Kegiatan

Displaying items by tag: renungan harian

Tuesday, 20 September 2022 15:22

HIKMAH KASUS SAMBO

Pelajaran berharga Kasus Sambo dalam terang Amos 3:27-34; Mazmur 15 dan Injil Lukas 8:16-18.

Drama Kasus Sambo belum berakhir tetapi paling kurang mengajak kita, baik secara pribadi maupun sebagai pasutri dalam hidup berkeluarga, serta hidup berkomunitas untuk merenungkan hikmahnya guna menata hidup kita seturut jalan Tuhan.

Coba simak kasus Sambo dari perspektif:

@ kata-kata Amsal 3:

Janganlah merencanakan kejahatan terhadap sesamamu, sedangkan tanpa curiga ia tinggal bersama-sama dengan engkau. Janganlah bertengkar tidak semena-mena dengan seseorang, jikalau ia tidak berbuat jahat kepadamu. karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat. Kutuk TUHAN ada di dalam rumah orang fasik, tetapi tempat kediaman orang benar diberkatiNya. Orang yang bijak akan mewarisi kehormatan, tetapi orang yang bebal akan menerima cemooh. (Ams 3:29-30,32-33,35)

@ Atau dari ajaran Yesus Tuhan:
Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya." (Luk 8:17-18)

Atau juga dari Mazmur 15 :

Siapa yang boleh menumpang dalam kemahMu? Siapa yang boleh diam di gunungMu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi; yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya. (Mzm 15:1-5)

Apa pesannya bagiku & keluarga/komunitasmu?
Selamat merenung. Gbus?, JM 19092022

 
Published in Renungan
Wednesday, 20 July 2022 11:20

SAYA BERADA DI JENIS TANAH YANG MANA

» tanah di pinggir jalan (mudah tergerak kalau ramai2 tapi mudah dilenyapkan oleh keinginan2 duniawi)
» tanah berbatu2 (mudah berkata YA tapi kerasnya batu2 sifat dlm diri melenyapkan tumbuhnya benih iman
» tanah bersemak duri yg berseberangan dg jalan Tuhan shg mematikan tumbuhnya benih iman dlm diriku
» tanah yg baik shg benih iman tumbuh subur dlm hidupku.
Secara manusiawi, Ke-4 jenis tanah ini ada dlm diri kita, maka sadari & arahkan shg benih iman bisa bertumbuh. Tks utk perjuanganmu menumbuhkan benih iman dlm hidup &keluargamu. Teruslah bertumbuh, Tuhan pasti memampukan dg kasih &kuasaNya. Salam & berkat  JM 20072022

Published in Renungan
Tuesday, 12 July 2022 14:03

SIAPA YANG TIDAK BAIK: TUHAN ATAU MANUSIA?

Tuhan kita senantiasa menganugerahkan Rahmat & berkat berlimpahNya kpd kita, namun kadang atau seringkali kita lah yg menutup hati pada tawaran Rahmat Tuhan itu. Yg salah siapa; Tuhan atau kita? Musim hujan, musim menanam. Tidak menanam  tentu tidak menuai pula padahal curah hujan bagus. Hujan Rahmat Tuhan selalu berlimpah pada kita, tidak beriman, tentu tidak bisa melihat karya agung Tuhan dlm hidup kita padahal hujan karya Rahmat Tuhan terjadi setiap hari. Salam imam, harap & kasih. JM 12072022

 
Published in Renungan
Wednesday, 05 January 2022 14:44

Renungan Harian, 5 Januari 2022

Saudara/i yang terkasih dalam Kristus

Rasa cemas, takut, gelisah dan khawatir dalam hidup adalah perasaan hakiki manusiawi kita yang tidak bisa dipungkiri. Setiap orang dan kita sekalian sudah mengalami perasaan-perasaan demikian. Bahkan, kadang ada yang hampir putus asa, menyerah dan tak berdaya dalam hidup ini. Akhirnya terkadang kita menyalahkan Tuhan, " Mengapa harus terjadi situasi seperti ini"? "Mengapa harus terjadi padaku musibah atau penderitaan ini"?
Inilah pertanyaan-pertanyaan yang barangkali muncul atau ada dalam benak kita, ketika kita berada dalam situasi ketidakberdayaan hidup.

Lantas, apakah kita tetap dan mau bertahan dalam situasi perasaan-perasaan negatif demikian. Apakah kita akan mengalami kebahagiaan bila terus mempersalahkan keadaaan sampai mempersalahkan Tuhan? Seolah-olah Tuhan penyebab semuanya ini.

Saudara/i yang terkasih dalam Kristus.

