukan untuk menghancurkanmu melainkan untuk mempromosikan, meningkatkan dan meneguhkan Anda).
Perumpamaan tentang penabur dan pesannya untuk kita.
Kalau perumpamaan tentang gandum dan lalang mengajak kita merenungkan tantangan dari luar diri kita, maka perumpamaan tentang penabur mengajak kita melihat tantangan dan peluang pertumbuhan benih gandum dalam diri kita. Empat tipe orang yang disebutkan dalam perumpamaan itu mewakili empat realitas diri kita yang adalah tanah tempat bertumbuhnya benih.
- Ada sisi ‘pinggir jalan’ dalam diri kita yang membuat benih ‘gandum’ Sabda kebaikan dan kebenaran yang ditaburkan Tuhan mudah sirna dari kehidupan kita karena kita salah menaruh-Nya di tempat dan waktu yang kurang cocok lantaran kita mau beradaptasi dengan dunia dan perkembangannya namun justru membuat benih istimewa itu sirna dari kehidupan kita.
- Ada sisi ‘tanah berbatu-batu’ dalam diri kita yang membuat kita mudah antuasias dan memberi tempat bagi benih itu namun tidak bertahan karena tanah komitmennya tipis sehingga mudah sirna hal lain, atau ‘panas-panas tahi ayam’.
- Ada sisi ‘tanah berduri’ karena ketakutan dan kecemasan sehingga menghimpit dan mematikan benih gandum Sabda Tuhan dan iman yang telah tumbuh dalam diri kita.
- Ada sisi ‘tanah subur’ yang ada dalam diri kita sehingga tumbuh suburlah benih Sabda Tuhan dan berbuah limpah.
Bagian terakhir ini (tanah yang baik) mewakili hidup dan kiprah kita selama ini. Kesetiaan dan keberadaan kita sebagai pengikut dan pengabdi Tuhan hingga saat ini adalah buktinya nyata bahwa kita masih tekun setia menjadi gandum bagi Tuhan dan sesama. Karena itu mari kita syukuri hal ini dan sembari membangun tekad untuk terus menjadi gandum kasih dan kebaikan yang menghasilkan buah berlimpah bagi Tuhan dan sesama.
It is not about how much you do, but how much love you put into you do that counts (yang diperhitungkan nanti bukan berapa banyak yang anda lakukan, namun kekuatan kasih yang terkandung dalam karya-karyamu yang akan diperhitungkan- Santa Theresa dari Kalkuta).
Selamat merenung, Tuhan memberkati kita sekalian.
Oleh P. John Masneno, SVD (Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)