Friday, 11 September 2020 18:24

MENDALAMI TEMA BKSN 2020 SETURUT SABDA ALLAH DI PEKAN BIASA XXIII

Written by John Masneno
MENDALAMI TEMA BKSN 2020 SETURUT SABDA ALLAH DI PEKAN BIASA XXIII dok. Sumur Yakub

Sahabat-sahabat Tuhan ytk,

Salam jumpa lagi melalui Ulasan Biblis Spiritual (UBS) di akhir pekan II bulan September ini. Kita patut bersyukur atas segala tuntunan perlindungan Tuhan serta berkat-berkat-Nya yang telah kita terima sepanjang minggu ini (hening sejenak mengenang perjalanan minggu ini serta syukuri hal-hal yang telah terjadi di minggu ini).

Di UBS kali ini kita mendalami tema Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) 2020 dalam terang bacaan-bacaan suci yang diperdengarkan kepada kita sepekan ini karena ada kaitan erat.  Bacaan-bacaan suci Pekan ini menguraikan secara jelas dan detail tema BKSN tahun ini tentang Mewartakan Kabar Baik di Tengah Krisis Iman dan Identitas. (UBS ini menampilkan 3 topik refleksi, silahkan memilih salah satu topik yang ingin didalami pesannya secara pribadi karena menyentuh atau cocok dengan situasi bathin dan pengalaman pribadi).

  1. Warta Kabar Baik tentang Identitas Allah dan identitas diri kita

Sabda Tuhan pekan ini mewartakan Kabar Baik kepada kita untuk semakin mengenal identitas Allah yang kita imani sebagai penjamin hidup

  • Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah, Dialah gunung batu keselamatan kita (Mazmur 95- Mazmur Tanggapan (MT) hari Minggu, 6 September)
  • Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya, karena Engkau menaungi mereka; dan karena Engkau akan bersukaria orang-orang yang mengasihi nama-Mu. (Mazmur 5:12 MT hari Selasa 7 Sept.)
  • Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela. (Mazmur 84:12, MT. hari Jumat, 11 Sept).

Pengakuan akan identitas diri Allah tersebut, sekaligus memperjelas identitas diri kita juga bahwa kita adalah anak-anak Allah yang hidup dari jaminan Allah. Kabar Baik tentang identitas diri Allah ini dan siapa kita di mata Allah ini menghantar kita merenungkan identitas dan peran Allah dalam hidup kita, khususnya di masa covid-19 yang kita alami di tahun 2020 ini.

Covid -19 menghentak semua manusia di planet bumi saat ini untuk merenungkan sikap terlalu mengandalkan kepintaran dan kemampuan Iptek dan kurang bahkan mengabaikan peran Tuhan sebagai penjamin hidup sejati.Pendewaan terhadap Iptek sekian lama membuat manusia terlena dengan ‘kemampuannya’ dan meminimalisir bahkan mengabaikan peran Tuhan dalam hidupnya sehingga menimbulkan krisis iman dan identitas diri sebagai orang-orang yang masih bergantung pada Allah. Santu Paulus mengajak kita merenungkan kebenaran berikut: Jika ada seorang menyangka, bahwa ia mempunyai sesuatu "pengetahuan", maka ia belum juga mencapai pengetahuan, sebagaimana yang harus dicapainya tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah.(1Kor.8.2-3 –bacaan I hari Jumat 11 Sept.).

Setiap kita tentu punya cara ini bagaimana melibatkan Tuhan dalam menghadapi virus mematikan ini. Selamatnya kita dari virus berbahaya ini menjadi suatu syukur tersendiri dalam hati kita masing-masing, sekaligus semakin meneguhkan kita menyadari dan mengakui peran Tuhan dalam hidup kita. Data tentang kasus covid di seluruh dunia hingga saat ini memberikan suatu peneguhan iman tersendiri bagi kita tentang Allah yang kita imani dan andalkan termasuk dalam menghadapi pandemic mematikan ini. Dari data terakhir per 11 September 2020 kemarin, di seluruh dunia ada 28. 321.779 kasus covid.  Dari jumlah tersebut, ada 21.249. 844 kasus sudah teratasi (closed cases): ada 913.853 (4%)orang meninggal, namun ada 20.335.991 (96%) orang pasein berhasil pulih dari covid.