Sebuah syair indah dan kata bijak pernah sya mendengarnya dan membacanya. Bunyinya demikian. " Ketika hujan tiba, janganlah berdoa untuk meminta hujan reda atau pun berhenti karena hujan akan tetap ada, tetapi berdoalah agar Tuhan menguatkan payung hidupmu dan kamu dapat dan kuat menghadapi dan mengalami hidup ini"

"Sebuah musik yang harmonis tercipta dari nada mayor dan minor dan ada tambahan musik jenis yang lainnya".

Saudara/i yang terkasih dalam Kristus

Dengan kasih, iman dan harap kepada Tuhan, hidup ini, hidup kita akan selalu mengalami syukur dan berkat dalam kasih Tuhan. Mungkin inilah makna terdalam seruan Yesus kepada Murid-Murid-Nya
"Tenanglah, Aku ini jangan takut"
Seruan Yesus dalam bacaan Injil yang kita renungan hari ini sangat memberikan inspirasi hidup sekaligus meneguhkan iman kita sebagai orang kristen. Seruan ini memberikan makna terdalam bagi kita bahwa "hanya dalam kasih Tuhan, kita mengalami kepenuhan hidup"
Tuhan tidak terlalu cepat, Tuhan juga tidak terlambat.
Tetapi Kasih-Nya dan Berkat-Nya selalu ada dan hadir untuk kita setiap saat.

Semoga.

Published in Renungan
Thursday, 08 October 2020 10:05

Renungan harian, Kamis, 8 Oktober 2020

Luk 11:5-13; Gal 3:1-5

Mintalah maka kalian akan diberi

Mengapa ada orang katolik tergoda untuk pergi ke dukun, peramal gunung kawi dkk? Sayapun pernah mengalami hal yang sama.

Meskipun telah menjadi pengikut Kristus ada kesulitan bukannya minta bantuan Yesus namun pergi ke orang pintar.
Hal ini dialami juga oleh pengikut Kristus perdana, sehingga rasul Paulus marah besar dan menyebut mereka sebagai orang bodoh.
Memang setelah menyadari kerja Roh yang sudah kita terima, layaklah kita sebagai pengikut Kristus disebut orang bodoh, tolol, dungu, bebal, ngak tau diuntung dkk jika masih melakukan keinginan daging.

Keinginan daging yang paling sulit untuk kita tinggalkan yaitu ego yang melekat di dalam diri kita masing masing, sehingga Roh Kudus sulit bekerja secara penuh di dalam diri kita sehingga kita masih mudah marah, tersinggung, berpikiran negatif dkknya.

Tuhan telah menganugrahi kita dengan Roh belimpah limpah dan Ia telah melakukan mujizat setiap hari kepada kita, namun kita tidak menyadarinya.
Jika mengalami masalah apapun Ia telah berjanji: mintalah, maka kamu akan diberi; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

Ia menganugrahi kita dengan Roh bukan karena kita melakukan kewajiban agama kita dengan baik, namun terutama karena kita percaya kepada pewartaan Injil.

Apakah kita berani menyerahkan segala perkara kepada Tuhan?

Selamat beraktifitas Tuhan memberkati

Oleh : Benny Sudrajat (Paroki Yakobus Kelapa Gading Jakarta)

Published in Renungan
Sunday, 28 June 2020 16:38

RENUNGAN HARI MINGGU BIASA XIII

Setiap kali saat berlive-in, kita selalu diterima dengan baik oleh orang-orang dan saat hendak pulang dari tempat live in, kita selalu diberikan ‘tanda mata’ baik itu sarung, selendang dan sebagainya. Pelbagai ‘tanda mata’ tersebut bukan hanya pemberian cenderamata semata, tetapi juga sebagai ‘tanda bukti’ bahwa telah ada suatu pertemuan yang mendalam, di mana ada ikatan keakraban, karena itu sebuah ‘tanda mata’ merupakan pemberian yang layak untuk dikenang.

Konftar yang terkasih dalam Kristus...

Dalam bacaan pertama kita mendengar cerita tentang nabi Elisa yang diterima dengan baik dalam rumah perempuan kaya dari Sunem. Hospitalitas yang ditunjukkan perempuan kaya kepada Nabi Elisa dibalas dengan janji pemberian seorang anak laki-laki kepada pemilik rumah yang menampungnya. Di sini belas kasih Allah menyata dalam perkataan nabi sendiri dan sekaligus menjadi  ‘tanda bukti’ dan ‘tanda mata’  yang menjamin bawasannya “tahun depan, pada waktu seperti ini juga, engkau ini akan mengendong seorang anak laki-laki”. Sebuah tindakan kasih dibalas dengan tindakan kasih.

Konftar yang terkasih dalam Kristus...

