Sahabat-sahabat Tuhan ytk,
Salam jumpa lagi melalui Ulasan Biblis Spiritual (UBS) di akhir pekan pekan I bulan November 2020 ini. Mari kita mengawali permenungan mingguan kita ini dengan hening sejenak dalam hati dan budi mengenang dan bersyukur atas perjalanan hidup kita sepanjang pekan ini, sejak Minggu 1 November hingga Sabtu 7 November ini. (kita membathin penuh syukur sejenak).
Pekan I November ini kita awali dengan dua perayaan iman (1 dan 2 November) yang mengingatkan kita bahwa ziarah hidup di dunia ini hanyalah sementara, dan kita akan berlalih ke dunia akhirat. Renungan-renungan yang dipsoting di Website Sumur Yakub ini menghantar kita merenungkan sapaan Sabda Tuhan dari hari ke hari sepanjang pekan ini. Renungan Pastor Frans berjudul Siapakah Orang Kudus pada hari Minggu, 1 November lalu menghantar kita merenungkan kehidupan orang-orang kudus termasuk Carlo Acutis sebagai inspirasi untuk menata hidup kita demi hidup akhirat nanti.
Demikian Renungan Bpk. Chris Budiarjo pada menghantar kita melalui ulasan biblisnya untuk semakin memahami hidup akhirat berdasarkan tuntunan bacaan-bacaan suci pada tanggal 1 dan 2 November. Renungan tersebut membantu menyadarkan kita bahwa apakah kita akan langsung menuju kelompok tanggal 1 November yakni group WA (baca: Warga Abadi) para kudus ; atau masih bergabung bersama Group WS (warga sementara) 2 November di api penyucian ; atau bergabung dengan group WA (warga abadi) Neraka, semuanya sangat ditentukan oleh bibit, bebet, bobot hidup yang kita alami dan jalani selama ziarah di dunia ini.
Bukan kebetulan juga bacaan-bacaan sepanjang pekan ini sejak Minggu hingga Sabtu ini mengajak kita merenungkan hal-hal hakiki dan nilai-nilai hidup yang bisa membantu menambah bobot (kualitas) hidup kita demi menggapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup baik di dunia sekarang ini maupun di akhirat. Renungan Ibu Theresia pada hari Rabu lalu menghantar kita mendalami hal ini. Refleksi Ibu Theresia bertolak dari Injil hari tersebut mengajak kita mendalami ajakan Yesus bagi kita para pengikut-Nya agar tetap bersedia mengikuti Dia dan berani memanggul salib-salib hidup kita.
Benar juga pernyataaan yang disampaikan Ibu Theresia bahwa Salib yang kita alami sangat bervariasi sesuai jalan hidup yang dipilih dan tuntutan situasi hidup yang dihadapi. Ibu Theresia sendiri secara terbuka apa adanya mensharingkan perjuangan dirinya memikul salib dalam kehidupan keluarganya dengan duka-sukanya, sad start-happy ending yang dialaminya. Dari respons begitu banyak pembaca terhadap sharing Ibu Theresia itu menunjukkan bahwa teks biblis yang satu dan sama bisa menyapa orang sesuai situasi dan pengalaman yang berbeda-beda.
Sharing pengalaman menarik dari Pastor Ameu tentang kakaknya yang dianggap telah meninggal di tempat perantauan dan didoakan setiap 2 November selama bertahun-tahun, ternyata masih hidup dan mereka bisa berjumpa kembali menjelang thabisan Imamatnya. Maka Injil Yesus tentang domba yang hilang menyapa misionaris asal Timor Leste yang sekarang berkarya di Portugis ini untuk merenungkan kebenaran Sabda Yesus itu dengan pengalaman konkret tersebut yang mereka alami dalam keluarga mereka. Terpecik dalam renungan Imam Serikat Sabda Allah itu keyakinan pribadinya bahwa Tuhan pasti memenuhi janji-janji-Nya yang disampaikan melalui Sabda-Nya. Perlindungan Tuhan selama proses pencariannya hingga menemukan kakaknya serta membawa dia kembali ke keluarganya di Suai-Timles adalah suatu pembuktian terpenuhinya janji Tuhan secara nyata bagi mereka.
Dengan sharing-sharing pengalaman nyata yang tersapa oleh Sabda Tuhan, semakin meneguhkan kita bahwa Sabda Tuhan KOMPAS penuntun langkah hidup yang berdaya menyapa dan menuntun kita dalam segala situasi yang kita alami. Semakin kita memberi ruang dan waktunya semakin mencerahkan dan menyegarkan serta meneguhkan kita. Inilah salah satu pesan utama dari Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi yang kita renungkan sepanjang minggu ini juga. Melalui surat tersebut, Rasul Paulus mau meneguhkan umat Filipi, yang dikenal Paulus sebagai orang-orang yang baik dan sangat mendukung karya-karya pewartaan mereka, agar mereka tidak membiarkan diri terpengaruh dengan sikap hidup orang-orang di sekitar mereka di Filipi yang hanya lebih mengikuti cara-cara duniawi. Paulus mengajak umat Filipi meneruskan kesahajaan hidup mereka sebagai pengikut Tuhan.
Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu. Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi (Filipi 3: 17-19)
Terinpirasi oleh ajaran Tuhan tentang bendahara yang bijak dan ajakan St Paulus kepada umat Filipi ribuan tahun silam, Pak Benny Sudrajat juga tergerak hati mengajak kita memperhatikan sikap hidup dan nilai luhur dalam keseharian hidup kita: ‘marilah kita sebagai anak-anak Terang menjadikan Sabda Allah sebagai pedoman dalam hidup ini untuk berpikir dan berprilaku sesuai dengan tuntunan Roh Kudus dan bukan menggunakan cara-cara duniawi’.
Di bacaan I hari ini Santu Paulus mengungkapkan rasa terima kasihnya dari dalam penjara kepada orang Filipi atas segala bentuk cinta dan perhatian mereka kepadanya. Rasul Paulus bahkan menyebut nama Epafroditus dan beberapa nama di bagian lain di Surat Filipi ini seperti Eudhia dll. Artinya kebaikan hati dan kesahajaan hidup mereka telah mendatangkan berkat dan sukacita bagi orang lain termasuk Rasul Paulus. Maka hal ini menjadi inspirasi bagi kita juga bahwa kalau hidup kita berkualitas dan mendatangkan berkat dan pengaruh baik bagi sesama, maka kita pun akan disebut orang-orang berbahagia, layak mendapat tempat di akhirat hidup nanti seturut perayaan iman kita pada tanggal 1 dan 2 Novemer lalu.
Mari kita merenungkan pesan-pesan biblis ini dan berjuang semakin mengarahkan hidup dan karya pengabdian kita seturut Tuhan Sabda Tuhan. Tuhan pasti memberkati kita semua. Amin.
Oleh P John Masneno, SVD (Pengurus Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)