Pelajaran berharga Kasus Sambo dalam terang Amos 3:27-34; Mazmur 15 dan Injil Lukas 8:16-18.
Drama Kasus Sambo belum berakhir tetapi paling kurang mengajak kita, baik secara pribadi maupun sebagai pasutri dalam hidup berkeluarga, serta hidup berkomunitas untuk merenungkan hikmahnya guna menata hidup kita seturut jalan Tuhan.
Coba simak kasus Sambo dari perspektif:
@ kata-kata Amsal 3:
Janganlah merencanakan kejahatan terhadap sesamamu, sedangkan tanpa curiga ia tinggal bersama-sama dengan engkau. Janganlah bertengkar tidak semena-mena dengan seseorang, jikalau ia tidak berbuat jahat kepadamu. karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat. Kutuk TUHAN ada di dalam rumah orang fasik, tetapi tempat kediaman orang benar diberkatiNya. Orang yang bijak akan mewarisi kehormatan, tetapi orang yang bebal akan menerima cemooh. (Ams 3:29-30,32-33,35)
@ Atau dari ajaran Yesus Tuhan:
Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya." (Luk 8:17-18)
Atau juga dari Mazmur 15 :
Siapa yang boleh menumpang dalam kemahMu? Siapa yang boleh diam di gunungMu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi; yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya. (Mzm 15:1-5)
Apa pesannya bagiku & keluarga/komunitasmu?
Selamat merenung. Gbus?, JM 19092022
» tanah di pinggir jalan (mudah tergerak kalau ramai2 tapi mudah dilenyapkan oleh keinginan2 duniawi)
» tanah berbatu2 (mudah berkata YA tapi kerasnya batu2 sifat dlm diri melenyapkan tumbuhnya benih iman
» tanah bersemak duri yg berseberangan dg jalan Tuhan shg mematikan tumbuhnya benih iman dlm diriku
» tanah yg baik shg benih iman tumbuh subur dlm hidupku.
Secara manusiawi, Ke-4 jenis tanah ini ada dlm diri kita, maka sadari & arahkan shg benih iman bisa bertumbuh. Tks utk perjuanganmu menumbuhkan benih iman dlm hidup &keluargamu. Teruslah bertumbuh, Tuhan pasti memampukan dg kasih &kuasaNya. Salam & berkat JM 20072022
Tuhan kita senantiasa menganugerahkan Rahmat & berkat berlimpahNya kpd kita, namun kadang atau seringkali kita lah yg menutup hati pada tawaran Rahmat Tuhan itu. Yg salah siapa; Tuhan atau kita? Musim hujan, musim menanam. Tidak menanam tentu tidak menuai pula padahal curah hujan bagus. Hujan Rahmat Tuhan selalu berlimpah pada kita, tidak beriman, tentu tidak bisa melihat karya agung Tuhan dlm hidup kita padahal hujan karya Rahmat Tuhan terjadi setiap hari. Salam imam, harap & kasih. JM 12072022
Saudara/i yang terkasih dalam Kristus
Rasa cemas, takut, gelisah dan khawatir dalam hidup adalah perasaan hakiki manusiawi kita yang tidak bisa dipungkiri. Setiap orang dan kita sekalian sudah mengalami perasaan-perasaan demikian. Bahkan, kadang ada yang hampir putus asa, menyerah dan tak berdaya dalam hidup ini. Akhirnya terkadang kita menyalahkan Tuhan, " Mengapa harus terjadi situasi seperti ini"? "Mengapa harus terjadi padaku musibah atau penderitaan ini"?
Inilah pertanyaan-pertanyaan yang barangkali muncul atau ada dalam benak kita, ketika kita berada dalam situasi ketidakberdayaan hidup.
Lantas, apakah kita tetap dan mau bertahan dalam situasi perasaan-perasaan negatif demikian. Apakah kita akan mengalami kebahagiaan bila terus mempersalahkan keadaaan sampai mempersalahkan Tuhan? Seolah-olah Tuhan penyebab semuanya ini.