Kasih Allah yang tak berkesudahan dialami pemazmur sebagai ‘tanda mata’ dan ‘tanda bukti’ yang patut disyukuri, karena itu pemazmur bermadah “Aku hendak menyanyikan kasih setia Tuhan selama-lamanya, karena kasih Tuhan tegak seperti langit.

Yesus dalam injil Matius memberikan pedoman-pedoman kepada murid-murid-Nya untuk mempratikkan tindakan kasih. Seorang murid diajak untuk mengasihi tanpa batas, bersedia memangul salib, tidak takut kehilangan nyawa, dan memiliki hospitalitas sebagai praksis dari tindakan kasih. Di sini, kasih bukan sebuah kata-kata kosong, melainkan sebuah tindakan praksis. 

Konftar yang terkasih dalam Kristus...

 ‘Tanda mata’ yang paling agung diberikan oleh yesus kepada kita adalah hidup baru. St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma mengingatkan kita semua bahwa, orang yang dibabtis dalam kematian Kristus, telah dikuburkan dan telah dibangkitkan untuk hidup baru.  Oleh karena itu,  agar  kita memperoleh ‘tanda mata’ yaitu: hidup baru dalam Kristus,  bacaan-bacaan suci hari ini mengajak kita untuk mempratikkan tindakan kasih:

Pertama, sebuah tindakan kasih tidak terbatas hanya kepada orang-orang yang sedarah ataupun sedaerah dengan kita, tetapi hendaknya juga kepada semua sesama manusia dan sesama ciptaan yang lain.

Kedua, sebuah tindakan kasih harus sempurna seperti kasih Yesus kepada manusia, tanpa pertimbangan untung rugi, mengasihi tanpa apa dan mengapa? sekalipun harus kehilangan.... bahkan nyawa.

Ketiga, sebuah tindakan kasih, nyata dalam sikap hospitalitas kita, dalam menerima sesama lain; terutama orang-orang kecil dan terpinggirkan. Semoga kita yang telah dibaptis dalam kematian Kristus serentak menjadi anggota Gereja dan keluarga besar Allah yang lanyak memperoleh ‘tanda mata’ yaitu hidup baru dalam Kristus.

 

=== AMIN ===

 
Published in Renungan
Friday, 10 April 2020 17:12

MENYIMAK MAKNA SALIB TUHAN

Tentang kematian, kita gemetar mendegarnya. Kita gentar menghadapi mala busuk suatu situasi, ketika masih ada orang, tanpa takut ingin membunuh, tanpa perspektif tentang suatu nilai yang final suka merancang kejahatan.

Perspektif memberi batas, dan batas itu menentukan keadilan. Pada hal keadilan dan kebenaran dalam arti yang sesungguhnya tak pernah akan terjangkau. Siapakah yang berhak atas keadilan dan siapa yang pantas memiliki kebenaran?

Dia harus menanggung salah - salah yang diputuskan oleh - yang tidak mengenal kebenaran. Mungkin ini adalah juga signal bahwa segala nilai digugat, yang universal dipersoalkan, dan yang hakiki diabaikan.

Namun, kekejian terjadi bukan karena segala yang universal lenyap dan perspektif tentang pengadilan berakhir, tetapi karena manusia terlalu gegabah menganggap dirinya sebagai tuan, kekuasaan yang dibangun melalui penggalangan relasi, dukungan dan yang kompromistik. Semuanya terjadi melalui aksi yang sepihak.

Manusia terlalu gampang menganggap dirinya sebagai titik pusat kebenaran. Totalitas subjek menjadi taruhan dan manusia cenderung ingin mengklaim kebenaran sebagai milik kepunyaanya. Dalam drama singkat perjumpaan Yesus dan Pilatus, ada tragedi besar tentang kebuataan terhadap kebenaran.   Di pengadilan itu, atas pertanyaan ‘apa itu kebenaran?’ Pilatus sengaja menutup mata, menyembunyikan diri dan tidak menghiraukan, meskipun kebenaran  berada di depannya.

Lebih dari sebuah nama, Pilatus memperlihatkan suatu karakter yang menyatu dan melekat dalam darah dan daging sebagai figur kotor, takut mengambil resiko, pintar bersandiwara dengan cara mencuci tangan untuk membebaskan diri dari tanggungjawab atas darah orang benar. 

Ketika orang Yahudi meminta untuk tidak menyematkan tulisan ‘raja orang Yahudi’ pada salib, Pilatus dengan sangat angkuh berkata ‘yang tertulis, tetap tertulis.’ Dia pula yang melontarkan kata-kata sadis pada pribadi Yesus sebelum penderaan: ‘lihatlah anak manusia !’ ecce homo.

