Pagi ini, saya mengendarai sepeda motor menuju ke Pusat Paroki Balibo untuk merayakan Misa Hari Minggu di Pusat Paroki. Saya bertemu dengan seorang Bapa tua bernama: Ernesto! Dia sudah uzur umurnya, cacat tangan dan kaki tetapi ia masih bisa berjalan kendatipun pelan dan kelihatan sedikit sempoyongan. Ia berdiri di depan Residensia/Pastoran ketika saya tiba di Pusat paroki. Ia menyalamiku dengan senyum kegembiraan tanpa beban: Amo Bondia (tetun) yang berarti Selamat Pagi Pater sambil mencium tanganku sebagai tanda menerima berkat dari Tuhan melalui seorang pastor.
Saya bertanya pada dia: Katuas nama siapa? Ia menjawab: Nama Saya: Ernesto! Seorang duda yang uzur usianya. Saya bertanya lagi: Katuas dari mana? Ia menjawab: dari Belola; sebuah tempat di mana ia berasal masih dalam bagian Paroki Balibo. Lanjut saya bertanya: Katuas datang ke sini di antar orang atau berjalan kaki? Ia menjawab: Amo, saya berjalan kaki sejauh 5 kilometer untuk bisa mengikuti misa Hari Minggu pada jam 08: 00 pagi!
Jawabannya ini membuat hatiku tersentak penuh tanda tanya: Ia cacat tangan dan kaki tetapi ia berjuang untuk berjalan sejauh 5 kilometer demi menghadiri misa hari Minggu. Ia tidak punya motor. Ia tidak punya mobil atau kendaraan tradisional yang membantunya. Tetapi Ia tidak mengeluh jauh, Ia tidak cape berjalan, Ia tidak mau terlambat menghadiri Misa Hari Minggu pada jam 08:00 pagi. Ia hadir pada waktunya. Dan Ia mengikuti Misa Hari ini dengan dengan penuh iman, sejauh yang kupandang dari altar tempat saya berdiri. Dia khusuk mengikuti perayaan Ekaristi hingga berakhir.
Setelah perayaan Misa, saya menemui dia di pelataran Pastoran. Ia minta berkat sekali lagi dan saat yang sama ia meminta: Amo beri saya sebuah Rosario! Ia meminta Rosario! Saya menjawab baik Bapa Ernesto, tunggu saya di sini! Saya tidak mengambil Rosario tetapi saya memberikan sesuatu yang lain untuk kebutuhannya. Ia menerimanya dan mengucapkan terima kasih dan meminta ijin untuk berjalan kembali!
Saudara-saudariku yang terkasih.....
Bagiku, Bapa Ernesto mengajarkan saya tentang Iman kepada Allah yang tak pernah goyah. Karena imannya, ia selalu mencari untuk bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah didapatnya dalam hidup walau cacat kaki dan tangannya. Karena imannya, ia tidak cape berjalan dan terus mencari dan menemukan Tuhan walau dengan tertatih-tatih! Ia sadar bahwa Tuhanlah kekuatannya yang selalu menguatkan dia hingga saat ini. Ia percaya bahwa Tuhan selalu hadir dalam hidupnya. Yesus bersabda: "Barangsiapa melihat Aku, ia melihat Bapa. Bapa tinggal dalam Aku dan Aku dalam Bapa!" Katuas Ernesto melihat imi dalam hidupnya! Tuhan, itu hebat! Ia hadir dalam diri mereka yang kecil dan sederhana dan mengajarkan kita tentang iman, harap dan kasih!
Berkaca pada pengalaman perjumpaan tak terduga bersama Katuas Ernesto, saya berpaling pada realitas hidup umat beriman zaman ini. Banyak orang mempunyai motor bermerek, mobil mewah bermerek, dll: masihkah mereka ke Gereja pada hari Minggu ataukah ke pantai untuk berekreasi?? Masih pentingkah misa Hari Minggu bagi mereka yang katanya beriman pada Tuhan? Masihkah ada pengorbanan untuk mencari Tuhan dalam kebersamaan sebagai keluarga Kristen Katolik dalam perayaan Ekaristi bersama???
Katuas Ernesto telah mengajarkan aku dan kita untuk selalu beriman penuh tanggungjawab bukan sekedar mengatakan saya orang Katolik tulen tapi tidak datang bersyukur pada hari Minggu!
Semoga pengalaman nyata perjumpaan dengan Katuas Ernesto hari ini menyadarkan kita untuk beriman kepada Tuhan penuh tanggungjawab! Bukan sekedar mengatakan saya 'katolik' tanpa aksi nyata!
Minggu, 07 Mei 2023
Rumah Formasi Batugede - Timor Leste!
Pe. Richardo Pasang, SVD!