Saudara/i yang terkasih dalam Kristus.
Sebuah syair indah dan kata bijak pernah sya mendengarnya dan membacanya. Bunyinya demikian. " Ketika hujan tiba, janganlah berdoa untuk meminta hujan reda atau pun berhenti karena hujan akan tetap ada, tetapi berdoalah agar Tuhan menguatkan payung hidupmu dan kamu dapat dan kuat menghadapi dan mengalami hidup ini"
"Sebuah musik yang harmonis tercipta dari nada mayor dan minor dan ada tambahan musik jenis yang lainnya".
Saudara/i yang terkasih dalam Kristus
Dengan kasih, iman dan harap kepada Tuhan, hidup ini, hidup kita akan selalu mengalami syukur dan berkat dalam kasih Tuhan. Mungkin inilah makna terdalam seruan Yesus kepada Murid-Murid-Nya
"Tenanglah, Aku ini jangan takut"
Seruan Yesus dalam bacaan Injil yang kita renungan hari ini sangat memberikan inspirasi hidup sekaligus meneguhkan iman kita sebagai orang kristen. Seruan ini memberikan makna terdalam bagi kita bahwa "hanya dalam kasih Tuhan, kita mengalami kepenuhan hidup"
Tuhan tidak terlalu cepat, Tuhan juga tidak terlambat.
Tetapi Kasih-Nya dan Berkat-Nya selalu ada dan hadir untuk kita setiap saat.
Semoga.
Luk 11:5-13; Gal 3:1-5
Mintalah maka kalian akan diberi
Mengapa ada orang katolik tergoda untuk pergi ke dukun, peramal gunung kawi dkk? Sayapun pernah mengalami hal yang sama.
Meskipun telah menjadi pengikut Kristus ada kesulitan bukannya minta bantuan Yesus namun pergi ke orang pintar.
Hal ini dialami juga oleh pengikut Kristus perdana, sehingga rasul Paulus marah besar dan menyebut mereka sebagai orang bodoh.
Memang setelah menyadari kerja Roh yang sudah kita terima, layaklah kita sebagai pengikut Kristus disebut orang bodoh, tolol, dungu, bebal, ngak tau diuntung dkk jika masih melakukan keinginan daging.
Keinginan daging yang paling sulit untuk kita tinggalkan yaitu ego yang melekat di dalam diri kita masing masing, sehingga Roh Kudus sulit bekerja secara penuh di dalam diri kita sehingga kita masih mudah marah, tersinggung, berpikiran negatif dkknya.
Tuhan telah menganugrahi kita dengan Roh belimpah limpah dan Ia telah melakukan mujizat setiap hari kepada kita, namun kita tidak menyadarinya.
Jika mengalami masalah apapun Ia telah berjanji: mintalah, maka kamu akan diberi; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Ia menganugrahi kita dengan Roh bukan karena kita melakukan kewajiban agama kita dengan baik, namun terutama karena kita percaya kepada pewartaan Injil.
Apakah kita berani menyerahkan segala perkara kepada Tuhan?
Selamat beraktifitas Tuhan memberkati
Oleh : Benny Sudrajat (Paroki Yakobus Kelapa Gading Jakarta)
Setiap kali saat berlive-in, kita selalu diterima dengan baik oleh orang-orang dan saat hendak pulang dari tempat live in, kita selalu diberikan ‘tanda mata’ baik itu sarung, selendang dan sebagainya. Pelbagai ‘tanda mata’ tersebut bukan hanya pemberian cenderamata semata, tetapi juga sebagai ‘tanda bukti’ bahwa telah ada suatu pertemuan yang mendalam, di mana ada ikatan keakraban, karena itu sebuah ‘tanda mata’ merupakan pemberian yang layak untuk dikenang.
Konftar yang terkasih dalam Kristus...
