Para Imam alumni Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero dan Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret Thabisan 1982 mengadakan Reuni Angkatan di Lampung. Kegiatan reuni ini dilaksanakan di Rumah Retret Keuskupan Tanjung Karang Bandar Lampung pada tanggal 9-16 April. Hadir dalam kegiatan reuni ini seorang bapak keluarga (Bapak Theodorus Bate) yang juga adalah mantan teman kelas angkatan ini. Beliau mewakili teman-teman awam angkatan ini yang memilih jalan hidup sebagai awam Katolik.
Dalam misa pembukaan Pater Vinsentius Wun, SVD, selaku Wakil Ketua Reuni, mengajak teman-teman seangkatannya yang mengikuti kegiatan ini agar menggunakan kesempatan tersebut tidak sekedar menjadi moment jumpa kangen teman angkatan. Lebih dari itu, menurut Pater Vinsen, yang sekarang menjabat sebagai Vikjen Keuskupan Atambua, hendaknya kegiatan reuni menjadi kesempatan emas untuk merenungkan hidup dan karya pelayanan mereka sebagai Imam Allah. Karena itu mengacu pada sikap iman Nikodemus dalam Injil yang direnungkan dalam Misa pembukaan tersebut, mantan Provinsial SVD Timor ini mengajak peserta reuni untuk menggunakan moment selama seminggu itu untuk mendegarkan Yesus Sang Guru sumber kebijaksanaan dan kebenaran sejati demi langkah hidup dan pengabdian mereka selanjytnya sebagai Rasul Tuhan.
"Hidup sebagai pelayan Tuhan dan umatNya diliputi pergulatan dan perjuangan. Sebab itu kita butuh waktu seperti yang dilakukan Nikodemus untuk bertemu Yesus dan membuka diri dicerahi oleh kebijaksanaan-Nya agar kita makin menemukan kekuatan, kesegaran baru dan petunjuk dalam menjalani realita hidup demikian," ungkap Pater Vinsen di akhir kotbahnya.
Reuni sepekan ini diisi dengan aneka kegiatan. Dua hari pertama diisi dengan input mengenai upaya memaknai dan mengisi masa pensiun mengingat usia para Imam angkatan ini rata-rata antara 65-70 tahun dan akan memasuki masa pensiun. Karena itu Bpk. Hillon I. Goa, sebagai Narasumber pada sesi dua hari input ini, menuntun para peserta reuni untuk merenungkan dan memaknai kiprah hidup dan pengabdian mereka sebagai Imam Tuhan dan pelayan umat yang sudah dijalankan selama kurang lebih 36 tahun.
Hal lain yang didalami juga pada sesi ini yakni ajakkan agar para pelayan Tuhan ini mulai memikirkan dan merancang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada masa pensiun sehingga masa ini tidak menjadi masa stagnan dari karya pengabdian sebagai Imam tetapi justru menjadi Golden Age di mana hidup dan karya mereka makin berbuah limpah bagi sesama. Mereka juga diberi kesempatan merenungkan potensi dan kemampuan yang mereka miliki sebagai modal dasar untuk upaya transformasi hidup dan karya di masa pensiun nanti.
Menindaklanjuti input bernas dari Pak Hillon, motivator nasional ini, para peserta meluangkan dua hari berikutnya untuk mensharingkan pengalaman hidup dan karya mereka. Setiap peserta diberi kesempatan membagikan pengalaman mereka dan niat serta rencana mereka guna mengisi masa pensiun yang sudah diambang pintu.
Sharing menarik juga disampaikan oleh Bpk. Theo Bate mengenai upaya mereka sebagai awam yang berjuang mewartakan Sabda Tuhan dan ajaran Kristiani dalam lingkup kerja mereka. Sebagai trainer dan motivator bagi karyawan karyawati di perusahaan-perusahaan, beliau berupaya mengimplementasikan nilai-nilai injil yang sifatnya universal dalam kariernya. Beliau juga berupaya mewartakan pesan-pesan bijaksana berdasar pada Injil juga bahan-bahan yang diberikan dalam kegiatan training termasuk etos-etos kerja yang bernuansa Kristiani tetapi dibahasakan dalam konteks umum sehingga bisa diterima oleh public karena nilai-nilai itu berlaku untuk siapa saja tanpa kenal SARA.
Hal menarik lainnya yang terungkap dalam sharing-sharing para pastor yakni bagaimana cara pandang mereka terhadap masa pensiun. Dalam sharing pengalaman hidup, doa-doa spontan dan renungan-renungan saat perayaan ekaristi bersama hari-hari reuni ini jelas mengungkapkan cara pandang mereka terhadap masa pensiun sesuai identitas diri mereka. Hampir semua peserta melihat masa pensiun bukan sebagai masa berakhirnya karier yang sudah dilakukan bertahun-tahun. Bagi mereka, masa pensiun justru dilihat sebagai masa transformasi di mana mereka perlu menyesuaikan hidup dan karya pelayanan mereka sesuai faktor usia dan kondisi fisik mereka di usia senja mereka tetapi bukan berhenti berkarya. Hal ini tidak terlepas dari cara pandang mereka tentang jati diri dan status mereka sebagai Imam Allah yang sifatnya kekal.
