Ef. 2: 12-22 Luk 12: 35-38.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan.
Bagi kita umat beriman, hidup kita di dunia ini adalah sebuah penantian (1) akan kedatangan Anak Manusia untuk kedua kalinya, dan (2) akan kematian yang mengantar kita untuk ada bersama Allah. Masa penantian ini tidaklah pasti; kita tidak dapat memastikan kedatangan Anak Manusia dan kematian itu. Maka Yesus secara bijaksana menampilkan “karakter seorang hamba” yang siap-siaga untuk menerima kehadiran tuannya. “Berbahagialah hamba yang didapati tuannya sedang berjaga ketika ia datang”.
“Berbahagia” merupakan ganjaran dari apa yang telah dilakukan. Hamba yang sedang berjaga dan membukakan pintu ketika tuan datang adalah hamba yang berbahagia, menyambut kedatangan tuannya dengan sukacita. Bagi saya, bukan hanya hamba itu saja yang merasakan kebahagiaan, melainkan juga tuannya itu. Tuan itu akan berbahagia dan bersukacita ketika ada orang yang menyambutnya dan membukakan pintu dengan sukacita. Kebahagiaan bersama inilah yang mestinya diperjuangkan oleh setiap orang. Bagi kita orang beriman, kebahagiaan kekal bersama Tuhan merupakan hal-hal yang kita dambakan.
Sebagaimana hamba itu, menerima ganjaran kebahagiaan, kita pun diajak untuk menjadi hamba-hamba Tuhan yang sejati di masa kini. Kita belajar menjadi hamba yang baik dengan cara:
- melayani tuannya dengan sepenuh hati.
Kita diajak untuk menjadi hamba yang siap melayani Tuhan dan sesama dengan tulus lewat pekerjaan dan tugas kita sehari-hari di rumah, di komunitas, di kantor, dan sebagainya. Sekecil apapun tugas dan pekerjaan kita, hendaknya dilakukan dengan sepenuh hati dan sukacita.
- sabar dalam menjalankan tugasnya.
Sebagai umat beriman, kita perlu menjadi hamba yang sabar dalam melakukan pekerjaan setiap hari. Kesabaran akan mengalahkan keputusasaan dan dendam. Kesabaran akan mendamaikan kita dengan Tuhan dan sesama yang menjadi rekan kerja kita.
- mengorbankan dirinya demi tuanya.
Di sini kita diajak untuk menjadi seperti hamba yang rela mengorbankan diri demi ketaatan kita terhadap kehendak Allah dan kebenaran-Nya dan juga demi membela orang-orang yang tertindas. Di tengah kehidupan kita, kita sering melihat, menyaksikan dan bahkan hidup bersama orang-orang kecil, miskin, kelaparan dan diperlakukan tidak adil. Kita terpanggil untuk ada bersama mereka, menyuarakan kecemasan dan kegelisahan mereka serta berkorban demi mereka. Yesus mengajarkan kita dengan Sabda dan tindakan-Nya: “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang menyerahkan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”. Peristiwa salib dan kebangkitan-Nya telah menjadi jaminan keselamatan kita, membuat kita menjadi satu keluarga yang dipenuhi dengan damai sejahtera (bdk. Bacaan I)
Tuhan, bukalah hati dan pikiran kami untuk selalu mendengar dan melakukan setiap bisikan Sabda-Mu dalam tugas dan seluruh hidup kami.
Oleh. P. Kampianus Tagul, SVD, (Lisbon-Portugal)