Kita masih perlu terus mendoakan 7.071.935 pasien (active cases) di seluruh dunia saat ini yang masih dalam proses penyembuhan. Dari perspektif iman kita kepada Allah yang kita andalkan, kita percaya bahwa Allah yang telah menolong kita dan telah turut campur tangan dalam proses penyembuhan 20juta lebih pasien covid, akan turut dan terus berkarya juga membantu saudara-sauadara kita ini. Pengalaman menghadapi Covid-19 memberikan suatu ajakan untuk terus berbenah diri dan berupaya hidup sesuai iman kepada Allah dan identitas diri kita sebagai orang-orang yang hidup dari kasih dan kuasa Allah.

Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup (1Kor.8:6 –bacaan I kemarin Jumat, 11 Sept).

Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran (1Kor.5:7-8 –bacaan I hari Senin 7 Sept.)

Apa pesan yang perlu saya renungkan dan perlu perHATIkan dari topik permenungan ini dan teks-teks Biblis tersebut di atas?

  1. Warta Kabar Baik tentang Ajaran Yesus Dalam Menata Kebersamaan

Salah satu tema sentral Sabda Tuhan pekan ini adalah ajakan untuk memperhatikan secara serius krisis-krisis iman dan krisis identitas diri, baik secara perorangan, dalam kehidupan berkeluarga, komunitas maupun kehidupan sosial bermasyarakat. Santu Paulus mengajak kita seminggu ini melalui 1 Korintus agar memperhatikan pembenahan hidup kita bersama sesama (pesan moral sosial 1 Korintus sudah kita dalami di UBS pekan lalu). Injil pekan ini juga menampilkan beberapa ajaran penting Yesus sebagai kompas penuntun bagi kita dalam membenahi diri dari krisis iman dan krisis identitas diri seturut tema BKSN 2020.

Salah satu tema sentral yang ditampilkan yakni pentingnya memupuk kasih persaudaraan dalam kebersamaan kita. Sabda Tuhan pada hari Minggu 6 September mengajak kita mewujudkan kasih persaudaraan sejati dengan sesama melalui kesediaan kita menegur sesama kita yang berbuat salah dengan tujuan agar mengarahkan dia/mereka kembali ke jalan yang baik dan benar. Tindakan kasih demikian hendaknya dilandaskan pada niat luhur mau menolong sesama penuh kasih persaudaraan. Dan agar bisa melakukan hal tersebut, kita mesti disemangati oleh semangat kasih Allah yang tercipta melalui relasi yang intens dengan Tuhan sehingga spirit-Nya menjiwai kita. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita (1Yoh. 4:12 -Bait Pengantar Injil (BPI) hari Kamis 10 Sept.).

Yesus sendiri mengajar dan mengajak kita melalui Kotbah di Bukit (Lukas 6: 20-49 _ Bacaan Injil pada hari Rabu-Sabtu pekan ini) untuk menjalin relasi erat dan iklas hati dengan Bapa sebagai landasan dalam relasi kita yang tulus dengan sesama. Karena alasan tersebut, maka pantas lah bila Yesus menegur para Ahli Taurat dan Orang Farisi (Injil hari Senin, 7 September). Alasan-Nya karena mereka berupaya melalukan koreksi sosial, namun lebih diarahkan pada upaya meneggakkan aturan hukum Taurat dan demi interese pribadi, tetapi mengabaikan sisi kemanusiaan dan persaudaraan.

Yesus mau menyadarkan mereka akan niat tidak terpuji mereka yang terkesan menggunakan aturan hukum Taurat sebagai senjata untuk mencari-cari kesalahan Yesus supaya dijadikan alasan untuk mempersalahkan Dia: Órang-orang Farisi dan Ahli-ahli Taurat mengamat-amati Yesus kalau Ia menmyembuhkan orang pada hari Sabat, agar mereka mendapat alasan untuk meyalahkan Dia (Matius 6:7).

