Bacaan I: Mikha 7:14-15, 18-20, Mazmur 103 dan Injil Lukas 15: 1-3, 11-32
Sahabat-sahabat Tuhan ytk!
Salam jumpa lagi di akhir pekan Minggu Prapaska Kedua ini. Sebagai bagian dari refleksi harian di Masa Retret Agung 40 hari ini, kita diajak hari ini merenungkan perumpamaan Anak yang hilang, yang diperdengarkan kepada kita pada setiap masa Prapaska. Kita sudah berulang kali merenungkan kisah ini tentunya bahan permenungan yang pernah kita dalami akan kembali hadir dalam benak dan hati kita saat membaca kisah perumpamaan ini.
Sembari merenungkan hal-hal mengesankan yang didapatkan saat membaca perumpamaan ini, kita diajak merenungkan beberapa gagasan inspiratif yang ditawarkan kepada kita sebagai bahan refleksi atas pesan berhikmah Yesus hari ini melalui Perumpamaan tersebut. Poin-point refleksi yang ditawarkan di sini mengacu kepada presentasi diri ketiga figure yang ditampilkan dalam perumpamaan tersebut yakni Figur: Si Bungsu, Si Sulung dan Bapa yang penuh belas kasih. Masing-masing kita sudah mengetahui siapa ketiga figure tersebut dan dalam konteks apa saja karakter ketiga figure itu tampil dan ditampilkan dalam hidup pribadi kita. Maka dalam kaitan upaya tobat kita di masa prapaska ini baiklah kita merenung karakter ketiga figure ini dalam hubungan dengan kehidupan kita selama ini.
Pertama, Figure Si Bungsu yang memiliki tendensi suka menuntut hak dan cenderung hidup ‘semau gue’. Dalam kaitan dengan diri dan hidup kita: dalam hal apa, kapan dan di mana karakter si bungsu ini muncul dalam diri dan hidup saya? Hal luhur Si Bungsu yang hendaknya mesti kita kembangkan dalam diri kita di masa Tobat ini yakni kesadaran dari dalam diri sendiri akan Bapanya yang penuh belas kasih dan kerelaan serta keberanian untuk kembali ke Rumah Bapanya.
Kedua, figure Si Sulung yang secara fisik berada di rumah (house) Bapanya namun secara mental dan spiritual sebenarnya menjauh dari rumah (Home) Bapanya yang penuh belaskasih, cinta dan perhatian. Maka sosok Si Sulung ini mengajak kita untuk merenungkan hal-hal atau moment-moment yang menghadirkan karakter si Sulung dalam diri dan hidup kita sehingga membuat kita selalu berada di HOUSE Bapa tetapi terasa tanpa HOME di sana. Apakah rumah keluarga atau komunitas saya masih menjadi HOUSE dan HOME bagi saya/kami, ataukah hanyalah sebuah rumah (HOUSE WITHOUT HOME).
Figure ketiga yakni Figure Bapa yang menjadi figure ideal bagi kita semua karena Bapa memiliki karakter yang menaruh cinta perhatian untuk semua anak-Nya baik si Bungsu maupun si Sulung. Inilah hal yang perlu kita perjuangakan agar karakter Bapa ini senantiasa hadir dan menjadi bagian dari presentasi diri kita sebagai murid dan rasul-Nya. Di mana dan dalam hal apa, saya mempresentasikan hati Allah yang penuh belaskasih dan cinta perhatian kepada sesamaku di sekitarku?
Luangkan waktu juga untuk mensyukuri karya Roh Allah itu yang membuat kita mampu menghayati kasih Allah kepada sesama. Kita juga mau membangun komitmen untuk terus menghadirkan kasih Allah melalui hidup dan karya pengabdian kita sehingga hati Allah yang penuh kasih hidup dalam hati semua orang sehingga kita semua hidup dalam kasih kemurahan dan berkat Tuhan. Amin.
Doa:
Ya Bapa yang Mahabaik, kami bersyukur atas segala kasih dan kemurahan cinta perhatian-Mu bagi kami semua anak-anak-Mu. Kami mohon ampun atas segala karakter kurang berkenan seperti Si Sulung dan Si Bungsu yang sering kami hadirkan dalam diri dan hidup kami. Kiranya rahmat dan Roh-Mu memampukan kami, khususnya di masa Prapaska ini agar kami berupaya menata diri kami sesuai kehendak-Mu dan berupaya menghadirkan karakter kebapaan-Mu dalam diri dan hidup kami sehingga turut menjadi berkat bagi sesama yang kami temui dan layani dalam karya-karya kami sehingga hati yang penuh kasih hidup dan bertumbuh dalam hati kami semua. Dengan demikian Nama-Mu kami muliakan kini dan sepanjang masa. Amin.