Dalam bacaan pertama kita mendengar cerita tentang nabi Elisa yang diterima dengan baik dalam rumah perempuan kaya dari Sunem. Hospitalitas yang ditunjukkan perempuan kaya kepada Nabi Elisa dibalas dengan janji pemberian seorang anak laki-laki kepada pemilik rumah yang menampungnya. Di sini belas kasih Allah menyata dalam perkataan nabi sendiri dan sekaligus menjadi ‘tanda bukti’ dan ‘tanda mata’ yang menjamin bawasannya “tahun depan, pada waktu seperti ini juga, engkau ini akan mengendong seorang anak laki-laki”. Sebuah tindakan kasih dibalas dengan tindakan kasih.
Konftar yang terkasih dalam Kristus...
Kasih Allah yang tak berkesudahan dialami pemazmur sebagai ‘tanda mata’ dan ‘tanda bukti’ yang patut disyukuri, karena itu pemazmur bermadah “Aku hendak menyanyikan kasih setia Tuhan selama-lamanya, karena kasih Tuhan tegak seperti langit.
Yesus dalam injil Matius memberikan pedoman-pedoman kepada murid-murid-Nya untuk mempratikkan tindakan kasih. Seorang murid diajak untuk mengasihi tanpa batas, bersedia memangul salib, tidak takut kehilangan nyawa, dan memiliki hospitalitas sebagai praksis dari tindakan kasih. Di sini, kasih bukan sebuah kata-kata kosong, melainkan sebuah tindakan praksis.
Konftar yang terkasih dalam Kristus...
‘Tanda mata’ yang paling agung diberikan oleh yesus kepada kita adalah hidup baru. St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma mengingatkan kita semua bahwa, orang yang dibabtis dalam kematian Kristus, telah dikuburkan dan telah dibangkitkan untuk hidup baru. Oleh karena itu, agar kita memperoleh ‘tanda mata’ yaitu: hidup baru dalam Kristus, bacaan-bacaan suci hari ini mengajak kita untuk mempratikkan tindakan kasih:
Pertama, sebuah tindakan kasih tidak terbatas hanya kepada orang-orang yang sedarah ataupun sedaerah dengan kita, tetapi hendaknya juga kepada semua sesama manusia dan sesama ciptaan yang lain.
Kedua, sebuah tindakan kasih harus sempurna seperti kasih Yesus kepada manusia, tanpa pertimbangan untung rugi, mengasihi tanpa apa dan mengapa? sekalipun harus kehilangan.... bahkan nyawa.
Ketiga, sebuah tindakan kasih, nyata dalam sikap hospitalitas kita, dalam menerima sesama lain; terutama orang-orang kecil dan terpinggirkan. Semoga kita yang telah dibaptis dalam kematian Kristus serentak menjadi anggota Gereja dan keluarga besar Allah yang lanyak memperoleh ‘tanda mata’ yaitu hidup baru dalam Kristus.
=== AMIN ===
Gus Dur, presiden keempat RI, pernah membuat sebuah anekdot tentang polisi jujur. Katanya: “Di negeri ini, cuma ada tiga polisi yang jujur: patung polisi, polisi tidur, dan polisi Hoegeng”. (Apresiasi Gus Dur kepada Hoegeng yg jabatannya diturunkan karena selalu berhasil menegakkan kebenaran dlm menangani kasus2 yg ada).
Siapa Hoegeng? Hoegeng Iman Santoso, seorang Kapolri pada masa orde baru. Ia menjabat sebagai Kapolri sejak 9 Mei 1968 – 2 Oktober 1971. Hoegeng menjadi sosok panutan polisi yang jujur, karena ia sama sekali tak mempan dengan berbagai macam sogokan apa pun. “Selesaikanlah tugas dengan kejujuran dan kebenaran, karena kita masih bisa makan nasi dengan garam”.
Salah satu peristiwa yang membawa dampak malang bagi kariernya ialah ketika ia menangani kasus pemerkosaan yang dialami oleh Sumarijem, atau SUM, penjual telur ayam berusia 18 tahun. SUM membuat sebuah laporan kepada polisi, bahwa ia telah diperkosa beramai-ramai oleh beberapa pria di Klaten, pada 21 September 1970. Namun, laporannya membawa nasib malang untuknya. Bukannya mendapat pembelaan, ia justru dijatuhi hukuman penjara di Pengadilan Negeri Yogyakarta, atas tuduhan membuat laporan palsu.
