Sahabat sahabat dalam Tuhan Yesus,
Salam jumpa melalui Refleksi Biblis berbasis pada Bacaan hari ini di Kamis 15 Oktober 2020 dari Efesus 1: 1- 10 dan Lukas 11: 47 -50. Ada beberapa inspirasi dari kedua bacaan suci ini yang bisa menjadi bahan permenungan kita karena pesannya berkaitan erat dengan kehidupan iman dan hidup bermasyarakat kita.
Pada bacaan pertama, misalnya, dari Efesus 1: 1-10, di sana Rasul Paulus memberikan peneguhan dan penghiburan : ”Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu”. Jemaat Efesus ditempatkan sebagai milik Allah yang telah dipilih-Nya dan diberikan kasih karunia-Nya. Salam ini diadopsi Gereja dalam liturgy-liturgi Gereja untuk mengingatkan dan meneguhkan kita bahawa kita adalah orang pilihan Allah juga. Dan Allah Tritunggal selalu menyertai kita maka kita perlu senantiasa membuka hati mengikuti bimbingan-Nya.
Inilah alasannya Yesus mengecam orang-orang Farisi sebagaimana disampaikan Injil hari ini dari Lukas 11: 47-50 karena mereka menutup diri pada ajaran-ajaran Yesus dan lebih mengikuti kebiasaan buruk mereka. Yesus mengecam mereka: ”Celakalah kamu, ………” sebagai teguran dan peringatan atas perilaku mereka itu.
Sebagaimana kita ketahui bahwa orang orang Farisi dan ahli ahli Taurat pada masa itu adalah orang orang yang menduduki posisi sebagai orang yang terhormat dan sangat berpengaruh. Mereka menganggap dirinya adalah orang yang menjalankan dan memegang teguh Taurat Musa serta adat istiadat nenek moyang .
Mereka menyangka bahwa dengan membangun makam para nabi, dapat memulihkankan dosa nenek moyang mereka. Namun hal ini tidak membuat mereka lebih baik, karena mereka berusaha menyingkirkan Yesus yang adalah Mesias Allah karena tidak suka ditegur oleh-NYa (lihat Luk 11: 53-54). Mereka tidak suka ditegur Yesus karena merasa dirinya paling superior.
Maka kedua bacaan hari ini mengajak kita merefleksikan hal-hal berikut:
- Dari bacaan I tentang Salam Paulus yang selalu dipakai dalam liturgy Gereja, kita diajak merenung: apakah saya yakin Tuhan selalu menyertai saya dan damai sejahtera-Nya selalu dilimpahkan kepadaku atau itu hanya jawaban saya saat mengikuti perayaan liturgi?
- Dari kaum Farisi dan Ahli Taurat kita patut merenungkan kebenaran: perbuatan baik yang tidak dilakukan dengan ketulusan bahkan dengan motivasi yang tidak baik adalah sia sia. Dan akan dikecam Tuhan.
- Membuka hati untuk introspeksi terhadap teguran orang lain terhadap saya untuk menyadari kenapa saya ditegur? Apa yang salah pada diri saya? Dengan demikian saya bisa menyadari, merubah dan memperbaiki diri saya. Jangan merasa diri paling superior, paling benar . Karena saya yakin teguran dari Tuhan bisa melalui siapa saja.
- Dengan membuka diri terhadap teguran dengan harapan bisa memperbaiki diri, saya tidak membenci orang yang menegur itu, apalagi berusaha menyingkirkannya seperti yang dilakukan orang orang Farisi dan ahli ahli Taurat kepada Yesus.
Mari kita merenungkan sabda Tuhan hari ini dan biarlah sabda Tuhan membaca diri kita, kehidupan kita untuk menjadi pribadi yang semakin serupa denganNya.
Oleh: Ignasius Hardjo Subroto Lilik (dari Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda Tangerang)