Pergunjingan tentang misi kebenaran di tengah dunia telah menjadi pergunjingan historis yang melibatkan banyak pihak dan banyak trik. Misi kebenaran itu harus berhadapan dengan kekuasaan dunia yang buta.  Ada sandiwara, permainan kuasa gelap dalam banyak bentuk personifikasi. Figur Pilatus, misalnya adalah personifikasi kuasa dunia yang semena-mena. Sindirian “engkau tidak tahu bahwa saya berkuasa untuk membebaskan dan menyalibkan engkau,” tentu, lahir dari totalitas diri yang semu.

Di pihak lain, kekuasaan kebenaran, tampil dalam figur Yesus, sederhana, bertelanjang dada, tangan terikat, bermahkota duri, berbadan bilur dan luka. Memang, kebenaran dalam arti sesungguhnya adalah realitas apa adanya. Tanpa kepalsuan. Tidak membutuhkan kerumitan. Tanpa embel-embel. Polos. Yesus adalah figur kebenaran. Ia mengajarkan kebenaran, hidup-Nya adalah kebenaran. Kata-katanya adalah kebenaran. Bahkan seluruh diri-Nya adalah kebenaran. Di manapun Dia berada, pancaran kebenaran dialami:  yang buta melihat, yang tuli mendengarkan, yang lumpuh berjalan, dan bahkan yang mati dihidupkan kembali. Yesus adalah figur manusia suci yang menyelamatkan nyawa orang lain dengan mengorbankan nyawanya.

Sejarah dunia adalah sejarah pertentangan antara yang abadi dan yang duniawi, antara yang ilahi dan yang manusiawi, antara yang benar dan yang palsu. Franca D’agostini, pemikir kontemporer Italia berbicara tentang La Menzogna, era kepalsuan sebagai tanda dekadensi yang menimpa dunia. Era ini, kalau tidak dijaga dengan baik akan menjerumuskan manusia dan dunianya ke dalam nihilisme, kekuatan gelap tanpa dasar, yang menarik manusia ke suatu jurang radikal, tempat bercokolnya figur-figur gelap dengan wajah seram, yang siap menerkam, menelan dan merusakkan segala tatanan kebenaran, lalu melemparkannya ke dalam ruang hampa.

Kematian Putera manusia di Salib adalah kematian sesuai nubuat. Adalah kematian orang benar, utusan Allah yang diperlakukan secara tidak adil oleh dunia. Itu adalah kematian orang benar yang ditinggalkan sendirian. Tak ada pembelaan. Bahkan orang yang terdekat sekalipun, para murid, semuanya menghilang. Yesaya berkata “Ia akan ditinggalkan, banyak orang meninggalkan dia, begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi … Ia dihina dan dihindari oran … orang menutup muka terhadapnya.”

Namun, kita tahu bahwa kebenaran yang ditinggalkan tidaklah berarti kematian kebenaran itu. Kebenaran yang disakitin bukanlah tanda kehancuran kebenaran itu. Yesaya berkata “Ia akan membuat tercengang banyak bangsa … sebab yang tidak diceriterakan kepada mereka akan mereka lihat, dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.”  Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan Tuhan. Sebagai tunas, Dia akan mekar dan akan selalu tetap mekar. 

Figur suci yang bertumbuh lurus dari kesucian, akan tetap menjaga aliran kebenaran di dalam dirinya. Dia tidak akan kena tulah. Penyakitpun tidak akan merundung dia. Yesaya berbicara tentang penyakit dan tulah, yang hanya akan terjadi di luar dari figur suci itu; dan tentu, semuanya itu - penyakit dan tulah - berada di dalam dunia manusia. “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggung-Nya, dan kesengsaraan kita yang dipikul-Nya.”   

Dari semua yang menderita demi kemanusiaan, figur yang paling suci adalah Yesus, Putera Manusia.   Kesalahan-Nya hanyalah rasa cinta-Nya kepada umat manusia.   Namun, dari kaca mata Tuhan, kematian-Nya adalah kebenaran dalam terang rencana keselamatan/kebangkitan.

Yesus bukan dihukum karena melakukan perbuatan jahat, tetapi karena kebaikannya kepada umat manusia. Jika ada sebuah cahaya, sebuah kemerdekaan di dunia, itulah Dia, yang terpaku di salib.  Ia tidak melawan. ia menerima cibiran dan olokan “kalau Engkau raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu.”

Kesetiaan-Nya pada salib hingga wafat adalah kesetiaan pada kebenaran. Kesetiaan itu didasarkan pada rencana besar dari Surga: keselamatan umat manusia. Atas dasar itu, salib bukanlah kengerian; salib adalah sukacita. Salib bukanlah kematian; salib adalah kehidupan. Salib bukanlah kepalsuan; salib adalah kebenaran. Kematian di Salib bukanlah kekalahan Tuhan; itu adalah kemenangan Tuhan karena melalui salib, Tuhan memperlihatkan cahaya maha cahaya: kebangkitan dari alam maut. 