Sudah menjadi rahasia umum bahwa sikap mereka itu tidak terlepas rasa tidak suka, jengkel, iri hati mereka kepada Yesus yang seringkali menyampaikan secara terbuka krisis-krisis iman dan identitas mereka. Di sini tampak jelas bahwa sikap mengoreksi sesama, yang mereka lakukan, bukan lagi untuk memperbaiki yang hal keliru dan salah demi keharmonisan hidup bersama, melainkan lebih bermotifkan pada intensi lain yang sifatnya subyektif karena mau menjadikan Yesus sebagai obyek upaya personal guna mewujudkan niat buruk yang ada dalam benak dan hati mereka. Dan aturan aturan hukum dipakai sebagai sarana empuk guna mewujudkan rencana buruk tersebut. Menurut Yesus, tindakan demikian mengaburkan visi misi dan tujuan tindakan karena bukan lagi untuk alasan kemanusiaan tetapi untuk hidden agenda dan kepentingan tertentu.

Terhadap hal tersebut, Yesus menegaskan bahwa aturan hanya sebagai sarana dan bukan tujuan. Tindakan Yesus menyembuhkan orang sakit tersebut mau menekankan pentingnya mengutamakan aspek kemanusiaan dan persaudaraan yang diabaikan oleh para ahli Taurat dan Orang Farisi. Mereka lebih mengutamakan pelaksanaan aturan serta upaya menggolkan niat tidak terpuji mereka, tetapi mengabaikan aspek kemanusiaan dan persaudaraan. Hal ini lebih diperparah oleh niat buruk mereka yang hanya mau menggunakan aturan hukum Taurat untuk memojokkan Yesus yang mereka tidak sukai.

Memang prilaku para Ahli Taurat dan Orang Farisi itu memunculkan suatu pertanyaan tersendiri: kalau mereka abdi Tuhan, mengapa mereka tidak mengikuti  Yesus dan ajaran-hukum yang Yesus ajarkan? Kalau seorang abdi Allah tidak mendengarkan dan mengikuti lagi tuntunan Allah, apalagi mempersalahkan Allah, maka jelas dia berkarya menurut maunya dia dan hal-hal yang menuntun dia. Dari buahnya kita akan tahu pohonnya baik atau buruk (Injil hari ini, Sabtu 12 Sept.). Inilah krisis identitas dalam diri para ahli hukum Taurat dan Orang Farisi yang seringkali menjadi biang keladi tindakan mereka kepada sesama.

Kisah ini diperdengarkan kepada kita di bulan Kitab Suci ini karena cocok dengan tema BKSN tahun ini tentang krisis iman dan identitas. Kita diajak menata sisi dalam diri kita: Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya." (Lukas 6:45- Injil hari ini, Sabtu 12 September).

Apa pesan permenungan ini untuk saya?

  1. Kabar Baik tentang Sabda Bahagia dan Teladan Iman Bunda Maria

Sabda Tuhan di pekan ini menghadirkan juga Sabda Bahagia versi Injil Lukas dengan benang merahnya tentang bagaimana menempatkan Allah sebagai pusat dan pengontrol hidup kita. Gereja mengajak kita melalui Pesta Kelahiran Bunda Maria (Selasa, 8 septetember) agar kita belajar hidup seperti Bunda Maria yang pernah lahir dan menjalani hidup sebagai manusia di dunia ini seperti kita. Namun semangat hidupnya terutama kesetiaan penuh rendah hati pada komitmennya menjadi hamba Tuhan sepanjang hidupnya membuat dia menjadi contoh iman bagi kita.

Teladan kesahajaan hidup Bunda Maria menjadi suatu kesaksian dalam diam sekaligus solusi trerhadap krisis iman dan identitas yang terjadi di Korintus pada masa Paulus dan yang dilakoni para Ahli Taurat dan orang Farisi pada masa Yesus. Keluhuran hidupnya sebagai hamba Tuhan membuat dirinya mampu menjadi ibu Tuhan bukan hanya sebatas mengandung dan melahirkan Yesus, tetapi tekun setia mendampingi-Nya hingga wafat-Nya di Salib.