Satu hari setelah Sum keluar dari penjara, Hoegeng berusaha mencari tahu fakta soal kasus ini. Hoegeng menegaskan: “Perlu diketahui bahwa kita tidak gentar menghadapi orang-orang gede siapa pun. Kita hanya takut kepada Tuhan yang Maha Esa. Jadi, kalau salah tetap kita tindak”. Dari hasil pencariannya, ternyata ditemukan keterlibatan sejumlah pejabat, yakni anak seorang pejabat dan seorang anak pahlawan revolusi diduga menjadi pelakunya. Terbongkarnya kasus ini menjadi penanda berakhirnya jabatannya sebagai Kapolri; ia diturunkan dari jabatannya.
***
Saudara/i terkasih,
Apa yg dialami polisi Hoegeng tentu dialami juga oleh semua orang yg berusaha berbuat baik dengan melawan kebiasaan buruk yang ada: korupsi, kolusi, nepotisme. Atau mereka yg berusaha berbuat baik dan benar tapi berhadapan dgn mereka yg punya kuasa dan jabatan.
Kristus telah mengalami hal seperti ini dalam karyaNya. Demikianlah IA menyadarkan para pengikutNya bahwa kita akan dibenci oleh semua orang yg tidak menyukai kebenaran.
Saudara/i terkasih,
Kita semua dipanggil dan dipilih Allah untuk mengambil bagian dalam karya keselamatan-Nya. Akan tetapi, bayang-bayang adanya rasa tidak suka atau kebencian dari para musuh Kristus, tentu membuat kita merasa cemas. Oleh karena itu, Kekuatan apakah yg harus kita miliki apabila kita harus berdiri tegar pada opsi menegakkan kebenaran dan mewartakan keselamatan yg diajarkan Allah.
Semoga Roh Tuhan selalu lebih kuat menggerakkan dan memberanikan kita untuk berbuat semakin lebih baik dari hari ke hari.
Oleh P Avent Serundi, SVD (Misionaris Sanda Allah yang akan berkarya di Brazil Utara)
Tentang kematian, kita gemetar mendegarnya. Kita gentar menghadapi mala busuk suatu situasi, ketika masih ada orang, tanpa takut ingin membunuh, tanpa perspektif tentang suatu nilai yang final suka merancang kejahatan.
Perspektif memberi batas, dan batas itu menentukan keadilan. Pada hal keadilan dan kebenaran dalam arti yang sesungguhnya tak pernah akan terjangkau. Siapakah yang berhak atas keadilan dan siapa yang pantas memiliki kebenaran?
Dia harus menanggung salah - salah yang diputuskan oleh - yang tidak mengenal kebenaran. Mungkin ini adalah juga signal bahwa segala nilai digugat, yang universal dipersoalkan, dan yang hakiki diabaikan.
Namun, kekejian terjadi bukan karena segala yang universal lenyap dan perspektif tentang pengadilan berakhir, tetapi karena manusia terlalu gegabah menganggap dirinya sebagai tuan, kekuasaan yang dibangun melalui penggalangan relasi, dukungan dan yang kompromistik. Semuanya terjadi melalui aksi yang sepihak.
Manusia terlalu gampang menganggap dirinya sebagai titik pusat kebenaran. Totalitas subjek menjadi taruhan dan manusia cenderung ingin mengklaim kebenaran sebagai milik kepunyaanya. Dalam drama singkat perjumpaan Yesus dan Pilatus, ada tragedi besar tentang kebuataan terhadap kebenaran. Di pengadilan itu, atas pertanyaan ‘apa itu kebenaran?’ Pilatus sengaja menutup mata, menyembunyikan diri dan tidak menghiraukan, meskipun kebenaran berada di depannya.