Lewat salib itu, Yesus memperlihatkan kasih agung; dan kasih yang tidak pernah memikirkan dan mencari keuntungan diri. Benarlah kata-kata ini “ketidakadilan menimbulkan hukuman yang paling berat untuk dia yang berjuang menentangnya;” dan karena itu, ketidakadilan adalah dosa terbesar. Hanya kasih, bukan kebencian, yang bisa mendatangkan keindahan.

Kasih Agung itu, di salib, adalah kasih yang menyelamatkan nyawa dengan tanpa kehilangan nyawa-Nya; sebab Dia adalah kehidupan abadi.

Published in Renungan
Friday, 21 February 2020 20:15

MEMIMPIN ALA PETRUS

1 Pet.5:1-4; Mazmur23; Matius 16:13 - 19

Sahabat- sahabat Tuhan ytk!

Salam jumpa lagi di pekan keempat bulan Februari 2020 ini. Berkenaan dengan Pesta Tahta Petrus hari ini, kita diajak merenungkan pesan pesta ini khususnya kiprah kepemimpinan Rasul Petrus dalam terang Sabda Tuhan hari ini. Hal Ini penting untuk direnungkan karena setiap kita adalah MURID dan RASUL Tuhan, maka kita perlu memahami identitas dan tugas tersebut.

Injil hari ini mengisahkan moment penting yang merupakan cikal bakal istilah primus inter pares dimana Tuhan Yesus menyerahkan mandat kepemimpinan Gereja secara langsung kepada Rasul Petrus. Injil juga mengisahkan alasan mengapa mandat tersebut diberikan kepada Petrus bukan kepada murid Yesus yang lain.

Petrus diberi kuasa menggembalakan umat Tuhan karena pemahamannya yang jelas dan jernih tentang Siapa sosok Yesus yang sebenarnya. Dengan jawaban atas pertanyaan Yesus menggambarkan wawasan dan pemahaman tentang tujuan kehadiran Yesus di tengah dunia. Dengan demikian Petrus sudah memahami apa yang perlu dilakukan sebagai penerus tugas penggembalaan umat Tuhan.

Pemahaman tersebut tidak terlepas dari kesediaan dan kesetiaan dirinya mengikuti Yesus dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya sehingga membuat dirinya memahami sosok Yesus dan apa peranNya bagi manusia. Karena itu Yesus menyerahkan kepemimpinan kepada Petrus agar dinahkodai.

Secara historis, Rasul Petrus sendiri menjalankan tugas kepemimpinan tersebut selama tiga puluhan tahun hingga digantikan oleh Paus Linus. Rasul Petrus sebagai paus pertama tentu mengalami langsung banyak hal dan peristiwa. Selama puluhan tahun menjalankan tugas kepemimpinan membuat dia belajar memahami apa seyogianya hidup dan berkiprah sebagai seorang pemimpin umat Tuhan. Tak mengherankan tulisan tulisannya merupakan pancaran kebijaksanannya.

Maka tepat sekali Gereja mentampilkan Kata kata bijak Paus pertama ini di pesta Tahta Petrus sebagai inspirasi bagi kita. 2 Nasihat Rasul Petrus itu di bacaan pertama hari ini ditampilkan di bagian akhir renungan ini sebagai refleksi bagi kita semua para Murid dan Rasul Tuhan di zaman Now ini- sesuai tugas dan peran yang sedang dipercayakan Tuhan kepada kita masing - masing

Nasihat pertama, Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri (1Pet. 5:2)

Nasihat kedua, Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.  (1Ptr 5:3)

Selamat merenung semoga menjadi berkat dan peneguhan bagi kita semua, Amin.

DOA:
Syukur kepada-Mu Ya Allah Tritunggal Mahakudus atas segala anugrah dan kepercayaan yang Dikau anugrahkan kepada kami sebagai murid dan Rasul- Mu. Semoga Nasihat Rasul Petrus di pesta Tahta Petrus ini menginspirasikami untuk mengupayakan perwujudannya secara konkret dalam tugas-tugas penggembalaan yang dipercayakan kepada kami sehingga nama- Mu dimuliakan kini dan sepanjang masa. Amin.

( Oleh P. John Masneno, SUD , Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)

Published in Renungan
Friday, 27 December 2019 17:33

BIARKAN DIRI DITUNTUN OLEH TUHAN

1Yoh. 1:5-2:2, Mzm 124, Matius 2:13-18E

Sahabat-sahabat Tuhan Ytk!

