Bacaan: Ef 2:19-22, Maz 19:2-5, Luk 6:12-19
Para Pencinta Sabda Allah ytk,
Salam sejahtera untuk kita semua, senang bisa berjumpa saudara/I melalui refleksi pendalaman Sabda Tuhan hari ini. Saya merasa bersyukur pada Tuhan karena boleh diperkenankan mengambil bagian dalam tugas pewartaan online melalui Website Pusat Spiritualitas Sumur Yakub ini sebagai upaya melibatkan diri dalam karya penyebaran Kabar Gembira.
Dari sekian banyak inspirasi yang saya dapatkan dari Sabda Tuhan hari ini, saya memilih satu ayat yang paling menyentuh bathin saya, dan saya jadikan sebagai titik tolak refleksi saya ini. Sebab itu, perenungan yang saya bagikan di sini lebih merupakan pengalaman pribadi yakni bagaimana Tuhan dan Firman-Nya mempengaruhi hidup saya, dengan harapan bisa juga menjadi pencerahan atau peneguhan bagi saudara/I para pembaca.
Ayat yang saya maksud berasal dari Lukas 6:12 Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Teks ini senantiasa meneguhkan saya dalam upaya menjalin relasi bathin dengan Bapa. Melalui Doa, Tuhan Yesus menunjukkan bagaiman Bapa selalu dilibatkan dalam hidup dan aktifitasnya, khususnya dalam mengambil keputusan penting. Teladan Kristus inilah yang coba kuterapkan dalam hidup saya hingga saat ini.
Teks ini juga mengingatkan saya pada saat saya pertama kali mempercayai Tuhan Yesus dan menerima Dia dalam hati saya. Bagaimana saat itu kerinduan yang besar untuk selalu ingin dekat dan berbicara dengan-Nya (dalam Doa). Saya secara pribadi selalu memohon agar betapa api kerinduan akan hadirat-Nya itu tetap menyala. Dan ada banyak pengalaman yang kualami dalam kaitan dengan bagaimana karya pertolongan Tuhan ketika kita terbuka melibatkan Dia dalam hidup dan perjuangan kita. Oleh sebab itu ketika merenungkan teks Bibilis ini, saya begitu tersentuh dengan pesannya.
Satu pengalaman tak terlupakan lainnya yang tentang pesan teks ini yakni pengalaman bersama almh. Ibu mertua dimana saya semakin diyakinkan untuk percaya pentingnya doa yang berpengaruh besar dalam mengubah banyak hal. Ibu mertua saya meninggal beberapa tahun lalu. Sebelumnya, mama mertua saya bukanlah penganut agama Kristen walau semua anaknya sudah dibaptis dan menjadi Kristen. Hingga suatu saat mama mertua mengalami sakit yakni benjolan di payudara sebelah kiri dan setelah dicek dokter, Mama divonis mengidap cancer yang sudah berstadium 4. Bisa bayangkan kalau seseorang di usia senja harus mengalami cancer yang sudah berstadium empat. Apalagi dokter yang menanganinya memperkirakan hidup mama paling lama sekitar 3 bulan lagi. Sudah pasti vonis dokter ini mendatangkan kekagetan dan shock pada kami sekeluarga. Namun kami tidak berani menceritakan hal ini pada mama.
Singkat cerita akhirnya kami memutuskan mama melakukan kemoterapi sesuai anjuran dokter. Sebagai seorang manusia yang sudah bertahun-tahun mengarungi suka duka hidup, tampaknya mama tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya. Beliau menyadari kondisinya dan resiko yang harus diterimanya. Saya sering ngobrol dengannya dan berbagi kesaksian iman tentang bagaimana kasih Tuhan bekerja bagi mereka yang berserah pada-Nya. Tanpa ada sedikitpun niat mempengaruhi beliau menjadi Kristen karena kisah-kisah kesaksian yang biasa saya ceritakan kepadanya tidak lebih dari upaya menghiburnya di tengah derita yang sedang dialaminya. Namun rupanya beliau tertarik dengan kesaksian-kesaksian iman yang saya ceritakan kepadanya.
Saat kemoterapi pertama akan dimulai, secara tiba-tiba beliau memanggil saya dan dia meminta semua anak-anaknya yang sedang berada di kamarnya untuk meninggalkan kami berdua sejenak. Pada saat itulah secara tak terduga mama meminta agar saya mendoakan beliau sebelum menjalani terapi. Saya meminta ijin agar saya mendoakan dia secara Katolik dan beliau setuju. Dalam doa itu saya menyerahkan seluruh proses terapi ke dalam bantuan penyelenggaraan Tuhan dengan penekan berulang-ulang bahwa Tuhan adalah dokter terbaik yang mengetahui sebab dan cara penyembuhan terbaik bagi mama.
Rupanya mama mendapat peneguhan dan kekuatan bathin tersendiri dari doa penyerahan itu. Maka permintaan yang sama beliau minta di hari-hari berikutnya. Karena itu doa peneguhan saya bersama mama, kami lakukan setiap hari sepanjang hari-hari pengobatan berlangsung. Dan keajaiban pun terjadi. Mama sembuh. Dan entah apa kata saudara/I para pembaca, tetapi dalam iman saya berani mengatakan Tuhan menyembuhkan kesehatan mama.
Patut dikisahkan pula bahwa mama yang tadinya sudah divonis dokter bahwa usia hidupnya hanya tertinggal paling 3 bulan lagi, ternyata Tuhan masih mengizinkan mama berkumpul bareng keluarga bukan hanya satu dua tahun saja tetapi bahkan hingga 18 tahun pasca vonis dokter itu.
Satu hal luar biasa lainnya yang tidak pernah kami duga sebelumnya yakni Mama mulai bersaksi tentang pengalaman kekuatan doa yang dialami selama sakitnya, dan bagaimana Tuhan menolong dia untuk survive cancernya. Mama bahkan membawa papa untuk percaya pada Tuhan, dan akhirnya kedua dibaptis bareng sebagai pengikut Kristus.
Inilah kisah nyata yang saya sendiri saksikan dan semakin meneguhakn saya untuk selalu melibatkan Tuhan dalam situasi hidup apa saja. Semakin Tuhan dilibatkan dalam aktitifitas-aktifitas kita, semakin banyak berkat Tuhan yang kita dapatkan bukan bagi diri kita saja tetapi mendatangkan berkat bagi sesame kita. Pertumbuhan iman kita bukan semata karena peruangan dan kekuatan kita tetapi hal ini karena anugerah Tuhan. Bahkan dalam pengalaman tertentu semata-mata karena karya rahmat dan kasih karunia Allah.
Apa sapaan dan pesan refleksi ini untuk saya khususnya dalam relasi dengan Tuhan dalam doa dan bagaimana melibatkan Tuhan dalam situais hidupi yang saya alami?
Selamat berefleksi, kiranya Tuhan selalu menyertai dan memberkati kita semua. Amin
Salam,
Teddy PS (dari Paroki HSPMTB Tangerang)