Lebih dari sebuah nama, Pilatus memperlihatkan suatu karakter yang menyatu dan melekat dalam darah dan daging sebagai figur kotor, takut mengambil resiko, pintar bersandiwara dengan cara mencuci tangan untuk membebaskan diri dari tanggungjawab atas darah orang benar.
Ketika orang Yahudi meminta untuk tidak menyematkan tulisan ‘raja orang Yahudi’ pada salib, Pilatus dengan sangat angkuh berkata ‘yang tertulis, tetap tertulis.’ Dia pula yang melontarkan kata-kata sadis pada pribadi Yesus sebelum penderaan: ‘lihatlah anak manusia !’ ecce homo.
Pergunjingan tentang misi kebenaran di tengah dunia telah menjadi pergunjingan historis yang melibatkan banyak pihak dan banyak trik. Misi kebenaran itu harus berhadapan dengan kekuasaan dunia yang buta. Ada sandiwara, permainan kuasa gelap dalam banyak bentuk personifikasi. Figur Pilatus, misalnya adalah personifikasi kuasa dunia yang semena-mena. Sindirian “engkau tidak tahu bahwa saya berkuasa untuk membebaskan dan menyalibkan engkau,” tentu, lahir dari totalitas diri yang semu.
Di pihak lain, kekuasaan kebenaran, tampil dalam figur Yesus, sederhana, bertelanjang dada, tangan terikat, bermahkota duri, berbadan bilur dan luka. Memang, kebenaran dalam arti sesungguhnya adalah realitas apa adanya. Tanpa kepalsuan. Tidak membutuhkan kerumitan. Tanpa embel-embel. Polos. Yesus adalah figur kebenaran. Ia mengajarkan kebenaran, hidup-Nya adalah kebenaran. Kata-katanya adalah kebenaran. Bahkan seluruh diri-Nya adalah kebenaran. Di manapun Dia berada, pancaran kebenaran dialami: yang buta melihat, yang tuli mendengarkan, yang lumpuh berjalan, dan bahkan yang mati dihidupkan kembali. Yesus adalah figur manusia suci yang menyelamatkan nyawa orang lain dengan mengorbankan nyawanya.
Sejarah dunia adalah sejarah pertentangan antara yang abadi dan yang duniawi, antara yang ilahi dan yang manusiawi, antara yang benar dan yang palsu. Franca D’agostini, pemikir kontemporer Italia berbicara tentang La Menzogna, era kepalsuan sebagai tanda dekadensi yang menimpa dunia. Era ini, kalau tidak dijaga dengan baik akan menjerumuskan manusia dan dunianya ke dalam nihilisme, kekuatan gelap tanpa dasar, yang menarik manusia ke suatu jurang radikal, tempat bercokolnya figur-figur gelap dengan wajah seram, yang siap menerkam, menelan dan merusakkan segala tatanan kebenaran, lalu melemparkannya ke dalam ruang hampa.
Kematian Putera manusia di Salib adalah kematian sesuai nubuat. Adalah kematian orang benar, utusan Allah yang diperlakukan secara tidak adil oleh dunia. Itu adalah kematian orang benar yang ditinggalkan sendirian. Tak ada pembelaan. Bahkan orang yang terdekat sekalipun, para murid, semuanya menghilang. Yesaya berkata “Ia akan ditinggalkan, banyak orang meninggalkan dia, begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi … Ia dihina dan dihindari oran … orang menutup muka terhadapnya.”
Namun, kita tahu bahwa kebenaran yang ditinggalkan tidaklah berarti kematian kebenaran itu. Kebenaran yang disakitin bukanlah tanda kehancuran kebenaran itu. Yesaya berkata “Ia akan membuat tercengang banyak bangsa … sebab yang tidak diceriterakan kepada mereka akan mereka lihat, dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.” Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan Tuhan. Sebagai tunas, Dia akan mekar dan akan selalu tetap mekar.