Selamat Pesta Natal. Kita masih dalam suasana bahagia Natal. Di hari-hari sukacita Natal ini, Gereja mengajak kita memaknai Natal dalam konteks kehidupan kita. Gereja menempatkan tiga pesta iman setelah Perayaan Natal 25 Desember sebagai momentum berahmat bagi kita guna memaknai identitas diri kita sebagai pengikut-pengikut Tuhan. Ketiga pesta yang dimaksud yakni Pesta Santu Stefanus, Martir pertama pada 26 Desember; Pesta Yohanes Rasul yang paling dikasihi Yesus pada 27 Desember kemarin; dan Pesta Kanak-Kanak Suci pada hari ini. Ketiga memiliki pesan iman bagi kita untuk direnungkan.

Berkenaan dengan maksud tersebut, Injil hari ini berkisah tentang kisah pembunuhan Kanak-Kanak Suci di Betlehem pasca kelahiran Yesus. Kita diajak merenungkan satu kebenaran sejati yang ditampilkan dalam diri figur-figur dalam teks tersebut yakni pentingnya membiarkan diri kita dituntun oleh Tuhan yang Mahakuasa dan Mahabijaksana. Orang yang membairkan diri dituntun oleh Tuhan akan sanggup menjalani susah senang hidupnya dengan bijak. Sebaliknya orang hidup seturut keinginan manusiawi duniawi sekalipun hidupnya sudah ke arah sukses namun akan ambruk pada waktunya.

Sosok Raja Herodes yang ditampilkan dalam Injil hari ini membuktikan pernyataan di atas. Kelobahan akan kekuasaan duniawi dan rasa tersaingi oleh kehadiran Yesus, menumbuhkan iktiar jahat dalam hatinya untuk membunuh Yesus, Sang Kebenaran Sejati. Herodes yang hidup dalam tuntunan manusia duniawinya lebih kesetanan lagi ketika menyadari bahwa para Majus tidak menuruti keinginannya. Maka diapun memerintahkan untuk membunuh semua bayi di Betlehem.

Herodes adalah presentasi hidup orang-orang yang hidup seturut keiginan manusiawi duniawi yang mengubah cerita kehidupan mereka dari orang hebat dan panutan menjadi sosok antagonis kebenaran dan kasih serta kebijaksaan sejati. Maka kisah Herodes semakin mempertegas kebenaran adagium dalam dunia kepemimpinan pada segala level baik pada level memimpin diri maupun sesama yakni : to lead is to be led (mau memimpin maka perlu dipimpin). Artinya kalau mau memimpin maka pertama-tama perlu membiarkan diri dipimpin oleh Allah dan Roh-Nya sehingga bisa mengarahkan panji kepemimpinan sesuai kehendak Tuhan.   

Hal ini bisa kita temukan dalam figure-figur protagonis yang ditampilkan dalam Injil hari ini juga seperti ketiga orang Majus. Kerelaan dan kesediaan mengikuti tuntunan Tuhan akan memampukan mereka menghadapi situasi hidup dengan bijak. Kebeningan hati mereka memampukan mereka dengan mudah ‘menangkap’ maksud jahat raja Herodes yang terkesan bermulut manis tetapi sebenarnya berniat jahat mau membunuh bayi Yesus.  Mereka memilih ‘jalan lain’ bukan karena mereka pengecut atau pecundang.

Sebagai orang-orang yang hidup dalam bimbingan Roh Tuhan, mereka ‘tahu’ apa jalan terbaik yang perlu tempuh sekalipun bertentangan dengan kemauan Herodes. Karena bagi tipe orang seperti mereka, tunduk pada jalan kehendak Tuhan adalah suatu pilihan mutlak. Maka figure-figur ini ditampilkan kepada kita di masa Natal agar kita semakin menata dan mengarahkan hidup kita dalam bimbingan Sang Tuhan, pengarah sejati hidup kita.

Figur lain yang tak kalah menarik untuk direnungkan yakni sosok Santu Yusuf, suami Maria. Sebagaimana ditampilkan dalam Injil hari ini, Yusuf adalah sosok pendiam yang ‘minus’ kata tetapi senantiasa memberi tempat bagi Tuhan dalam hatinya dan berupaya hidup menurut tuntunan Tuhan, Sang Pembimbing hidupnya. Karena sikap bathin demikian, memampukan Yusuf menghadapi peristiwa-peristiwa yang meski penuh pertanyaan tetapi dihadapi dengan bijak seturut kehendak dan tuntunan Tuhan. Tuhan menuntun setiap orang dengan cara-Nya dalam menghadapi berbagai peristiwa hidup yang terjadi. Sikap penting di sini yakni keterbukaan dan kesediaan mengikuti tuntunan Tuhan seperti Santu Yusuf.