Mindset demikian membuat mereka melihat masa pensiun bukan sebagai moment berhenti berkarya tetapi moment makin mentransformasi ilmu dan pengalaman hidup yang telah mereka dapatkan selama ini ke dalam bentuk pelayanan lain yang cocok dengan usia mereka. Dengan demikian meskipun mereka sudah tidak aktif lagi berkarya seperti yang mereka lakukan selama ini, mereka tetap menjalankan tugas Imamat mereka hingga akhir hayat.
Dari sharing-sharing mereka jelas terlihat bahwa komitment untuk terus mengabdi sebagai Imam hingga ajal bukan niat dadakkan tetapi sudah lama terformat dalam diri mereka. Dari testimoni mereka terbaca di sana bahwa pola pikir bahwa pengabdian berlangsung seumur hidup diteguhkan juga dalam pengalaman mereka khususnya pengalaman menghadapi tantangan dan kesulitan entah berupa problem-problem pastoral yang pernah mereka alami maupun pengalaman sakit serta aneka situasi lainnya. Semuanya itu makin meneguhkan iman mereka akan kesetian dan keagungan kasih serta kuasa penyelenggaraan Tuhan dalam hidup mereka khususnya di saat mereka mengalami tantangan dan kesulitan. Karena alasan-alasan itulah membuat mereka tetap teguh dalam komitment untuk tetap hidup dan berkarya sebagai Imam Tuhan termasuk di saat masa pensiun hingga ajal menjemput mereka.
Pihak Pusat Spiritualitas Sumur Yakub Indo-Leste mengunakan momentum ini juga untuk menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada para Imam ini yang telah mengambil bagian dalam karya misi Gereja hingga usia Imamat mereka yang sudah memasuki 36 tahun. Pergulatan hidup sebagai Imam dan pelayan umat sekian lama membuat mereka makin matang dan dewasa dalam iman akan Tuhan dan dalam hidup sebagai pembawa rahmat Tuhan. Tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa mereka sudah tergolong sebagai 'nara sumber hidup' dalam konteks hidup imamat dan karya sebagai misionaris Allah. Alasannya karena sudah teruji dalam perjalanan waktu seusia imamat mereka.
Karena itu Pihak Sumur Yakub juga mengundang dengan hormat para 'nara sumber kehidupan' ini agar berkenan membagikan ilmu-ilmu kehidupan dan iman mereka akan Tuhan melalui program-program rohani yang diselenggarakan oleh sentrum spiritual ini atau melalui event-event rohani lainnya sehingga makin banyak orang dicerahi oleh input-input bernas dan kesaksian iman mereka.
Selain kegiatan-kegiatan rohani, sesi input dan sharing pengalaman, peserta reuni juga meluangkan waktu untuk kegiatan ‘outing’. Ada beberapa tempat yang sempat dikunjungi reuniers antara lain tempat wisata Pantai Sari Ringgi dan Pulau Tanjung Putus.
Selain ke tempat wisata umum tersebut, para peserta juga meluangkan waktu bertemu Bapak Uskup Tanjung Karang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono di kediaman beliau.
Reuniers juga mengunjungi beberapa biara, sekolah dan Rumah Sakit yang ada di sekitar Bandar Lampung seperti RR La Verna, Biara Suster-Suster Belaskasih dari Hati Yesus yang Mahakudus (HK) dan Rumah Sakit Santa Anna.
Adapun beberapa kegiatan kemanusiaan yang dilakukan reuniers dalam temu teman angkatan ini yakni mengalang dana bantuan untuk salah satu keluarga teman angkatan mereka dan juga menyumbang dana sesuai kemampuan mereka kepada kedua lembaga almater mereka yakni Seminari Tinggi Ledalero dan Ritapiret.
Dalam acara penutupan P. Bernadus Boli Ujan, SVD selaku Ketua Panitia Reuni menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada para peserta dan semua pihak khususnya para donatur yang telah mengambil bagian menyukseskan kegiatan reuni ini. Ucapan terima kasih juga dialamatkan kepada pihak Pengurus Pusat Spiritualitas Sumur Yakub Indo-Leste yang dengan rela turut mengambil bagian dalam kegiatan reuni ini. Kehadiran Pengurus Sumur Yakub, menurut Pater Boli, menjadi bukti nyata adanya dukungan dan perhatian dari para Pimpinan Kongregasi dan institusi Gereja. Karena itu mantan Sekretaris Komisi Liturgi KWI ini mengajak para peserta agar terus menjalin komunikasi di antara mereka dan semua pihak guna saling meneguhkan dan menguatkan di langkah hidup dan karya pelayanan mereka selanjutnya.
Kiranya kesegaran dan pencerahan serta peneguhan yang didapatkan selama kegiatan reuni ini turut memantapkan niat dan rencana para abdi Tuhan ini di jenjang pengabdian selanjutnya. Tuhan yang telah memanggil dan mengutus para abdi-Nya pasti senantiasa menyertai dan memberkati memberkati hidup serta karya pengabdian Para Pastor sekalian.
Salam dan berkat selalu dalam Tritunggal Mahakudus.
Oleh P. John Masneno SVD
(Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub Indo-Leste)