Figur suci yang bertumbuh lurus dari kesucian, akan tetap menjaga aliran kebenaran di dalam dirinya. Dia tidak akan kena tulah. Penyakitpun tidak akan merundung dia. Yesaya berbicara tentang penyakit dan tulah, yang hanya akan terjadi di luar dari figur suci itu; dan tentu, semuanya itu - penyakit dan tulah - berada di dalam dunia manusia. “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggung-Nya, dan kesengsaraan kita yang dipikul-Nya.”
Dari semua yang menderita demi kemanusiaan, figur yang paling suci adalah Yesus, Putera Manusia. Kesalahan-Nya hanyalah rasa cinta-Nya kepada umat manusia. Namun, dari kaca mata Tuhan, kematian-Nya adalah kebenaran dalam terang rencana keselamatan/kebangkitan.
Yesus bukan dihukum karena melakukan perbuatan jahat, tetapi karena kebaikannya kepada umat manusia. Jika ada sebuah cahaya, sebuah kemerdekaan di dunia, itulah Dia, yang terpaku di salib. Ia tidak melawan. ia menerima cibiran dan olokan “kalau Engkau raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu.”
Kesetiaan-Nya pada salib hingga wafat adalah kesetiaan pada kebenaran. Kesetiaan itu didasarkan pada rencana besar dari Surga: keselamatan umat manusia. Atas dasar itu, salib bukanlah kengerian; salib adalah sukacita. Salib bukanlah kematian; salib adalah kehidupan. Salib bukanlah kepalsuan; salib adalah kebenaran. Kematian di Salib bukanlah kekalahan Tuhan; itu adalah kemenangan Tuhan karena melalui salib, Tuhan memperlihatkan cahaya maha cahaya: kebangkitan dari alam maut.
Lewat salib itu, Yesus memperlihatkan kasih agung; dan kasih yang tidak pernah memikirkan dan mencari keuntungan diri. Benarlah kata-kata ini “ketidakadilan menimbulkan hukuman yang paling berat untuk dia yang berjuang menentangnya;” dan karena itu, ketidakadilan adalah dosa terbesar. Hanya kasih, bukan kebencian, yang bisa mendatangkan keindahan.
Kasih Agung itu, di salib, adalah kasih yang menyelamatkan nyawa dengan tanpa kehilangan nyawa-Nya; sebab Dia adalah kehidupan abadi.
Bacaan: Bil. 21:4-9, Mzm 102, Yoh. 8.21-30
Hari-hari belakangan ini merupakan masa-masa sulit bagi kita semua. Pandemi COVID-19 telah membuat aktivitas kita menjadi kacau-balau, banyak pertemuan dibatalkan, semua kuliah mahasiswa diliburkan, dan banyak jadwal penting lainnya menjadi terganggu. Banyak sektor kehidupan yang terdampak, khususnya sektor pariwisata, yang mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit.
Namun sebaliknya, di sektor kesehatan, pekerjaan menjadi ekstra dan tak kunjung henti. Banyak orang menjadi cemas dan kuatir bahwa dirinya mungkin tertular virus yang menakutkan ini. Profesi medis, baik dokter maupun paramedis lainnya, menjadi tumpuan harapan banyak pihak untuk merawat dan melakukan pelayanan yang terbaik bagi para pasien yang terjangkit virus SARS-CoV2 ini.
Bila kita merefleksikan apa yang kita alami hari-hari belakangan ini dengan bacaan liturgi hari ini, ada beberapa hal yang menarik dan bisa kita tarik benang merahnya. Pada bacaan pertama, kita lihat bangsa Israel bersungut-sungut dan 'menyalahkan' Tuhan sehingga mereka mengalami masa-masa sulit.
Kisah tersebut mirip juga dengan situasi kita saat ini, di mana himbauan pemerintah untuk melakukan social distancing kita rasa terlalu berlebihan dan menyulitkan kehidupan sehari-hari kita. Sulit sekali rasanya kita harus melakukan isolasi mandiri di saat kita terbiasa nongkrong bareng teman-teman di kafe dll.