Sahabat-sahabat Tuhan Ytk!

Kita sedang berada di penghujung tahun 2019. Sudah banyak peristiwa yang sudah kita alami dan jalani baik pada level pribadi maupun level bersama. Maka baiklah pesan-pesan suci yang disampaikan lewat perayaan Natal dan pesta-pesta suci hari-hari ini menjadi ajakan bijak bagi kita untuk membuat semacam kaleidoskop pribadi guna merenungkan ziarah hidup kita termasuk kejadian-kejadian yang kita saksikan atau alami sepanjang tahun ini. Mungkin ada yang mengalami kejadian mirip dengan apa yang dialami para Majus, Santu Yusuf atau Kanak-Kanak di Betelehem yang mati hanya karena kejahatan sesamanya yang punya kepentingan-kepentingan duniawi seperti Herodes.

Refleksi yang genuin atas semua kejadian itu dan melihat tuntunan Roh Tuhan dalam diri kita seperti Para Majus dan Santu Yusus, sudah pasti menumbuhkan rasa syukur nan iklas dari hati kita atas tuntunan Tuhan Roh-Nya yang telah menuntun dan memampukan menghadapi semuanya itu. Dan kiranya semakin memantapkan iman dan tekad kita untuk senantiasa membiarkan diri kita dituntun oleh Tuhan dan jalan-Nya karena kita sudah diyakinkan untuk percaya bahwa tuntunan Tuhan amat bijak dan layak diandalkan dalam ziarah hidup kita termasuk di tahun yang baru nanti
Selamat membuat Kaleidoskop Anda atas ziarah iman sepanjang 2019 ini, semoga semakin memantapkan tekad untuk senantiasa hidup dalam tuntunan Sang Jalan Kebenaran dan Hidup.

Tuhan memberkati.

P. John Masneno, SVD
(Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)

Published in Renungan
Friday, 20 December 2019 21:30

BERBAGI SUKACITA DENGAN PENUH SUKACITA

Kid 2:8-14, Mzm 33, Lukas 1:39-43E

Sahabat-sahabat Tuhan Ytk!

Salam jumpa lagi di akhir pekan ke-4 di Bulan Desember 2019. Mengikuti pesan bacaan-bacaan suci di hari-hari menjelang Perayaan Kelahiran Yesus Kristus termasuk bacaan-bacaan suci hari ini, saya teringat akan sebuah kisah nyata yang terjadi beberapa bulan lalu. Kisah tersebut ditampilkan di sini karena hikmahnya bisa membahasakan pesan bacaan-bacaan suci tentang efek sukacita dalam hidup kita.

Kisah nyata tersebut sempat divideokan dan diposting di Youtube pada akhir bulan September lalu. Video ini dalam sekejap berhasil menarik satu juta penonton lebih. Para Youtuber tentu mengakui bahwa pencapaian angka satu juta penonton dalam waktu singkat merupakan suatu pencapaian yang cukup fantastis. Apa yang membuat video kisah nyata ini meraup penonton begitu banyak dalam waktu singkat. Menonton video singkat berdurasi 3.16 menit kita akan tahu alasan mengapa video singkat ini bisa menarik jutaan hati dalam sekejap.

Video berjudul DAUGTHER DELIVER TWO SURPRISES IN ONE VISIT berisi seorang putri yang tinggal di Perth Australia dan ingin membuat kejutan pada Bapaknya di New Jersey, Amerika pada hari perayaan pensiun ayahnya. Si putri menyampaikan rencana kejutannya itu kepada ibunya dan saudara untuk membantunya mengatur ‘hadiah kejutan’ tersebut. Skenario hadiah kejutan itu diatur baik oleh ibu dan saudaranya sehingga berjalan lancar. Ayahnya sangat kaget dengan kehadiran tiba-tiba putrinya di saat acara syukuran pensiun sedang berlangsung.

Seperti judulnya, si Putri ternyata masih punya kejutan lain. Kejutan kedua ini tak diketahui seorangpun termasuk ibu dan saudaranya kecuali dia dan Mark, suaminya. Kejutan kedua ini dibahasakan dalam satu kotak yang diberikan kepada kedua orang tuanya. Saat memberikan kotak itu, dia menjelaskan bahwa Mark dan dirinya telah memutuskan untuk memberikan hadiah istimewa tersebut bagi Ayahnya yang baru saja pensiun dan juga untuk Ibunya, pendamping setia ayahnya. Dengan polesan kata-kata dan expresi wajah saat menyampaikan isi hadiah itu, si putri berhasil menciptakan tanda tanya besar dalam benak dan hati kedua orang tuanya apa isi hadiah kejutan tersebut.