Keteguhan iman dan kejelasan identitas dirinya sebagai hamba Tuhan dan ibu Tuhan ditunjukkan juga dengan kesetiaannya mendampingi para rasul dan jemaat perdana hingga akhir hidupnya di dunia ini. Inilah WARTA KABAR BAIK bagi kita. Buah kebaikan yang dihasilkan dari pohon diri dan hidupnya dan keluarganya menjadikan dirinya contoh bagi kita bagaimana menjadi anak-anak Tuhan dan hamba Tuhan yang memiliki iman yang teguh dan identitas diri yang jelas.

Kesetiaan hidup bersama Santo Yoseph menjadi suatu kesaksian tersendiri bagi keluarga dalam mendampingi anak-anak dan membangun keluarga yang rukun dan harmonis serta bersahaja. Keluarga kudus Nazareth merupakan buah manis suatu perjuangan panjang Santo Yoseph dan Bunda Maria melewati suka duka mendampigi Yesus dalam menunaikan misi keselamatan manusia. Bunda Maria dan Santu Yoseph menjadi contoh bagi para orang tua dalam menahkodai keluarga-keluarga termasuk dalam upaya mengatasi krisis-krisis dalam kehidupan berkeluarga sebagaimana ditampilkan di 1 Korintus sepanjang minggu ini.

Apreasiasi yang tulus disampaikan kepada saudara dan saudara yang berstatus sebagai orang tua dan nahkoda keluarga, karena melalui perjuangan Saudara/I sekalian sebagai orangtua, keluarga Anda telah hidup dan bertumbuh sebagai satu pohon keluarga yang baik. Meskipun tak sesempurna Keluarga Kudus Nasareth, namun peran dam perjuangan saudara dan Saudara sebagai orang tua menghidupi keluarga dan anak-anak dalam keluarga Anda telah membantu memperteguh iman keluarga Anda dan turut memperjelas identitas diri keluarga Anda sebagai keluarga yang baik dan benar. Kesuksesan dan kebahagiaan hidup anak-anak adalah buah baik dari pohon keluarga Anda yang telah ditanam dan  dipelihara selama ini.

INILAH WARTA KABAR BAIK dari keluarga Anda sebagai kesaksian yang baik bagi sesama dan turut membantu mencegah krisis iman dan identitas keluarga-keluarga. Viralnya informasi tentang meningkatnya tingkat perceraian pasutri pada masa covid ini menjadi keprihatinan tersendiri bagi kita bersama. Karena itu kiranya kita memperhatikan anjuran-anjuran Santu Paulus melalui suratnya 1 Korintus yang kita dalami sepanjang pekan ini tentang upaya-upaya mengatasi krisis iman dan identitas diri serta krisis moral dalam kehidupan keluarga-keluarga dan kehidupan sosial.

UBS tentang topik ini ditutup dengan refleksi mengesankan dari satu pasutri Katolik yang merayakan HUT Pernikahan ke-50 (Emas Penikahan) pada 6 September 2020 lalu:

Kami menyadari kenyataan bahwa kami bukan orang yang sempurna, dan kami memberi kesaksian hidup perkawinan kami bukan hanya pada hal-hal yang menyenangkan, tetapi juga dengan noda-noda dan segala perjuangan jatuh bangun kami dalam membangun dan membina relasi kami sebagai PASUTRI SAKRAMENTAL dalam menghayati SAKRAMEN PERNIKAHAN kami. Kami percaya Tuhan yang memanggil kami untuk mengambil bagian dalam rencana keselamatan-Nya. Dan kami akan terus belajar dari Bunda Maria yang rendah hati, setia, taat serta imannya yang teguh kepada Allah. “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu” (Bpk. James Herman Rahardjo & Ibu Sunny Maria Magdalena Kumala Santoso, Paroki Santo Paskalis Cempaka Putih Jakarta Pusat.).

Apa pesan UBS ini bagi saya dan keluarga saya?

Selamat merenung, Tuhan memberkati kita selalu

Oleh: P John Masneno, SVD (Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)

Kegiatan Terbaru

...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohan...

25 October 2023
...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5)

Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...

PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

19 October 2022
PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...

BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

18 October 2022
BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...

BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTE...

16 October 2022
BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTER SAN

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

14 October 2022
BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

Tentang Kami

Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya

Berita Terbaru

©2025 Sumur Yakub - Pusat Spiritualitas. All Rights Reserved.

Search