Namun apa yang terjadi selanjutnya di dalam bacaan pertama tersebut, Tuhan menyuruh ular tedung memagut orang-orang itu, sehingga mereka sadar bahwa mereka telah berdosa terhadap Tuhan. Melalui patung ular tembaga pada tiang yang dibuat oleh Musa, nyawa orang Israel yang dipagut ular tedung diselamatkan. Simbol ular tembaga pada tiang tersebut menjadi bermakna khusus dalam hal ini. Sulit dipahami dan dijelaskan dari segi penalaran logis namun keampuhan ular tembaga yang dibuat Musa berdasarkan amanah Tuhan telah terbukti nyata menyelamatkan umat Israel.
Inilah suatu bukti nyata bahwa jalan karya Tuhan yang kita iman kadang tak mampu dipahami dengan akal kita namun terbukto nyata daya bantuannya. Maka bacaan suci hari ini tentang ular tembaga dihadirkan pada moment yang tepat untuk menyadarkan dan meneguhkan kita bahwa apa pun situasi sulit yang kita alami, Tuhan punya cara menolong kita. apapun daya upaya kita, Tuhan punya jalan tersendiri me olong umatNya baik melalui pertolongan medis yang berikan maupun dengan cara Tuhan sendiri.
Bukan suatu kebetulan bahwa simbol Aesculapius dalam dunia kedokteran identik dengan apa yang disampaikan melalui bacaan liturgi hari ini. Melalui bacaan ini, Tuhan ingin menyapa kita semua, khususnya bagi para pekerja medis, untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap aktivitasnya sehingga bisa menjadi 'penyembuh' bagi semua orang yang membutuhkan.
Ada yang bertanya kepada saya, apakah saya takut menghadapi badai COVID-19 ini? Tentunya dengan bekerja di rumah sakit, risiko terpapar terhadap virus ini menjadi lebih besar. Sebagai seorang manusia biasa, tentunya ada perasaan kuatir dan was-was. Apalagi saat pulang kerja dan bertemu keluarga, risiko menularkan pun menjadi beban pemikiran tersendiri.
Namun, saya pribadi berserah kepada Tuhan, senantiasa mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah kaki, bahwa Tuhan telah mengutus saya dan teman-teman medis lainnya untuk menjadi pembawa harapan dan 'penyembuh' bagi mereka yang membutuhkan. Kami tidak bekerja sendirian karena Tuhan yang mengutus kami pasti menjaga dan memajukan kami.
Kami hanyalah alat Tuhan menyalurkan kuasa kasih penyembuhanNya. Kami tidak mencari nama dan popularitas, tidak pula sok hebat dan sok kuat; namun atas nama kemanusiaan, kami berusaha sekuat tenaga memberikan pelayanan terbaik untuk para pasien dan keluarganya agar mereka merasakan sentuhan kasih Tuhan melalui tangan-tangan kami. Inilah bakti kami bagi sesama dan Tuhan yang menyempurkan dengan kuasa Ilahi-Nya.
DOA
Allah Tritunggal Mahakudus, sumber hidup dan tumpuan andalan kami. Kami bersyukur untuk rahmat kehidupan yang terus Dikau anugrahkan bagi kami semua. Kami serahkan seluruh diri, hidup dan karya pelayanan kami. Tuhan pakai kami sebagai alat-alatMu menyalurkan kasih dan kuasa berkatMu bagi sesama kami khususnya yang teriveksi virus corona. Kuatkan kami Tuhan, mampukan kami dengan kuasa IlahiMu seperti Dikau perbuat kepada Musa dulu agar kami mampu menolong umatMu dengan kuasa Ilahimu sehingga namaMu dimuliakan kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Berbagai kepiawaian Yesus dalam Kitab Perjanjian Baru, dikisahkan antara lain memilih murid, membuat mukjizat, melakukan cara mengajar dengan efektif, berdoa, dan salah satu hal yang mengagumkan yang diperlihatkan kepada murid-muridNYA, imam-imam kepala, orang-orang Yahudi, ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi, pejabat-pejabat di Bait Suci serta orang banyak, adalah cara Dia mengambil keputusan dalam menghadapi permasalahan.