Kata-katanya memberi kesan kepada orang tuanya bahwa hadiah kejutan itu sepertinya berisi tiket VIP untuk kedua orang tuanya berlibur ke suatu tempat terkenal di dunia. Namun sesungguhnya hadiah kejutan itu sebenarnya lebih dari tiket VIP liburan sesaat itu. Dengan penuh rasa ingin tahu, kedua orang tua itu membuka kotak kejutan itu penuh hati-hati. Ketika membuka dan membaca tulisan di kotak hadiah kejutan itu, mereka kaget dan spontan bangun memeluk putri mereka itu penuh rasa haru bercampur kegembiraan.  Ternyata isi kejutan kedua ini yakni berita gembira dari si Putri itu kepada keluarga khususnya kedua orangnya bahwa dirinya sedang mengandung cucu pertama kedua orang tuanya. Saat mengetahui hal itu, kedua orang tuanya spontan berdiri memeluk purti mereka itu penuh kegembiaraan dan sukacita.

Saudara-saudara sekalian,

Kisah sukacita semirip disampaikan kepada kita melalui Injil hari ini. Santa Elisabeth bisa bergembira atas kunjungan kejutan Santa Maria, Bunda Allah. Kunjungan kejutan ini membuat hati Elisabet sangat bersukacita bahkan anak dalam kandungannya pun ikut melonjak kegirangan. Suatu gambaran sukacita luar biasa ketika mengalami moment-moment seperti itu. Kisah-kisah biblis ini ditampilkan Gereja bagi kita di hari-hari menjelang kelahiran Yesus, Sang Juru Selamat kita.

Semoga kisah-kisah mengesankan ini mengajak kita mempersiapkan hati kita menyongsong kedatangan Tuhan kita yang bukan hanya datang mengunjungi kita sesaat saja tetapi mau tinggal bersama kita sepertinya namaNya EMANUELl: ALLAH BESERTA KITA. Kiranya kata-kata Pemazmur menjadi ungkapan hati kita: Bersorak-sorailah dalam Tuhan hai-hai orang-orang benar, nyanyilah bagi-Nya lagu baru. Jiwa kita menanti-nantikan Tuhan. Dialah penolong dan perisai kita. Karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya. (Mzr 33).

Sukacita menyonsong kedatangan Tuhan akan semakin bertambah bila kita meluangkan waktu merenungkan kunjungan-kunjungan Tuhan dan berkat-berkat kejutan yang telah dilakukan Tuhan dalam hidup kita khususnya sepanjang tahun ini. Kesadaran akan karya-karya Tuhan dalam hidup kita sekecil apapun akan semakin menambah keyakinan iman kita kepada peran penyelenggaraan Tuhan dalam hidup kita. Hal ini akan turut menciptakan nuansa keyakinan tersendiri dalam bathin kita akan siapa Tuhan bagi kita.

Keyakinan iman demikian akan membuat kita mengimani bahwa Tuhan selalu setia menyertai dan memberkati kita serta membahagiakan kita dengan berkat-berkat-Nya yang tak pernah berhenti dalam hidup kita. Dengan demikian kita akan selalui mengakui bahwa Allah adalah setia menjamin dan mengatur hidup kita begitu baik dalam alur kehendak dan kuasa penyelenggaraan Ilahi-Nya. Kesadaran demikian akan mendorong kita juga melakoni apa yang dilakukan si Putri dalam kisah tadi dan juga Bunda Maria di mana kita terdorong untuk membagikan sukacita kepada sesama agar mereka pun mengalami suka cita yang kita alami.

Luangkan waktu merenungkan karya-karya Tuhan dalam hidup khususnya tahun ini dan pikirkan satu dua bentuk cara anda mengungkapkan sukacita anda kepada sesama sebagai bentuk ungkapan hati mau berbagi sukacita setelah mengalami kasih perlindungan dan berktat Tuhandalam hidupmu. Si Putri dalam kisah itu memberi pesan kepada kita bahwa bahwa berbagi sukacita tak selamanya dalam bentuk barang material seperti Santa Claus dsb. Kehadiran yang menggembirakan dan kabar sukacita yang kita bagikan kepada sesama bisa menjadi suatu bentuk berbagi sukacita.

Tuhan memberkati.

P. John Masneno, SVD
(Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)

Published in Renungan
Page 1 of 5

Kegiatan Terbaru

...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohan...

25 October 2023
...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5)

Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...

PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

19 October 2022
PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...

BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

18 October 2022
BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...

BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTE...

16 October 2022
BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTER SAN

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

14 October 2022
BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

Tentang Kami

Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya

Berita Terbaru

©2024 Sumur Yakub - Pusat Spiritualitas. All Rights Reserved.

Search