Dalam kisah Yesus kali ini tertulis dalam injil, yang pagi ini sebagai permenungan, adalah dari Yoh 8:1-11 , yakni Dia harus berhadapan dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi di Bait Allah , ketika itu mereka membawa perempuan yang menurut mereka sebagai OTT (orang tertangkap tangan) seperti meminjam istilah now, yang jelas diakui melakukan zinah, maka ada menurut aturan Musa dalam hukum Taurat dia ini harus dirajam hingga mati, ini benar-benar diyakini dan menjadi dasar kuat bagi mereka untuk dihadapkan pada Yesus yang dianggap sebagai hakim.
Menarik untuk ditelaah sejenak, bila Yesus mengikuti Hukum Taurat, Ia niscaya akan kehilangan reputasi-Nya karena bertolak belakang dengan sifat jatidiri berbelas kasih yang sudah dikenal banyak orang, namun bila Dia membebaskan atau sekurang-kurangnya mengurangi hukuman terhadap perempuan ini, jelas mereka akan menuduhNYA telah tidak mengikuti atau melanggar dan menentang Taurat, dan jelas ini sebagai pelecehan akan aturan itu, dan mudah digunakan sebagai dalih sangat mempersalahkan di depan umum, maka sungguh cerdik para pecundang tersebut ingin menjatuhkan martabat Yesus.
Sungguh luarbiasa karunia kebijaksanaanNYA saat menghadapi titik kritis, setelah beberapa kali didesak oleh mereka dengan menanyakan bagaimana tindakanNYA, Dia dengan tegas mengatakan: “ Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu “, yakni didahului Dia membungkukkan diri dan menulis seseuatu di tangan dengan jarinya.
Maka faktor kebijaksanaan hati dan pikiran telah diteladankan oleh Yesus kepada orang banyak di Bait Suci, bagaimana Dia mengambil suatu keputusan dengan pergumulan yang dihadapiNYA, apakah dia harus membela Hukum Taurat, jelas benar Dia mengikutinya yakni silahkan lemparin batu perempuan berdosa tersebut, tetapi di sisi lain Dia mengamati apakah si pelempar batu sudah benar perilakunya, maka Yesus dengan kuasa kebenaran membuat skenario menawarkan kepada yang paling senior berikut yang termuda untuk melakukan hukum Taurat nya, di luar dugaan mereka semua pada ngacir pergi pertanda mereka sadar bahwa hidupnya juga berdosa.
Bilamana ada anekdot pada kisah ini, yakni ada seorang saja yang melempar batu berarti orang ini nekat , tidak peduli ia berdosa yang penting menjalankan Hukum Taurat, dan sebenarnya seperti inilah kebanyakan orang Yahudi pada saat itu, namun anehnya koq orang Yahudi yang mengerumuni Yesus masih mempunyai hati dan pikiran yang jernih yakni tidak melakukan sesuatu , pertanda mereka masih berkehendak mendengarkan & memahami perintahNYA, serta memaknaiNYA dengan tindakan untuk pergi.
Tidak berhenti disitu saja, Yesus memastikan kepada perempuan itu bahwa situasi aman dan terkendali, dan Yesus tidak marah ataupun mengungkit apa yang sudah dilakukannya , namun memberikan pembinaan dan peneguhann dia dengan mengarahkan agar tidak berbuat dosa mulai dari saat itu, maka Dia adalah seoranng Guru Kebijaksanaan sejati.
Tuhan Yesus yang Mahapengasih, sungguh karuniaMU pagi ini mengingatkan kami sebagai orang-orang yang sering mengujiMU, yang sering menanyakan keberadaan DiriMU tatkala kami bergumul dan sedang galau, seolah mempertanyakan karakter kasihMU tak terjadi pada diri kami, sehingga kami mendesakMU selalu meminta-minta perlindungan namun kami sebenarNYA ingin hanya kenikmatan sesaat, Tuhan tetap bimbinglah kami orang yang berdosa ini, dan tetap berpengharapan selalu hanya kepadaMU. Amin ( MIW )
Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...
Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...
Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...
Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...
Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...
Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya